NovelToon NovelToon
Di Antara Peran Dan Hati

Di Antara Peran Dan Hati

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Model / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:28.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Luna Amanda, seorang aktris terkenal dengan pesona yang menawan, dan Dafa Donofan, seorang dokter genius yang acuh tak acuh, dipaksa menjalani perjodohan oleh keluarga masing-masing. Keduanya awalnya menolak keras, percaya bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan. Luna, yang terbiasa menjadi pusat perhatian, selalu gagal dalam menjalin hubungan meski banyak pria yang mendekatinya. Sementara itu, Dafa yang perfeksionis tidak pernah benar-benar tertarik pada cinta, meski dikelilingi banyak wanita.
Namun, ketika Luna dan Dafa dipertemukan dalam situasi yang tidak terduga, mereka mulai melihat sisi lain dari satu sama lain. Akankah Luna yang memulai mengejar cinta sang dokter? Atau justru Dafa yang perlahan membuka hati pada aktris yang penuh kontroversi itu? Di balik ketenaran dan profesionalisme, apakah mereka bisa menemukan takdir cinta yang sejati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tumpangan atau kesempatan ?

Dafa dan Aurel telah sepakat bahwa demi keamanan, Luna tidak bisa kembali ke apartemennya untuk sementara waktu. Dengan teror yang belum jelas siapa pelakunya, Dafa memutuskan untuk menawarkan rumahnya sebagai tempat perlindungan bagi Luna. Meskipun Luna awalnya agak ragu, akhirnya ia menerima tawaran Dafa setelah Aurel meyakinkannya bahwa itu yang terbaik untuk saat ini.

Saat tiba di rumah Dafa, Luna terkejut. Rumah Dafa sangat berbeda dengan bayangannya. Ruang tamunya luas, dengan desain modern minimalis yang sangat teratur, seakan setiap elemen dekorasi dipilih dengan teliti. Dinding-dinding putih bersih dipadukan dengan furnitur kayu berkualitas, sementara rak-rak buku penuh dengan koleksi buku medis dan karya sastra klasik. Lampu-lampu gantung yang elegan menciptakan suasana hangat dan tenang.

"Wow, rumahmu luar biasa. Sangat... tertata," ujar Luna sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling. “Kamu benar-benar perfeksionis, ya?” Dafa tersenyum tipis, merasa sedikit canggung mendengar pujian itu. “Aku hanya suka semuanya rapi dan sesuai tempatnya.” Luna tertawa kecil. "Kalau begitu, rumahku pasti bikin kamu gatal ingin beres-beres." Ia ingat bagaimana Dafa membersihkan apartemennya, dan sekarang tak bisa menahan godaan untuk menggoda Dafa sedikit lagi.

Dafa mengabaikan candaan itu dan melanjutkan dengan menunjukkan kamar yang akan ditempati Luna sementara waktu. “Ini kamarmu. Kamu bisa istirahat di sini selama yang kamu butuhkan. Ada kamar mandi pribadi di dalamnya, dan aku akan memastikan kamu punya semua yang kamu perlukan." Luna melihat ke dalam kamar yang ditata dengan sempurna. Tempat tidur nyaman dengan seprai putih bersih, lemari kayu, dan jendela besar yang memandang ke taman kecil di luar. "Terima kasih, Dafa," ucap Luna lembut. Namun, di balik senyum tipisnya, ada tatapan nakal yang muncul di matanya.

Luna mendekat ke Dafa, dengan nada menggoda. “Tapi... apa aku nggak bisa sekamar denganmu saja?” ujarnya sambil menaikkan alis, mencoba melihat reaksinya. Dafa terkejut, matanya melebar sebentar, lalu ia menunduk, menutupi kebingungannya. "Luna... kamu tahu itu nggak mungkin," jawabnya sambil menghela napas, berusaha tetap profesional.

Luna tersenyum nakal, merasa senang karena berhasil membuat Dafa sedikit gugup. "Aku cuma bercanda. Tapi serius, Dafa, terima kasih sudah menolongku seperti ini." Dafa mengangguk, mencoba menenangkan diri setelah godaan Luna. "Aku hanya ingin kamu aman, itu yang paling penting sekarang." Setelah beberapa saat, Dafa menambahkan, "Jangan khawatir. Selama kamu di sini, aku akan memastikan semuanya baik-baik saja. Kita akan mencari tahu siapa yang mengancammu, dan aku tidak akan biarkan hal buruk terjadi padamu lagi."

Luna tersenyum hangat, meskipun rasa suka dan rasa kagumnya terhadap Dafa semakin dalam, ia tahu ia harus sabar dan mengikuti alur. Namun, di dalam hatinya, Luna berjanji bahwa ia tidak akan menyerah untuk mendapatkan hati Dafa. Di sisi lain, Dafa, meskipun terus berusaha bersikap profesional, mulai merasakan sesuatu yang berbeda ketika berada di dekat Luna.

Malam itu, suasana di rumah Dafa begitu tenang. Dafa sedang duduk di ruang kerjanya, mengerjakan laporan pasien sambil sesekali mencuri pandang ke arah jendela. Pikirannya terus kembali pada Luna yang tengah beristirahat di kamarnya. Meskipun ia berusaha fokus pada pekerjaannya, perasaannya tak menentu setiap kali memikirkan keadaan Luna.

