Nindya seorang sekertaris yang sangat amat sabar dalam menghadapi sikap sabar bosnya yang sering berubah suasana hati. Hingga tiba-tiba saja, tidak ada angin atau hujan bosnya dan keluarganya datang ke rumahnya dengan rombongan kecil.
Nindya kaget bukan main saat membuka pintu sudah ada wajah dingin bosnya di depan rumahnya. Sebenarnya apa yang membuat bos Nindya nekat datang ke rumah Nindya malam itu, dan kenapa bosnya membawa orang tuanya dan rombongan?
Ayo simak kelanjutan ceritanya disini🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Saat pukul 18.30 Kaivan sudah diteror oleh ibunya untuk segera pulang. Setelah dipaksa dan ditelpon oleh ibunya berkali-kali akhirnya Kaivan pun mengalah untuk pulang karena sudah terlalu tidak nyaman dihubungi terus oleh ibunya.
"Akhirnya kamu pulang juga nak, kalau kamu tadi tidak segera pulang ibu tidak akan segan-segan menyeretmu dari kantor untuk pulang" ucap Eni saat Kaivan baru saja masuk rumah.
"Aku akan pulang bu walaupun tanpa paksaan."
"Iya mulut kamu bilangnya begitu tapikan ibu juga enggak tahu dalam otakmu itu merencanakan sesuatu, ibu takutnya nanti kamu malah kabur dan tidak mau bertanggung jawab kasihan cucu ibu dong tidak ada figur ayah dalam hidupnya."
"Aku tidak..."
"Mbak Eni, kuenya sudah siap semuanya nih" ucap Rini.
"Sebentar ya nak ibu akan mengecek persiapan untuk lamaran kamu, sudah sana kamu mandi dan dandan yang sopan dan tampan agar calon mertuamu nanti menerimamu dengan baik" Kaivan hanya menjawab dengan deheman saja lalu naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya.
Sedangkan Eni sibuk mengurusi beberapa barang dan kue yang akan dibawa ke rumah Nindya nanti. Persiapan mulai dilakukan oleh Eni mulai pagi hingga petang baru selesai. Semua Eni persiapan sebaik mungkin agar tidak ada kesalahan nantinya.
Sekitar satu jam kemudian, para kerabat dekat dan orang tua Kaivan sudah siap berangkat. Mereka semua sedang menunggu kehadiran Kaivan di ruang tamu.
"Kemana Kaivan saat ini mbak? Kenapa dia tidak kunjung keluar dari dalam kamar?" tanya Rini yang ada disamping Eni.
"Tidak tahu mungkin dia sedang bersiap-siap sebaik mungkin agar calon mertuanya bisa menerimanya."
"Mbak emang enggak takut kalau saat ini Kaivan merencanakan untuk kabur?"
"Astaga ucapan kamu benar juga! Sebentar biar aku lihat Kaivan, jangan sampai anak itu buat ulah lagi" Eni segera menuju kamar anaknya.
Baru saja saat Eni akan membuka pintu kamar Kaivan, laki-laki yang sudah ditunggu banyak orang itu membuka pintu kamarnya. Eni bekacak pinggang menatap Kaivan.
"Kenapa kamu lama banget sih siap-siapnya seperti cewek saja, masa dandan perlu waktu satu jam sih."
"Kata ibu tadi aku harus tampil sebaik mungkin jadi aku ya lama dong dandannya."
"Tapi ya enggak selama ini juga dong, kamu itu apa perlu makeupan hingga luluran?"
"Ya enggak mungkin aku melakukan itu lah bu."
"Lah terus kamu kenapa lama sekali siap-siapnya?" saat Kaivan akan menjawab pertanyaan ibunya, ayahnya datang.
"Sayang kamu kenapa lama banget sih hanya memanggil Kaivan?" tanya Bara.
"Aku harus memarahi anak ini dulu mas supaya dia kapok, aku kesel banget masa harus nunggu dia lama" keluh Eni pada suaminya.
"Sudah sekarang kamu tidak perlu kesal lagi karena sebentar lagi kita akan memiliki seorang mantu dan cucu sekaligus jadi hilangkan kekesalanmu agar nanti wajah kamu ceria saat ketemu calon besan."
Wajah Eni yang semula keruh menjadi berseri kembali. "Iya kamu benar mas, ya sudah kalau begitu ayo kita berangkat ke rumah Nindya nanti takutnya kemalaman."
