Bangun-bangun sudah menjadi Ibu sambung 4 anak, Li Hua tidak habis pikir dengan itu. Memiliki suami yang suka berfoya-foya dan jarang pulang kerumah.
Menanggung kehidupan keempat tauge kecil membuat Li Hua harus berpikir tentang uang!
Uang,uang dan uang. Dia terus memikirkan itu demi kelangsungan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carrot_Line, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mari berjanji untuk tidak pergi
Pandangan Li Hua jatuh pada sepasang netra jernih milik Da Lang. Lapisan kaca pecah siap berhamburan keluar dari kelopak mata. Bibir bawahnya tergigit, dia menggeleng kuat menelan semua rasa penasarannya.
"Fu Qin, saya tidak mau pulang. Ketika kalian menjual saya maka saya bukan lagi bagian dari keluarga Li, saat saya menjadi janda mengapa kalian baru datang kemari dan memaksa saya pulang?"
"Saya tidak bod*h, lebih baik kalian pergi. Saya tau kalian akan menjual saya kembali demi mendapatkan banyak uang."
Beberapa orang berbisik-bisik, Nyonya tua Li sangat tega. Demi uang menjual cucu nya dan dengan tidak malu dia hendak membawanya pulang untuk di jual kembali.
"Ku rasa urat malunya sudah putus,"
"Dia sudah tua tapi begitu kejam, bagaimana jika anak-anak nya melakukan hal serupa pada nya?"
"Biarkan saja, hukum karma pasti terjadi."
Mereka berbicara dengan suara keras, agar Nyonya Tua Li mendengar nya. Tentu saja itu berhasil membuat wajah nenek itu merah padam. Merasa malu, dia menatap Putera nya penuh arti.
"Dengar Li Hua, kami tidak menjual mu dan kamu tetap menjadi bagian keluarga Li. Ingat lah baik Fu Qin maupun Lao Lao tidak setega itu."
"Kami tidak bisa berlama-lama, kalau kamu bersikeras disini. Kami tidak memaksa, pulang lah kalau kamu merasa tidak nyaman disini."
Keduanya segera pergi, beberapa orang menggosipkan mereka secara terang-terangan. Mereka tidak bod*h, kalau memaksa Li Hua di depan semua orang. Maka citra keluarga Li akan terkotori oleh tindakan mereka.
Da Lang bernafas lega, dia kira Li Hua akan pulang bersama mereka. Kalau iya, adik-adik nya akan merengek dan itu merepotkan. Anak itu menggelengkan kepala, alasan sebenarnya dia tidak rela Li Hua pergi. Dirinya benar-benar egois, kali ini Da Lang akan berusaha agar Ibu Sambungnya tidak sengsara. Akan lebih baik kalau Li Hua hidup nyaman, dan memiliki tubuh sehat.
"Aku kira kamu akan pergi bersama mereka."
Li Hua terdiam mendengar nya mengusap kepala Da Lang lembut,"itu tidak akan terjadi, aku tidak mau pulang."
Ujung bibir Da Lang terangkat,''syukurlah... Aku takut kamu pergi."
"Haruskah aku merasa senang? Kamu datang kemari, untuk apa?"
Anak laki-laki itu teringat sesuatu, dia bergegas keluar gerbang. Beberapa orang berpura-pura sedang lewat, nyatanya mereka semua sibuk menguping pertengkaran. Jauh-jauh datang ke kuil terlantar saat melihat kepala desa mengantar Nyonya tua keluarga Li.
Tong kayu berisi ikan hidup dibawa masuk kedalam, Kepala desa melihat nya. Ikan-ikan yang dibawa Da Lang terlihat gemuk, meskipun tidak begitu besar. Dia memikirkan dari mana Da Lang mendapatkan itu.
"Kedua saudara ku menangkapnya untuk mu, mereka pikir bisa menempatkan nya di kolam itu."Da Lang menunjuk kolam air di samping koridor.
"Ekhem, Li Hua saya pamit dulu. Maaf sudah membuat mu kesulitan hari ini."
"Tidak apa-apa,"
Kepala desa mengangguk dia berjalan pergi, Li Hua menyuruh Da Lang membawa tong kayu itu dan memindahkan ikan kedalam salah satu kolam. Li Hua tentu tidak mau Da Lang menaruhnya di induk kolam.
"Jika mereka besar, kita bisa menjadikan ikan bakar yang enak."Da Lang menatap Li Hua berseri-seri.
Ibu Sambungnya menutup pintu gerbang rapat, menoleh dan tersenyum lembut. Pemikiran Da Lang terlihat sederhana, dia menyukai itu.
"Itu terdengar ide yang bagus, apa kamu mau menemani ku pergi ke kota Hekko? Beritahu saudara mu yang lain agar mereka tidak mencari mu."
Butuh 3 jam untuk pergi ke kota Hekko, sedangkan kota Ping An hanya 1 jam saja. Seharusnya Li Hua memilih yang dekat, tapi dia tidak ingin ada orang desa melihat nya berjualan disana.
