"Kulihat-lihat, Om sudah menua, apakah Om masih sanggup untuk malam pertama?" ucap Haura menatap Kaisar dengan senyum sinis.
Kaisar berjalan ke arah Haura dan menekan gadis itu ke tembok. "Harusnya saya yang nanya, kamu sanggup berapa ronde?"
-
Karena batal menikah dengan William, cucu dari konglomerat terkenal akibat perselingkuhan William. Haura Laudya Zavira, harus menerima dijodohkan dengan anggota keluarga lain yaitu Om dari William, atas dasar kerjasama keluarganya dan keluarga William.
Tapi siapa sangka, laki-laki yang menggantikan William adalah Kaisar Zachary Zaffan—putra bungsu sang konglomerat, pria dewasa yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Belas
"Apa Mama tak salah ...?" tanya Melli sang menantu.
Dahi Mama Kartini tampak berkerut mendengar pertanyaan menantunya itu. Dia tahu pasti jika wanita pasti tak akan pernah setuju dengan apa yang dia lakukan saat ini.
"Salahnya dimana ...?" tanya Mama Kartini. Bukannya menjawab pertanyaan sang menantu dia balik bertanya.
"Mel, sudahlah. Ikuti saja apa maunya Mama," ucap Yusuf.
Melli tak mau mendengar ucapan sang suami. Dia kembali bicara dengan suara lantang.
"Setelah perusahaan itu maju ditangan Yusuf dan William, Mama seenaknya menyerahkan pada Kaisar. Apa Mama yakin seorang yang depresi bisa menjalankan perusahaan dengan baik? Mengurus dirinya saja tak bisa, apa lagi sebuah perusahaan besar! Aku tau Mama melakukan semua ini karena tak suka dengan William. Mama masih marah karena putraku tak mau menikahi wanita itu!" tunjuk Melli pada Haura.
Haura memandangi wajah suaminya. Kaisar tampak tak terpengaruh dengan ucapan kakak iparnya. Dia lalu menggenggam tangan suaminya. Pria itu membalasnya dan tersenyum. Mereka seperti saling menguatkan.
"Ma, sudahlah!" ucap William.
Mama Kartini tampak tersenyum simpul mendengar ucapan menantunya itu. Tak mengerti jalan pikirannya. Kenapa harus membawa Haura dalam masalah ini.
"Kau jangan salah, justru Haura yang telah memutuskan hubungannya dengan William. Putramu itu hingga berlutut memintanya kembali. Lagi pula semua ini gak ada hubungan dengan Haura atau William. Keputusanku gak bisa diganggu gugat. Itu perusahaan milikku. Terserah padaku mau memberikan pada siapa. Lagi pula kau harus ingat, posisi kamu hanya menantu bukan anakku, jangan terlalu ikut campur!" seru Mama Kartini.
Melli ingin menjawab ucapan mertuanya, tapi suaminya tampak melarang dengan menggelengkan kepalanya. Sehingga Melli mengurungkan niatnya untuk bicara.
Mama Kartini lalu mengalihkan pandangan pada Haura. Dia tersenyum pada gadis itu. Sedangkan Melli tampak ngedumel. Wanita paruh baya itu tak peduli dengan apa yang menantunya pikirkan.
"Haura, apa kamu mau bantu Mama masak untuk makan siang?" tanya Mama Kartini dengan lembut. Dia sepertinya sudah sangat terbiasa menyebut dirinya Mama.
"Tentu saja mau, Oma. Eh ... Mama," jawab Haura.
Haura lalu berdiri. Dengan agak sedikit pincang dia berjalan karena kakinya masih terasa sakit. Mama Kartini baru memperhatikan itu. Dia memandangi tanpa kedip.
"Kau apakan menantuku, Kaisar? Sampai pincang jalannya. Apa kau menghajarnya hingga pagi?" tanya Mama Kartini.
Pertanyaan mama Kartini membuat wajah Haura merah karena malu. William langsung memandang ke arah mantan kekasihnya itu. Gadis itu tampak tersenyum. Dia lalu memandangi pamannya, seperti biasa wajah itu datar tanpa ekspresi. Membuat William jadi bertanya.
"Apa Haura bahagia dinikahi Om Kaisar?" tanya William dalam hatinya.
Kedua orang tua William ikutan beranjak dari ruang tamu. Tak ada niat membantu mertuanya masak.
"Kamu istirahat saja kalau kakinya sakit," ucap Mama Kartini.
