Untuk mengungkap penyebab adiknya bunuh diri, Vera menyamar menjadi siswi SMA. Dia mendekati pacar adiknya yang seorang bad boy tapi ternyata ada bad boy lain yang juga mengincar adiknya. Siapakah pelakunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
Vera dan Dwiki masih saling menatap. Sorot mata tajam Dwiki penuh tantangan, sementara Vera tetap santai, bahkan senyum miring terukir di bibirnya.
"Hebat juga lo," ujar Vera dengan nada meremehkan, lalu melangkah pergi begitu saja tanpa menoleh.
Dwiki masih berdiri di tempatnya, menatap punggung Vera yang menjauh. "Udah gue tolong, gak ucapin makasih?" gumamnya cukup keras agar bisa didengar.
Vera hanya menoleh sekilas, melemparkan senyum kecil sebelum melanjutkan langkahnya. Di belakangnya, Syifa dengan cepat mengejar.
"Vera, tunggu! Kita ke kantin bareng!" panggil Syifa.
Dwiki menyilangkan kedua tangannya, memperhatikan Vera dengan intens. Ada sesuatu pada gadis itu yang menggelitik perhatiannya. Dia gadis yang sangat berbeda dari gadis lainnya yang pernah dia temui.
"Dia semakin menarik," gumamnya, senyum tipis menghiasi bibirnya.
Riki, yang sedari tadi mengamati, melangkah mendekat. "Lo naksir dia?" tanyanya sambil menepuk bahu Dwiki untuk menyadarkan lamunannya.
Dwiki hanya mengangkat bahunya, tidak memberikan jawaban pasti, lalu berjalan santai menuju kantin.
Di kantin, Vera membeli es jeruk dan camilan pedas, lalu duduk bersama Syifa. Sesekali, tatapannya mencuri pandang ke arah Sagara, yang tengah duduk bersama beberapa temannya.
"Ternyata dia ada di sini," gumam Vera, mengamati pria itu dari kejauhan. Wajah Sagara tetap dingin, tanpa ekspresi, seolah tak ada satu hal pun di dunia ini yang mampu mengguncangnya.
Syifa yang memperhatikan tingkah Vera, terkekeh kecil. "Kalau lo penasaran, dekati aja dia."
Vera menghela napas panjang. "Masalahnya, dia terus menghindar tiap gue dekatin. Memang gue sejelek itu." Vera mengibaskan rambut sebahunya.
"lo terlalu bar-bar."
Saat dia membuka bungkus camilannya dan mulai mengunyah, sosok lain memasuki kantin, membuat suasana mendadak hening. Semua mata tertuju pada Dwiki.
Vera bergumam pelan, merasa terganggu dengan kehadiran Dwiki. "Tuh orang lagi-lagi muncul kayak hantu. Merusak pemandangan aja."
Syifa mendekatkan wajahnya pada Vera dan berbisik, "Lo gak takut sama Dwiki? Dia itu siswa paling nakal di sini."
Vera hanya tertawa kecil sambil mengunyah camilannya. "Ngapain takut? Gue yakin, di rumah dia cuma anak mami."
Tatapannya tetap waspada, menunggu apa yang akan dilakukan Dwiki kali ini.
Seperti yang sudah diduga, Dwiki berjalan mendekati meja Sagara, lalu dengan sengaja memukul meja dengan cukup keras hingga beberapa orang tersentak kaget.
"Gue dengar lo gak mau tanggung jawab pada Rhea, sampai dia bunuh diri?" suara Dwiki menggema di seluruh kantin.
Semua orang terdiam. Beberapa murid mulai berbisik, menunggu reaksi Sagara.
Sagara perlahan mengangkat kepalanya, menatap Dwiki dengan sorot mata dingin yang menusuk. "Kalau gue gak mau tanggung jawab, kenapa dia sendiri yang minta putus dari gue? Jangan-jangan lo yang memaksa dan mengancam Rhea?"
Dwiki mengepalkan tangannya, emosinya tersulut. Tanpa berpikir panjang, dia mencengkeram kerah seragam Sagara dengan kasar.
Teman Sagara berusaha melerai, tapi kekuatan mereka kalah dengan Dwiki.
Sebelum situasi semakin panas, Vera tiba-tiba melangkah mendekat dengan santai, menyelipkan diri di antara keduanya. Dengan cepat, dia mengusap wajah Dwiki dengan tangannya yang penuh bubuk cabai dari camilannya.
Seketika, Dwiki melepaskan cekalannya dan mengusap matanya yang terasa perih. "Sialan! Lo lagi?!" serunya kesal.
Vera hanya terkekeh. "Udah gue bilang, lo jangan ganggu dia. Lagian, lo sok berani banget. Gue yakin di rumah lo pasti anak mami."
Dwiki menahan temannya yang hendak maju membalas perlakuan Vera. Dia justru tertawa, meski matanya masih terasa perih. "Kenapa lo belain dia?"
Vera menoleh ke arah Sagara, tetapi pria itu tidak mengatakan apa pun. Tatapan matanya kosong, lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia bangkit dan berjalan keluar dari kantin.
Vera mengerutkan kening dan merasa aneh pada dirinya sendiri. Seharusnya dia fokus mencari pelaku yang sudah menghamili Rhea, bukan justru membela Sagara. Mau Sagata dibully sekalipun biarkan saja. "Iya juga... Kenapa gue malah belain dia?" gumamnya pelan.
Sementara itu, Dwiki masih berdiri di hadapannya. Vera semakin tersenyum miring, lalu dengan santai mengusap tangannya yang masih dipenuhi bubuk cabai ke seragam putih Dwiki.
"Sial! Hei, lo!" Dwiki berteriak kesal.
Vera segera berlari keluar kantin sambil tertawa puas sebelum Dwiki membalas perbuatannya.
Dwiki menggeram kesal, menatap punggung Vera yang menjauh. "Cewek itu bar-bar banget Gue bakal kasih dia pelajaran!
Dwiki, bersama Riki dan beberapa temannya, berjalan ke tempat parkir. Matanya menyapu seluruh area, mencari motor milik Vera.
"Lo lihat, motor dia yang mana?" tanya Dwiki penuh niat jahat.
Riki menunjuk sebuah motor sport berwarna merah yang tampak mencolok di antara kendaraan lain. "Itu. Dia pakai motor sport."
Dwiki terkekeh. "Wah, dia emang bad girl beneran."
Tanpa ragu, Dwiki mengambil paku dari sakunya dan mulai mengempesi kedua ban motor Vera.
"Lihat aja nanti. Dia pasti bakal butuh bantuan gue." Sebuah senyum licik terukir di wajahnya.
ok lanjuuut...