"Hua Niang, apa yang akan kamu lakukan disana?"Da Lang menjadi penasaran.
Li Hua duduk dilantai kayu, menatap ikan yang berenang bebas di kolam."hanya menjual sesuatu, jangan beritahu siapapun."
Da Lang hanya mengangguk, dia akan menutup mulutnya ketika seseorang bertanya pada nya. Meskipun penasaran, ia berusaha menelan banyak pertanyaan secara bulat-bulat.
"Dan tentu kamu mendapatkan bayarannya."
Anak laki-laki itu menjadi bersemangat mendengar dia akan mendapatkan uang, dia menyukai uang. Seumur-umur dia tidak pernah mendapatkan uang saku dari Huang Ji. Membeli barang saja tidak pernah, semua yang dicari dan dimakan tentu dia ambil dari alam. Dan uang? Beberapa orang meminta untuk di bantu, sebagian memberikan imbalan berbentuk uang dan sebagian lagi memberikan bahan pangan.
Uang yang didapat nya akan di simpan dengan baik, tidak pernah dia gunakan sedikitpun. Kecuali saat situasi mendesak untuk menggunakannya.
"Hua Niang tenang saja, aku akan melakukan yang terbaik untuk membantu mu."
Pintu gerbang terbuka lebar, Sanlang dan Erlang berlari masuk. Nafas mereka terengah-engah, pandangannya menyapu seluruh halaman Kuil. Berhenti di koridor samping saat menemukan sosok yang mereka cari. Erlang kembali berlari mendekati Li Hua.
Tidak seperti Saudaranya Sanlang menutup pintu gerbang terlebih dahulu, berjalan dengan tenang. Perasaan lega terlukis di wajah nya, itu sebab nya dia tidak berlari seperti Erlang. Mendengar kabar bahwa Hua niang sedang di jemput oleh keluarga Li jelas mereka panik.
"Kami mendengar Hua Niang akan pergi."
Langkah Erlang melambat, manik matanya berkaca-kaca. Duduk didepan Li Hua menelisik mencari kebenarannya. Sanlang duduk di samping Erlang tanpa suara, dia menunggu jawaban dari Li Hua.
Ibu Sambung mereka tertawa geli, ekspresi kedua anak didepannya seakan ingin menangis keras. Dia berdeham sejenak, dan tersenyum kecil.
"Aku tidak pergi, jangan pikirkan itu. Lagi pula tidak ada hal baik yang menanti ku dirumah."
"Benarkah? Aku tidak percaya, mari buat janji terlebih dahulu."Sanlang mengulurkan jadi kelingkingnya.
Jadi kelingking miliknya terpaut dengan Li Hua, mengangguk puas. Mendesah lega, dia tidak ingin Li Hua pergi. Kalau saja Ibu sambung nya pergi, maka hubungan mereka akan terputus.
"Aku harap kamu menepati janji mu,"ucap Erlang serius.
Pemuda itu tidak mau Li Hua mengingkari janjinya, Da Lang menjitak pelan kepalanya karena gemas.
"Hua Niang tidak mungkin mengingkari janjinya."
Keesokan paginya, saat matahari belum terlihat. Da Lang terlihat sedang memikul dua keranjang anyaman. Satu keranjang berisi tomat Cherry dan satu keranjang terisi dengan daun bawang. Kedua keranjang itu terhubung dengan satu tongkat kayu, yang memudahkan Da Lang memukulnya sekaligus.
"Sebenarnya dari mana Hua Niang mendapatkan ini?"kali ini Da Lang tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.
Li Hua menghentikan langkahnya, dia bingung untuk menjawab. Tidak mungkin mengatakan bahwa dia mendapatkan semua itu dari ruang dimensi. Bisa-bisa dia disangka tidak waras oleh Da Lang.
"Saat kamu pulang, Ibu ku mengantarkan ini. Dia bilang di rumah memiliki banyak stok daun bawang dan tomat Cherry. Jadi dia berpikir untuk mengirimkan secara diam-diam untuk ku."
Tentu saja Li Hua berbohong, keluarga Li bukanlah petani. Da Lang tidak mengetahui apapun tentang keluarga Ibu sambung nya. Hanya mengangguk, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke gerbang desa. Mencari kereta yang di tarik oleh lembu untuk pergi ke kota. Li Hua berniat untuk pergi ke kota Ping An terlebih dahulu, Da Lang memberitahu nya.
Tidak ada kereta dari desa pergi ke kota Hekko, mereka hanya ke kota Ping An dan sekitarnya. Kalau mereka ingin pergi ke kota Hekko, itu artinya harus ke kota Ping An dan mencari kendaraan lain yang bisa pergi kesana.
1saja gitu yaitu ibu/ bibi
boleh ga aku getok pala bapaknya itu??
gedeg aing Thor!!! /Determined//Determined//Hammer//Hammer//Hammer/