Tiba-tiba, terdengar suara teriakan dari kamar Luna. Dafa terkejut dan tanpa pikir panjang, ia berlari menuju kamar Luna. Pintu kamar dibiarkan setengah terbuka, dan ketika Dafa masuk, ia melihat Luna duduk di atas tempat tidurnya dengan napas tersengal-sengal, wajahnya pucat pasi dan keringat membasahi dahinya.

"Luna! Ada apa?" tanya Dafa dengan nada panik, mendekatinya dengan cepat. Tanpa berpikir panjang, Luna refleks memeluk Dafa erat-erat, seolah mencari perlindungan. Tubuhnya gemetar, dan Dafa bisa merasakan ketakutannya. "Aku... aku mimpi buruk, Dafa. Rasanya begitu nyata...," kata Luna, suaranya serak dan bergetar.

Dafa terdiam sejenak, merasakan kehangatan tubuh Luna yang masih memeluknya erat. Perasaan bercampur aduk dalam hatinya. Perlahan, ia mengusap punggung Luna, mencoba menenangkannya. "Sudah, Luna. Itu hanya mimpi. Kamu aman di sini." Meskipun biasanya Dafa selalu menjaga jarak, saat itu ia merasakan dorongan untuk melindungi Luna lebih dari sekadar sebagai dokter. Pelukan itu terasa lebih dari sekadar reaksi ketakutan, dan Dafa bisa merasakan betapa rapuh Luna di saat-saat seperti ini. Tanpa bisa mengendalikan dirinya, ia membalas pelukan Luna, menenangkan gadis itu dengan lembut.

"Terima kasih, Dafa. Aku takut sekali. Dalam mimpi itu, seseorang mencoba mencelakaiku, dan... dan aku merasa tidak berdaya," bisik Luna sambil mempererat pelukannya. Dafa melepaskan pelukan itu perlahan, meski terasa berat. "Kamu tidak sendirian, Luna. Aku ada di sini. Jangan khawatir, tidak akan ada yang menyakitimu lagi." Luna mendongak, menatap Dafa dengan mata yang masih basah oleh air mata. "Kenapa kamu selalu baik padaku, Dafa? Padahal aku tahu kamu merasa kesulitan dengan hubungan ini."

Dafa menatap mata Luna dalam-dalam. Sejenak, ia merasa terbuka, rentan. "Karena aku peduli, Luna. Mungkin lebih dari yang seharusnya," jawabnya dengan jujur, sebelum menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Luna tersenyum kecil, meski hatinya masih berdebar. "Aku tidak ingin mimpi buruk ini mengganggu lagi, tapi mungkin... kalau kamu di sini, aku akan merasa lebih tenang."

Dafa tertawa kecil, mengerti apa yang Luna coba katakan. "Aku nggak bisa terus-terusan di sini, Luna. Kamu perlu istirahat, dan aku juga." Luna menghela napas, tahu bahwa Dafa tidak akan menyerah pada rayuannya dengan mudah. "Baiklah, tapi janji kamu akan tetap di sini, kan?" Dafa mengangguk. "Aku nggak akan ke mana-mana. Sekarang, tidurlah." Setelah memastikan Luna kembali berbaring, Dafa meninggalkan kamar, meski perasaannya tetap berkecamuk. Kembali ke ruang kerjanya, ia mencoba fokus kembali pada pekerjaannya. Namun, mimpi buruk Luna dan pelukan tadi terus menghantui pikirannya.

Sementara itu, Luna berbaring dengan pikiran yang masih melayang-layang. Meskipun mimpi buruknya begitu menakutkan, ada perasaan aman yang tumbuh dalam hatinya setelah dipeluk oleh Dafa. Dan entah bagaimana, mimpi buruk itu seolah membawa mereka lebih dekat.

****

Pagi itu, sinar matahari perlahan-lahan menyelinap masuk melalui tirai jendela kamar Luna. Udara terasa tenang, namun Luna sudah terjaga lebih dulu. Matanya sedikit bengkak akibat tangisan semalam, tapi hatinya terasa lebih ringan setelah malam panjang yang dihabiskannya bersama Dafa. Saat ia menoleh, dilihatnya Dafa yang tertidur di kursi dekat tempat tidurnya. Dafa masih mengenakan pakaian yang sama sejak semalam, dengan laptop yang masih menyala di hadapannya, dan beberapa buku medis berserakan di sampingnya. Wajahnya terlihat lelah, dan posisinya yang setengah duduk terlihat sangat tidak nyaman

1
Haslinda Subhan
lanjut season 2 nya thor
Haslinda Subhan
lanjut thor
Susi Zega
terlalu bodoh si Luna, tegas kek
••iind•• 🍂🫧
Mampir kak
Anggun
hadir saling support kak
Sutarni Khozin
lnjut
Morani Banjarnahor
ditunggu lanjutannya thor
范妮·廉姆
Hai semua...
gabung yu di Gc Bcm..
kita di sini ada event tertentu dengan reward yg menarik
serta kita akan belajar bersama mentor senior.
Jadi yu gabung untuk bertumbuh bareng.
Terima Kasih
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿
perhatikan dialog,agar tidak saling menempel....

cerita nya bagus thor,kalau dialog nya lebih rapi lagi,pasti tambah seru.../Smile/
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿: sami²/Applaud/
Lucky One: makasih saranya😊
total 2 replies
Sitichodijahse RCakra
Bila jodoh tdk kemana Dokter dan Artis
Sutarni Khozin
lnjut
bellis_perennis07
aku mampir... 🥰🥰🥰 jangan lupa mampir di cerita ku dan mohon dukungannya yaa.. 💜💜💜💜💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!