Kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Amelia berhasil memikat hati seorang pria. Asmara yang menggelora mengantar Amelia pada titik keseriusan sang kekasih. Apakah hubungan mereka berjalan lancar sampai ke jenjang pernikahan? Apalagi setelah pria tersebut mengetahui jika Amelia ternyata seorang wanita panggilan.
Lantas, bagaimana Amelia melewati segala lika-liku kehidupannya? Apakah dia mampu meninggalkan dunia yang sudah membantunya mengobati luka di masa lalu atau justru semakin terjerumus di agensi yang menaunginya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resah
Suara kicauan burung yang ada di teras belakang rumah Andra saling bersahutan. Hembusan angin pagi mulai menyapa sosok yang sedang termenung dengan sebatang rokok yang menemani. Andra sedang memikirkan keberadaan Amel karena sudah tiga hari ini ponsel Amel tidak bisa dihubungi. Para pegawai coffe shop Amel pun tidak ada yang tahu di mana keberadaan bos mereka.
"Apa aku ngecek langsung ke apartmentnya saja ya?" gumam Andra.
Pemuda asal Kalimantan itu gelisah karena tidak menerima kabar apapun dari Amel. Rasa rindu dan khawatir membaur membaur menjadi satu. Hal ini lah yang membuat Andra beranjak dari tempat duduknya dan segera bersiap untuk datang langsung ke apartment Amel.
"Tuan muda mau pergi kemana? Saya siapkan mobilnya dulu," tanya seorang pria saat melihat Andra keluar dari rumah dengan pakaian rapi.
"Tidak perlu. Saya mau naik motor saja. Tolong jemput Surya saja di Bandara. Antar dia ke showroom," jawab Andra sambil memakai helm. Tak lama setelah itu dia berangkat menuju tempat tinggal Amel.
Berbagai pertanyaan tentang keberadaan Amel memenuhi kepala. Andra mencoba menebak kemana sebenarnya Amel pergi. Akan tetapi dia tidak bisa menemukan jawabannya karena Amel sangat tertutup. Hingga pada akhirnya setelah menempuh perjalanan cukup jauh, Andra sampai di depan Royale Apartment. Tanpa berpikir panjang, dia memasuki gerbang mewah apartment itu.
"Itu seperti Amel?" gumam Andra setelah memarkirkan motornya di tempat parkir tamu. Dia melihat seseorang yang mirip dengan Amel duduk termenung di taman hijau.
Andra mengayun langkah menuju taman untuk memastikan siapa sosok tersebut. Langkahnya terhenti tak jauh dari sana. "Ternyata benar. Tapi kenapa Amel terlihat kacau begitu? Apa dia sedang ada masalah?" gumam Andra sambil mengamati Amel. Lantas, dia mengalihkan pandangan ke sekeliling untuk mencari sesuatu.
Andra pergi dari taman hijau dan berjalan menuju mini market yang masih berada di kawasan apartemen. Setelah selesai membeli sesuatu, Andra kembali lagi ke tempat Amel berada saat ini. Dia mengatur napas terlebih dahulu sebelum sampai di sana.
"Katanya dengan makan cokelat bisa membuat orang lebih bahagia dan menghilangkan setres, mau coba gak?" ujar Andra setelah berada di belakang bangku yang ditempati Ame. Dia mengulurkan cokelat tersebut di hadapan Amel.
Tentu saja kehadiran Andra di sana membuat Amel terkejut bukan main. Dia menoleh ke belakang dan semakin terkejut karena Andra lah yang berdiri di belakangnya. "Sejak kapan kamu di sini? Ada apa?" tanya Amel seraya menatap Andra.
"Boleh aku duduk di sini?" tanya Andra sambil menepuk bangku yang ditempati oleh Amel.
"Silahkan," ucap Amel sambil menggeser tubuhnya.
"Kenapa melamun di sini sendirian? Gak takut diculik hantu?" tanya Andra dengan diiringi senyum tipis.
"Gak ada yang mau menculikku," jawab Amel dengan senyum yang dipaksakan. "Ada perlu apa sampai datang ke sini?" tanya Amel.
