Perjalanan kisah dari anak Patriak Klan Ning yang bernama Ning Wie dalam menempuh kultivasi menjadi kultivator terhebat di Kerajaan Jing di benua Biru.
Di bantu dengan dua Spirit yang telah menjadi patnernya yaitu Spirit Pheonix Api dan Spirit Pheonix Es yang tinggal di lautan Spiritualnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwiek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chap 35
Ning Chan masuk dengan membawakan hidangan malam yang langsung di tata di atas meja. Hidangan itu terdiri dari ikan bakar pedas, ayam madu dengan acar lobak.
Melihat hidangaan yang menggugah selera langsung saja Ning Wie menyantapnya dengan lahap. " Emm... Masakan Ning Chan memang selalu enak! Tidak kalah dengan juru masak rumah makan terkenal."
Dan Ning Wie menghabiskan makanan yang di santapnya hanya setengah jam saja. Bocah itu terpaksa makan dengan cepat karena dia ingin segera memeriksa cincin ruang -nya.
"Ahh.., makanan sudah habis. Uhh... Perut kenyang." Gadis cantik itu mengelus - elus perutnya. "Puas rasanya."
Segera saja Ning Wie berdiri dari duduknya. Dan Ning Chan langsung membersihkan meja. Begitu Ning Chan keluar kamar, Ning Wie berjalan ke pintu.
CKLEEEK
Pintu kamar di kuncinya. Gadis cantik anak Patriak Ning itu tidak ingin apa yang akan di lakukannya akan ada yang mengganggu. Ning Wie langsung saja mengalirkan energi Qi pada cincin ruang. Dan tiba- tiba saja....
CLIIIING
Ning Wie terkejut kembali bahkan matanya sampai terbelalak tidak percaya. Padahal ketika di Paviliun Seribu Manfaat dia sudah melihat dan mengetahuinya dengan menggunakan kesadaran jiwanya.
Bedanya dengan saat ini, Ning Wie bukan hanya melihat saja tapi jiwa raga nya pun ikut masuk ke dalam cincin ruang miliknya itu.
"Hah... Bagamana bisa ini terjadi? Kenapa aku bisa masuk ke dalam cincin ruang - ku?" Ning Wie kebingungan. " Sebenarnya apa yang terjadi?"
Ning Wie sungguh tidak mengerti. Ia benar - benar tidak paham. Ilmu dan pengetahuan nya tidak sampai pada tahap ini. Yang Ning Wie tahu, cincin ruang nya memiliki koneksi dengan Kristal Es Abadi. Bahkan saat pertama kali memakai cincin di jari tangan, darahnya langsung ikut berdesir. Seolah Kristal Es Abadi sedang berkontak dengan cincin ruang.
Yang jelas sekarang ini Ning Wie jauh dari kamarnya. Seakan- akan dirinya ada di dimensi yang berbeda. Yang pasti Ning Wie berada di tempat yang begitu indah luar biasa.
Tempat itu sangatlah menakjudkan, tidak bisa di uraikan dengan kata- kata. Tempat yang begitu penuh dan melimpah akan adanya energi Qi. Bahkan energi Qi yang beredar di udara itu teramat sangat murni juga teramat tebal. Dan tidak kalah dengan yang ada di Alam Spirilam.
"Luar biasa! Haha... Haha..." Ning Wie tertawa senang penuh dengan kegembiraan. Ning Wie tidak menyangka kalau dia bakalan menemukan harta karun. Begitu senangnya bocah itu sampai melompat-lompat.
"Ini sungguh suatu keberuntungan! Tidak aku sangkah, ini semua menjadi milikku. Hehe... Ternyata aku ini orang yang benar- benar beruntung."
Tidak salah bila Ning Wie bilang dirinya orang palimg beruntung. Karena bocah cilik itu memiliki dua Spirit. Dan keduanya adalah burung Pheonix, juga mendapatkan Kristal Es Abadi dan juga tanpa sengaja mendapat sebuah artefak tingkat tinggi yang ajaib.
Sebuah cincin yang semula nampak terlihat rusak dan tidak berharga ternyata memiliki rahasia yang sangat besar. Cincin yang mampu menampung makhluk hidup.
Ning Wie kini berdiri di pinggir kolam yang luasnya kira- kira 10 ha. Dengan air yang sangat bersih dan jernih. Sayangnya Ning Wie tidak tahu apakah kolam itu dangkal apa dalam.