"Tak apa, Ma. Hanya nyeri sedikit. Keseleo mungkin. Tapi sudah dipijat Om Kaisar tadi," ucap Haura.
"Kamu duduk saja. Membantu Mama memotong sayuran atau apa saja yang bisa dikerjakan sambil duduk," ucap Mama Kartini.
Mama Kartini lalu menggandeng tangan menantunya menuju ke arah dapur. Keduanya tampak sangat akrab.
Sementara itu di ruang tamu, Kaisar tersenyum menyadari William memperhatikan dirinya.
"Kanapa melihatku seperti itu?" tanya Kaisar, membuat William tersadar dari lamunannya.
"Tak ada. Tampaknya Om senang bisa menikahi kekasihku," ucap William.
"Bahagia? Tentu saja aku sangat bahagia. Mantan kekasih ... kalian telah putus, " jawab Kaisar dengan tersenyum miring.
"Aku belum memutuskan hubungan kami. Itu hanya keinginan Haura saja," ucap William.
Kaisar jadi tersenyum mendengar jawaban dari ponakannya itu. Dia tak mau nanti keluarga mengatakan dirinya merebut kekasih William.
"Tak perlu persetujuan darimu. Kalian belum menikah. Jangan lupa, semua juga salahmu. Selingkuh tapi tak mau di putuskan!" seru Kaisar dengan sedikit ketus.
"Apakah Om yakin Haura juga bahagia menikah dengan Om?" tanya William tak mau kalah.
"Tentu saja dia bahagia! Dari pada menikah dengan pria seperti kamu! Apa kau tak melihat, dia sampai tak bisa jalan aku buat malam tadi," ujar Kaisar sambil tersenyum.
"Memangnya aku pria seperti apa?" tanya William dengan wajah merah menahan malu.
"Kang selingkuh dan pecundang!" jawab Kaisar.
William tak terima dengan ucapan om-nya itu. Dia berdiri dan memandangi Kaisar dengan tatapan tajam. Tangannya tampak terkepal. Namun, Kaisar bukannya takut, dia justru tersenyum simpul.
"Kanapa ...? Kau tak terima kalau Haura lebih memilih menikah denganku dari pada kau?" tanya Kaisar dengan suara penuh penekanan.
Belum sempat William menjawab, tampak Haura yang berjalan perlahan mendekati suaminya dengan membawa segelas air jahe. Mama Kartini tadi yang memintanya mengantar untuk sang putra.
"Ada apa ini?" tanya Haura melihat wajah tegang William.
"Tanyakan saja sama suamimu si bujang lapuk itu!" seru William.
"Jaga ucapanmu! Dia itu om kamu. Lagi pula saat ini Om Kaisar bukan lagi bujang, dia suamiku!" balas Haura dengan suara sedikit lantang.
Kaisar tampak tersenyum mendengar Haura membela dirinya. Dia hampir tak percaya dengan pendengarannya. Mereka bertiga tak menyadari jika Melli mendengar pertengkaran nya.
"Suami ...? Cepat sekali kau menerimanya sebagai suami. Padahal dua minggu lalu kau masih mengatakan cinta padaku," ucap William dengan tersenyum licik.
"Tentu saja dia bisa menerima secepat ini karena sudah mengetahui kalau Kaisar akan memimpin perusahaan. Apakah Mama menjanjikan akan memberikan perusahaan pada Kaisar jika kamu mau menikahinya?" tanya Melli dengan suara ketus.
"Aku tak perlu dijanjikan apa-apa Bu Melli. Aku menerima Kaisar sebagai suamiku dengan ikhlas. Aku yakin Allah menggantikan sesuatu yang jelek dengan yang lebih baik. Membuang batu demi mendapatkan berlian tak harus dijadikan apa-apa. Aku yakin Kaisar jauh lebih baik dari William!" jawab Haura dengan penuh percaya diri.
Kaisar meraih pinggang istrinya. Memeluknya dengan erat. Bahagia karena Haura terus membelanya walau dia tahu dihati wanita itu masih ada tersimpan nama William dan belum mencintainya.
"Aku ingatkan pada Kak Melli, jangan pernah berucap sesuatu yang menyakiti hati istriku. Jika Kakak tak suka denganku, jangan lampiaskan pada Haura. Dia tak bersalah. Jika aku masih mendengar Kak Melli menekannya, aku tak akan tinggal diam!" ujar Kaisar dengan penuh penekanan.
William dan Melli terkejut mendengar ucapan Kaisar. Tak percaya jika pria itu berani mengancam.
terimakasih 🙏
bagus