Istrimu Wanitaku

Hari ini banyak berita trending...

Amora menyaksikan sendiri bagaimana penangkapan Riana dan Andre dilakukan, semua kejahatan dan tindakan yang mereka lakukan selama ini terbongkar dengan bukti-bukti kuat yang terpampang. Kecuali Karina tak ditangkap karena mendapat sedikit keringanan karena tengah mengandung.

Anggara benar-benar turun tangan untuk menyelesaikan semuanya demi sang anak Amora, ini harus diakhiri. Orang-orang seperti mereka jangan diberi tempat untuk memimpin, sebelum semuanya berubah menjadi perusahaan kotor.

"Bu Riana! bagaimana bisa anda mengkhianati mendiang Kaluna setelah itu merebut kekuasaannya dengan berdalih wasiat? padahal mendiang masih memiliki seorang anak yang berhak atas semua itu!?." Ujar wartawan terus mengejar dua orang tersangka, namun polisi tetap menahan mereka.

"Gila ya anda! saya sebelumnya suka dengan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan, tapi setelah mengetahui semuanya ini sangat menjijikan!." Timpal yang lain.

Andre dan Riana hanya bisa menunduk tak berani menatap mereka semua, keduanya benar-benar tak menyangka akan seperti ini. Kedua tangan mereka diborgol..

"Hey tolong jawab dulu! banyak orang yang ingin mendengar langsung pernyataan dari mulutmu pengkhianat!." Ujar wartawan lagi.

"Anda bisu bu Riana? pak Andre? oh iya ya kan bisu makan harta rampasan.." Sindir yang lain.

"Bisa tolong beri tanggapannya bu??."

"Sudah, tolong beri jalan!." Ujar polisi menengahi untuk membawa mereka segera masuk ke dalam mobil menuju pengadilan.

Amora melihat siaran berita yang sedang trending itu, ia menghela nafas lega karena membalaskan dendam untuk mamanya telah usai.

Bella tersenyum langsung memeluk tubuh Amora. "Sudah, semuanya selesai. Sekarang lanjutkan hidupmu dengan tenang sayang."

Wanita cantik itu mengangguk.

Anggara menyerahkan beberapa berkas penting pada putrinya. "Ini map penting yang akan dibutuhkan selama konferensi di perusahaan kakakmu nanti."

Amora menerimanya.. "Oke pah."

Saat ini ia sudah bersiap-siap untuk berangkat ke Jepang bersama Kageo, wanita cantik itu tadinya sedikit keberatan namun karena ada satu dan lain hal ia pun menerimanya untuk mewakili sang papa.

Anggara memeluk tubuh putrinya lama. "Laksanakan tugas dengan baik, papa percaya sama kamu.." Ucapnya. "Dan ingat! jangan rewel jangan menyusahkan Kageo."

"Iya iya papa.." Balas Mora dengan manja.

Dengan dibantu bibi, koper Mora dimasukkan ke dalam bagasi mobil.

"Kita pamit ma, pa.." Ujar Kageo kepada keduanya.

"Iya, hati-hati ya."

"Titip Mora, jangan menyebalkan atau menjahilinya." Bisik mama Bella pada Kageo, ia sudah peka kalau mereka ini sedikit tak akur.

Kageo menggaruk kepala tak gatal. "Iya ma."

"Oke."

Setelah berpamitan Kageo dan Amora masuk ke dalam mobil, mereka di antar anak buah Anggara. Tak lama mobil itu pun melaju membelah jalanan raya meninggalkan pelataran rumah Anggara untuk menuju bandara.

.

Jepang

Keduanya tiba di apartemen Kageo pada pukul 19.45 malam hari..

Sesampainya di sana..

Amora cukup terkesima dengan apartemen Kageo, tak aneh juga karena pria itu memang bukan orang sembarangan jadi wajar tempat tinggalnya tampak mewah memanjakan mata dengan pemandangan indah di luar.

Di sana terdapat tiga kamar kosong, Amora sedikit bertanya-tanya. Apakah pria dingin yang menyebalkan itu tidak tinggal sendirian tak seperti yang dikatakannya?.

"Kamarmu yang sebelah kanan.." Ujar Kageo menunjukkan kamar yang akan ditempati adiknya.

"Itu dapur nya, dan kau bebas melakukan apapun di sana." Timpal Kageo lagi.

"Oke." Balas singkat Amora, ia ingin segera istirahat sebelum menyambut hari esok yang mungkin akan melelahkan.

Rasanya benar-benar aneh berada dalam satu atap dengan seorang pria bahkan mereka tinggal bersama, tapi Amora tak mempermasalahkan itu.

"Kuncinya?." Tanya Mora.

Pria itu menyerahkan kunci kamar, Amora melangkah serta langsung membuka kamarnya dan hendak masuk ke dalam.

Namun tiba-tiba tangan Kageo menahan pintu...

"Kenapa?." Ujar Mora.

"Tidak ada yang namanya kesiangan! kau berada di sini maka harus patuh pada ucapanku, hanya ucapanku! paham adik kecil?." Jelas Kageo.

Amora menatap kesal Kageo saat mendapat julukan adik kecil. "Sudah dewasa ya! aku memang adikmu tapi bukan berarti masih kecil!."

Sudut bibir Kageo terangkat, ia mendekatkan wajahnya. "Kau benar, bukan anak kecil lagi kalau perempuan itu sudah menjadi janda, right?." Bisik Kageo sengaja.

Amora menarik nafasnya dalam-dalam akan ucapan Kageo barusan, ia berusaha menahan amarah. "Kau!..."

Pria tampan itu tak peduli tak menjawab apa-apa lagi, acuh saja seperti sudah puas membuat adik tirinya naik darah. Kageo langsung meninggalkan Amora dan masuk ke dalam kamarnya.

"Apa istrinya akan tahan jika memiliki suami seperti dia? cih benar-benar menyebalkan! aku sudah kasihan duluan kepada istrinya nanti."

.

Bersambung