NovelToon NovelToon
Ours Time

Ours Time

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: Musim_Salju

Siapa sangka, Vanya gadis cantik yang terlihat ceria itu harus berjuang melawan penyakitnya. Dokter mengatakan jika Vanya menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) yang terjadi akibat gangguan pada saraf motoriknya.

Segala pengobatan telah di upayakan oleh keluarganya, namun belum ada cara untuk bisa mengobati penyakit yang di derita Vanya. Ia yang sudah ikhlas menghadapi penyakit yang ia derita hanya bisa tersenyum di hadapan keluarganya. Walaupun begitu Vanya tetap melakukan aktivitas seperti gadis lainnya agar keluarganya tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.

Siapa sangka pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Shaka yang memiliki sikap dingin yang jarang berinteraksi dengan teman-temannya jatuh hati saat pertama kali melihat Vanya. Tanpa ia sadari wanita yang ia sukai sedang berjuang melawan penyakitnya.

Mampukah Shaka menjadi penyemangat Vanya di saat ia mulai down? Yuk nantikan kelanjutannya.

Siquel dari Novel yang berjudul "Cerita Kita"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

"A' jangan katakan kepada ummah maupun baba ya tentang kejadian ini. Anya enggak mau ummah dan baba khawatir!"

Vanka tampak tak setuju, namun ia juga tak ingin membuat saudaranya kepikiran karena membuat ke dua orang tuanya khawatir. Namun ia tetap akan mengusut sampai tuntas pelaku penguncian adiknya di toilet kampus. Ia takut nanti hal serupa akan kembali terjadi.

Mereka sudah di jalan pulang, Vanya memang minta untuk pulang agar ke dua orang tuanya tak bertanya-tanya kemana anak kembar mereka. Walaupun sebenarnya Vanya harus di rawat sehari di sana.

Vanya dan Vanka sudah meninggalkan klinik. Sedangkan Hanan dan Hasbi masih di parkiran rumah sakit. Hasbi menatap saudaranya, arah pandang Hanan tak lepas dari kendaraan yang membawa teteh mereka.

"Apa kamu masih memiliki rasa sama Teteh? Bukankah itu hanya rasa kagum, bukan suka kan?" Hasbi mencari kebenaran dari raut wajah saudaranya itu. Namun ia melihat tatapan penuh kejujuran, walaupun Hanan belum mengatakan apapun.

"Entahlah Bi, aku pikir rasaku sama teteh saat duduk di bangku SMA hanyalah rasa kagum semata, namun kini rasa itu semakin dalam. Sebenarnya hatiku begitu sulit saat dekat dengan teteh, menahan perasaan sendirian itu ternyata tak mudah!"

Perasaan seseorang memang tak bisa di prediksi, apalagi rasa suka kepada seseorang yang kita kagumi. Karena pada dasarnya perasaan itu adalah anugerah dari-Nya. Tak memilih kepada siapa rasa suka itu akan berlabuh.

Namun Hanan sendiri tahu, tak mungkin teteh nya itu bisa menerima perasaannya. Ya, walaupun ia tahu, ia hanyalah anak dari saudara tiri ayah angkatnya dan ibu angkatnya, lebih tepatnya ke dua orang tua kandung Hasbi. Begitu pula dengan ke dua orang tua Vanka dan Vanya.

"Semangat bro, mungkin kamu bisa mengutarakan perasaan kamu sama teteh! Paling enggak hati kamu sedikit lega. Ya, walaupun aku tahu akan terjadi kecanggungan nantinya di antara kamu dan teteh."

Hanan tampak menghela nafas panjang. Ia tak ingin sampai harus menjaga jarak dengan tetehnya, jika Vanya tahu perasaannya. Sepertinya Hanan lebih memilih memendam perasaannya, lagian hanya Hasbi saja yang tahu.

"Yuk ah cabut, nanti bunda khawatir lagi kalau kita pulang telat."

Akhirnya mereka memutuskan pulang setelah berperang dengan pemikiran masing-masing. Sebenarnya Hasbi iba dengan saudaranya itu. Harus menjaga perasaan sendiri saat dekat dengan wanita yang begitu di cintai dan terlihat biasa-biasa saja di hadapannya. Jika ia menjadi Hanan, mungkin Hasbi akan memilih mengungkapkan perasaannya atau menjauh sekalian. Namun dengan kondisi Hanan dan Vanya sepertinya tak mungkin.

......................

Di cafe, Zayn tampak tak fokus, ia memikirkan Vanya. Bagaimana ke adaan gadis itu sekarang? Sampai Zehan mendekat dan menepuk pundaknya.

"Aman bro? kamu ada masalah?" Zehan memang sudah begitu akrab dengan karyawan ayahnya itu. Walaupun usia mereka terpaut dua tahun dan usia Zehan lebih tua. Namun Zehan merasa Shaka lebih dewasa daripada dirinya.

"Eh, nggak ada kok. Kamu jadi waiters lagi hari ini? Aku salut sama kamu, anak pemilik cafe, tapi sangat sederhana." Zehan terkekeh. Sebenarnya ia juga tak ingin melakukan pekerjaannya saat ini, namun ia ingat nasihat seseorang saat di LN. Karena seseorang itulah ia memutuskan untuk berubah dan menuruti segala keinginan sang ayah.

"Biasa, kita belum dapat pegawai lagi. Kalau ada teman kamu yang mau jadi pegawai cafe di sini, suruh saja datang. Nanti sebelum di interview Abin, aku akan interview mereka terlebih dahulu."

Shaka tampak mengangguk. Kebetulan sepertinya teman sekelasnya ada yang sedang mencari pekerjaan. Mereka kembali ke pekerjaan masing-masing, apalagi semakin sore, pengunjung semakin ramai. Jadi mereka tak bisa santai-santai saat ini.