"Iya ayo, kamu duluan aja sayang biar nanti aku sama Kai nyusul ke bawah" Eni tersenyum dan mengangguk lalu berjalan pergi meninggalkan Kaivan dan Bara.
Saat melihat istrinya sudah turun ke bawah, atensi Bara beralih ke Kaivan. "Nak kamu harus menjadi laki-laki yang bertanggung jawab karena sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah."
"Tapi ayah, sebenarnya aku tidak menghamili Nindya mungkin saat itu dia sedang salah kirim pesan" Kaivan terus mencoba menjelaskan agar ayahnya bisa percaya tapi memang sepertinya hanya percuma saja.
"Nak kamu jangan bicara seperti itu karena terlihat sekali kamu menjadi laki-laki bajingan, jadilah laki-laki yang bertanggung jawab. Ayo kita segera berangkat ke rumah Nindya" ajak Bara lalu mempersilahkan Kaivan untuk jalan terlebih dahulu.
Saat turun ke bawah semua orang sudah memasukkan barang-barang dan kue ke dalam mobil. Mereka belum naik ke mobil menunggu Kaivan turun ke bawah. Baru saat Kaivan turun semua orang mulai masuk ke dalam tiga mobil yang sudah dipersiapkan.
"Ayo Kaivan naik ke dalam mobil nanti keburu kemalaman" ucap Eni.
"Iya ayo sayang kita naik ke mobil" ucap Bara lalu menggiring anak dan istrinya masuk ke dalam mobil.
Sesudah itu mobil pun mulai melaju menuju ke rumah Nindya. Saat sudah sampai tidak semua orang berjalan ke depan rumah Nindya, hanya beberapa orang saja yaitu Kaivan dan kedua orang tuanya.
Sebelum bertamu, Bara terlebih dahulu mengetuk pintu. Baru mengetuk beberapa kali akhirnya pintu rumah terbuka menampilkan wajah Nindya dengan baju rumahan dan rambut Nindya yang tercepol tinggi. Nindya yang baru membuka pintu pun kaget melihat keberadaan bos dan kedua orang tua bosnya.
"Pak Kai? Kenapa anda kesini?" tanya Nindya.
"Ada yang akan saya bicarakan denganmu" ucap Kaivan dingin.
"Mau bicara apa ya pak Kai."
"Nindya alangkah lebih baiknya kamu menyuruh saya dan kedua orang tua saya masuk ke dalam rumahmu" ucap Kaivan yang membuat Eni mencubit pinggang anaknya.
"Jangan dengarkan dan masukkan ke dalam hati perkataan Kaivan ya Nindya" ucap Eni.
"Iya bu tidak papa, ayo bu masuk ke dalam maaf karena membiarkan anda berada lama di luar" ucap Nindya sambil mempersilahkan Kaivan, Eni dan Bara untuk masuk ke dalam rumah.
Saat sudah masuk dan Nindya mempersilahkan mereka bertiga untuk duduk.
"Ada apa ya ibu dan bapak datang ke kediaman saya ini?" tanya Nindya.
"Sebelum saya menjelaskan maksud kedatangan saya ke sini lebih baik kamu panggil ayah dan ibumu terlebih dahulu."
"Baik akan saya panggilkan orang tua saya terlebih dahulu" Nindya segera beranjak dan memanggil kedua orangtuanya yang sedang ada di belakang rumah.
"Ayah, ibu ada tamu yang ingin bertemu" ucap Nindya saat sudah berada di samping orang tuanya.
"Memang siapa tamu yang mencari kita berdua?" tanya jajak.
"Orang tua dari mantan bosku yang datang."
"Hah? Kenapa mereka datang bertamu kesini?"
"Aku juga tidak tahu ibu, mereka tiba-tiba saja datang kemari."
"Ya sudah ayo kita temui mereka dan kamu Nindya tolong kamu buatkan minum untuk mereka ya?" ucap jajak.
"Baik ayah" jajak dan Leli pun pergi menemui orang tua Kaivan, sedangkan Nindya ke dapur membuat minum untuk ketiga tamunya.
Jajak dan Leli pun menghampiri ketiga orang itu dengan ramah. "Maaf sebelumnya tuan dan nyonya ada gerangan anda repot-repot datang kemari?"
"Saya, anak dan istri saya datang kemari karena ingin membicarakan kelanjutan hubungan anak kita dan melamar anak anda."