"Tentunya aku ingin bertemu denganmu," jawab Andra dengan diiringi senyum kalem. "Aku khawatir karena tidak ada kabar darimu. Apa keadaanmu baik-baik saja?" Tatapan mata Andra tak beralih dari wajah cantik yang tampak kacau itu.
"Apa aku ini orang penting dalam hidupmu sehingga kamu khawatir saat aku menghilang?" tanya Amel dengan pandangan lurus ke depan.
"Tentu. Sejak awal aku sudah bilang jika aku sangat tertarik denganmu 'kan?" Andra mengubah posisi menghadap Amel dari samping.
Amel menoleh ke samping setelah mendengar jawaban Andra. Kedua mata itu saling bersirobok untuk beberapa detik lamanya. Amel kembali mengalihkan pandangan karena tidak sanggup menyelami telaga bening milik Andra.
"Apa kamu tetap tertarik kepada seorang wanita yang pernah depresi?" tanya Amel dengan suara lirih.
"Apa kamu pernah mengalaminya?" Andra bertanya balik kepada Amel.
"Ya. Dulu setelah aku lulus SMA dan sekarang aku kembali merasakan gejala itu," jawab Amel dengan suara yang bergetar. Entah mengapa kali ini Amel berani mengakui keadaannya kepada Andra.
"Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi," ujar andra seraya menggenggam tangan Amel. "Aku hanya ingin kamu bahagia. Aku siap mendengarkan keluh kesahmu. Jangan dipendam sendiri. Oke?" Andra meyakinkan Amel.
Amel tersenyum tipis setelah mendengar kalimat menenangkan dari Andra. Bulir air mata tak dapat dibendung lagi. Entah mengapa, rasanya Amel ingin sekali menumpahkan segala kerisauan hatinya, tetapi tidak bisa.
"Sudah. Jangan menangis lagi," ucap Andra sambil mengusap air mata yang membasahi pipi. "Tenangkan pikiranmu," ucap Andra sambil merengkuh lengan Amel.
Amel memejamkan mata setelah kepalanya diletakkan di bahu Andra. Dia merasa lebih tenang karena menemukan kenyamanan di sana. Usapan lembut di rambut begitu terasa hingga mampu menggetarkan hati.
"Apa kamu masih memiliki orang tua lengkap?" tanya Amel tanpa mengubah posisinya.
"Ya. Ayah dan ibuku masih ada dan sehat. Kenapa bertanya seperti itu?" Tanya Andra.
"Aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya disayang orang tua. Jujur saja aku sangat merindukan mendiang ayahku. Terkadang aku penasaran kenapa Tuhan hanya memanggil ayahku? Kenapa aku tidak sekalian saja ikut bersama ayah. Andai saja Tuhan memanggilku bersama Ayah, pasti aku tidak akan mengalami hal mengerikan," ucap Amel dengan suara yang sangat lirih.
"Mungkin ada rencana lain yang lebih baik." Hanya itu yang menjadi jawaban Andra. "Memangnya apa yang sudah terjadi? Kenapa kamu terlihat kacau dan frustasi?" tanya Andra.
"Pertanyaanmu terlalu berat. Intinya aku mengalami trauma dengan keluarga," jawab Amel singkat.
Andra hanya bisa mangut-mangut setelah mendengar jawaban Amel. Dia menahan diri untuk tidak bertanya kepada Amel lagi agar tidak terlarut dalam kesedihan. Andra hanya bisa menerka apa kiranya yang membuat Amel trauma dan sempat depresi.
"Apa mungkin Amel pernah mendapatkan kekerasan s3ksual? Jika ayah kandungnya sudah meninggal, bisa jadi yang sekarang ada adalah ayah tiri. Berarti potensi Amel dilecehkan ayah tirinya sangatlah mungkin." Andra hanya bisa membatin tentang praduganya.
...🌹TBC 🌹...
Andra di posisikan orang yg akan meninggslkan Amel sukarela
Semoga keluarga Ansra mau menerima Amel setulus hati
Untung Andra sudah antisipasi dari awal..
dulu aku pernah bermimpi tinggi dpt laki2 tajir.yg hdp serba kecukupan.eee gk tau nya hayalan...😁😁