......................

Di kediaman baba Daffa, semua keluarga tampak berkumpul, Oma Balqis yang baru kembali dari rumah saudara almarhum suaminya, serta kembaran sang ayah dan juga istrinya serta anak-anak ada di rumah itu.

"Hanan, bagaimana di kampus nak? Baba dengar ada yang mendekatimu?"

Baba Daffa menggoda keponakannya itu. Hanan hanya cemberut, membuat seisi rumah terkekeh gemas melihat wajahnya.

"Benar ba, Hanan memang populer di kampus, bahkan ya ba, ayah, tadi saja di kampus, baru masuk ke kelas, sudah ada yang mengutarakan perasaan sama si bayi gede kita ini. Tapi sayangnya di tolak, gak keren mah si Hanan."

"Apasih panggil aku bayi, aku udah dewasa ya bi. Dan perlu kamu ingat, kita hanya beda beberapa jam saja." Hanan semakin cemberut saja, membuat anggota keluarga semakin semangat menggoda Hanan.

"Udah benar itu apa yang di lakukan oleh dedek Hanan. Ya kan sayang. Kalian tidak ada yang boleh pacaran. Kalau mau pacaran, harus versi halal. Kalau kalian mau, sekarang ayah akan nikahkan kalian. Hayo ngaku, siapa yang mau menikah muda!"

Semua anak-anak terdiam. Siapa juga yang mau menikah muda. Masa depan mereka masih panjang. Namun Hanan ngebatin, jika menikah dengan tetehnya mah dia mau. Kalau perlu sekarang juga ijab qobul nya.

"Tapi boleh juga, Oma sudah tidak sabar menimang cucu dari kalian. Kini rumah ini sudah sepi, sejak kalian sudah pada dewasa dan sibuk dengan urusan masing-masing."

Vanya yang ada di samping omanya langsung memeluk manja sang Oma. Oma Balqis mengelus kepala cucunya itu.

"Anka dulu tuh oma, secara Anka cucu tertua di keluarga kita. Anya juga mau punya saudara perempuan." Vanka hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataan adik kembarnya. Baginya kini menjaga Vanya lebih penting. Untuk menikah dalam pikirannya masih lama. Ia juga masih kuliah dan harus memiliki karir dulu untuk keluarga masa depannya.

Suasana rumah malam itu tampak bahagia, dengan segala canda tawa para anggota keluarga. Jarang-jarang mereka bisa berkumpul seperti ini, dan mereka benar-benar menikmati perkumpulan keluarga yang hanya terjadi sesekali.

......................

Setiap akhir pekan menjadi waktu istirahat untuk orang-orang yang sibuk beraktivitas. Namun tidak oleh Vanya. Ia tidak tahu kapan batas waktu yang bisa ia gunakan untuk melakukan apapun selagi ia sehat, karena ia juga tidak tahu kapan waktunya ia akan kembali duduk di kursi roda tanpa bisa menggerakkan seluruh anggota tubuhnya.

Seperti biasa bermain sepatu roda menjadi kebiasaannya. Ia begitu menikmati berada di jalanan yang sepi di temani oleh Vanka dan dua sepupunya.

"A, kenapa melihat teteh seperti itu?" Hasbi menyadari jika Aa nya begitu dalam menatap sang teteh.

"Tidak, Aa hanya senang bisa melihat Anya bisa melakukan apapun sesuai keinginannya. Aa tidak sanggup jika harus melihat Vanya terbaring seperti dulu. Kita semua sudah sama-sama berjuang demi Vanya. Begitu pula dengan Vanya.

"Hm, benar A. Allah terlalu sayang sama teteh, makanya di beri ujian lebih. Hanan sendiri kagum melihat perjuangan dan semangat teteh. Teteh tidak pernah mengeluh. Hanan ingat, bahkan di waktu sakitnya teteh, teteh yang memberikan semangat untuk kita semua, agar tidak bersedih dengan sakitnya. Adiknya Aa mah memang Maa Syaa Allah."

Vanka menoleh ke arah Hanan. Dari perkataannya seperti terselip sesuatu yang tidak bisa ia ungkapkan. Namun Vanka hanya diam tanpa menjawab. Hasbi sangat memahami adiknya itu. Tentu saja karena mereka selalu berbagi cerita.

Kurang lebih dua jam mereka menemani Vanya menikmati waktu libur mereka. Selepas itu mereka singgah ke masjid untuk melakukan Dhuha. Gaul boleh, yang terpenting tidak melupakan kewajiban sebagai hamba-Nya, termasuk sunnah-sunnah nya.

......................

...To Be Continued ...

1
Bunda HB
This 🌟 for you tho.SEMANGAT berkarya thor...💪💪👍👍😁😁🙏🙏😃😃
Musim_Salju: 🤍🤍🤍🤍🤍
Bunda HB: Sama2 thor SEMANGAT iya.aku tiap hari nunggu update nya..😁😁
total 3 replies
Sulastri Oke86
bagus ceritanya
Sulastri Oke86
lanjut kak
Nurgusnawati Nunung
Siapa ya.. pria misterius itu.
Nurgusnawati Nunung
Vanka seperti baba Daffa, penyayang.
kalau shaka anak siapa ya thor?
Musim_Salju: Hayo anak siapa? nanti akan di spill ya kak🥰
total 1 replies
Sulastri Oke86
lanjut kak
Musim_Salju: di tunggu ya kakak cantik 🤗
total 1 replies
Nurgusnawati Nunung
lanjut thor..
Nurgusnawati Nunung
Alhamdulillah... semangat thor
Musim_Salju: always kakak🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!