"Aih.... Saatnya melihat apa saja yang ada di dalam cincin ini!"
Anak tunggal Patriak Klan Ning itu mulai melangkahkan kaki berjalan menjauhi danau yang ada di depannya. Dia berjalan ke arah barat menuju sebuah pondok yang nampak mega dan indah.
Ning Wie langsung memasuk ke dalam pondok dan Ia terkejut ternyata di dalamnya masih rapi dan bersih. Seolah ada yang menjaga dan merawatnya saja.
" Ehh.. tidaak kotor dan terbengkalai."
Ning Wie jadi agak ragu untuk melihat dan memeriksa keadaan keseluruhan pondok. Takutnya akan menjadi masalah. Bagaimana pun juga dia bisa dibilang juga sebagai pendatang atau tamu di tempat ini.
Tapi karena rasa penasarannya terlalu besar bocah kecil itu pun nekat masuk ke dalam pondok.
"APA ADA ORANG! MAAF SAYA LANCANG MASUK!" Teriakan Ning Wie menggema di dalam pondok.
Di tunggu sebentar tidak ada jawaban, bocah cantik itu langsung melangkahkan kaki untuk memeriksa dan menelusuri tiap sudut pondok.
Ruangan pertama yang dimasuki ternyata sebuah peraduan, ruangan kedua adalah perpustakaan, ruang ketiga berisi bejana dan dua rak dengan tumpukan botol pil, baru ruangan keempat yaitu dapur sedangkan ruangan kelima itu gudang harta.
Mata Ning Wie melotot dan mulutnya terbuka lebar ketika melihat tumpukan koin emas yang menggunung di ruang 5.
" Gila.... Aku kaya! Haha.... Sekarang aku tidak akan pusing dengan uang. Hehe..., bila ingin sesuatu sekarang tinggal beli."
Tidak bisa dipungkiri kalau anak Patriak Ning Bing ini teramat sangat senang. Dengan kekayaan yang dimilikinya saat ini akan sangat mudahkan dirinya mendapatkan sumber daya mau pun atribut yang dibutuhkan untuk menunjang kemajuan kultivasinya.
Setelah puas melihat seluruh isi pondok, Ning Wie melanjutkan kembali aksinya menjelajah seluruh area dunia cincin.
Kini Ning Wie melangkahkan kaki ke arah timur. Mata bocah itu di manjakan dengan berbagai aneka macam tanaman herbal yang tumbuh subur.
"Waw... Sumber daya melimpah! Tak terhitung jumlahnya. Tinggal petik saja! Aih... betapa menyenangkannya!"
Tapi sayangnya Ning Wie belum tahu banyak tentang sumber daya yang ada di hadapannya itu. Yang jelas bukan sumber daya biasa. Pastinya sumber daya langka dan umurnya juga pastilah sudah puluhan dan ratusan tahun.
Putri tunggal Patriak Ning Bing itu juga percaya kalau semua nama dan manfaat tanaman herbal yang ada di dunia cincin itu juga ada di dalam salah satu buku atau perkamen di perpustakaan.
"Uhh... Setelah ini aku harus banyak- banyak baca buku dan perkamen. Aih.. Pengetahuanku masihlah terlalu dangkal banget. Aku harus ke perpustakaan!"
Setelah puas melihat kebun herbal di dunia cincin segera saja Ning Wie bergerak ke arah utara di sana Ning Wie melihat tanah lapang. Karena tidak ada yang menarik di bagian utara, Ning Wie balik kembali ke arah barat.
Ternyata Ning Wie kembali lagi ke dalam pondok. Bocah kecil itu tidak langsung masuk peraduan untuk beristirahat padahal malam sudah menyambut.
Ning Wie malah masuk ke dalam ruang perpustakaan. Ia ingin menuntaskan rasa penasarannya akan cincin ruang nya juga keinginan untuk tahu berbagai macam jenis sumber daya langkah.
Membuat bocah itu semangatnya menggebu- gebu. Sudah tidak sabar lagi untuk mengetahui. Langsung saja bocah itu melihat dan membaca satu persatu judul buku yang berjejer rapi dalam rak di mulainya dari rak paling atas
Ning Wie bisa membaca jelas tiap judul buku karena adanya Kristal Lux yang bertebaran di langit - langit dan tiang ruang perpustakaan. Sehingga tiada bedanya antara malam mau pun siang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...