Farah adalah seorang psikolog muda yang energik dan penuh dedikasi. Setiap pagi dimulai dengan keceriaan, berinteraksi dengan penjaga gedung sebelum menuju tempat kerjanya di lantai enam. Sebagai seorang psikolog yang sudah berpraktik selama empat tahun, Farah menemukan kebahagiaan dalam mendengarkan dan berbagi tawa bersama pasien-pasiennya.
Pada suatu hari, saat makan siang, Farah mendengar kabar bahwa ada seorang psikiater baru yang bergabung di rumah sakit tempatnya bekerja. Jantungnya berdebar-debar, berharap bahwa psikiater baru tersebut adalah kakaknya yang telah lama tak ia temui. Di tengah-tengah rasa penasaran dan kekecewaannya karena belum mendapat kepastian, Farah bertemu dengan seorang pria misterius di kantin. Pria itu, seorang dokter psikiater dengan penampilan rapi dan ramah, membuat Farah penasaran setelah pertemuan singkat mereka.
Apakah pria itu akan berperan penting dalam kehidupannya? Dan apakah akhirnya Farah akan menemukan kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
"Oh... Iyah." Jawab Farah.
"Nenek sudah menunggu di dalam, di meja
makan."
Farah menganggukkan kepalanya dengan ramah sambil
tersenyum masuk lebih dulu.
Nama pria itu adalah Fasya dia adalah pria yang
ingin nenek kenalkan dengan Farah.
Dia pria yang ramah, lembut dan juga tampan tentu
saja. Tapi Farah tidak merasakan apapun dengannya. Fasya juga menanyakan
kebenaran dari rumor Farah dengan Rendi, Farah sebenarnya sudah mengkonfirmasi
semua di sosial medianya tapi mungkin Fasya tidak tahu itu. Jadi Farah juga
menjawab ramah pertanyaan dari Fasya.
Awalnya nenek menyuruh mereka berdua untuk
jalan-jalan tapi seperti mereka memilih untuk ngobrol di halaman belakang saja.
Farah dan Fasya bertukar banyak cerita dari
pekerjaan, pendidikan, makanan, tempat hiburan dan banyak hal lainnya. Farah
memang merasa cocok saat berbicara dengan Fasya tapi mungkin hanya sebatas
teman biasa pikir Farah.
Farah juga mengetahui bahwa Fasya adalah cucu
pemilik rumah sakit tempat dia bekerja. Ah... Tentu saja neneknya bisa dengan
mudah menjodohkan dia dengan Fasya.
Pemilik rumah sakit itu adalah sahabat nenek sejak
kecil, mereka tumbuh bersama dalam lingkungan yang sama, tapi baru saja kemarin
sahabat baik nenek telah meninggalkan dunia ini terlebih dahulu.
Nenek pernah bilang kepada Farah bahwa sahabat
nenek itu sangat ingin mengenalkan cucunya kepada cucu nenek, itu wasiat
terakhir dari sahabat nenek kepada nenek.
memang sudah lama sahabat nenek itu sakit dan karna
kondisi yang sangat kritis membuat sahabat nenek sudah 2 tahun lamanya koma.
Dan baru saja meninggalkan nenek untuk selama lamanya.
Nenek sedih tentu saja namun, disisi lain nenek
juga merasa tenang karna sahabat nenek tidak lagi merasakan penderitaan.
Malam pun semakin sunyi, Farah dan Fasya juga sudah
saatnya berpamitan dengan nenek. Awalnya Fasya ingin mengantar Farah pulang
tapi Farah menolaknya. Farah bilang bahwa dia tidak suka merepotkan orang lain
apalagi baru saja bertemu.
Farah bersyukur Karna pria kali ini tidak keras
kepala seperti beberapa pria baru yang dia temui.
Farah pun pulang dengan selamat ke apartemen. Tapi
saat sampai di depan kamar, ada seseorang yang mengejutkannya. Ternyata Ruel
adalah tetangganya, kamar mereka bersebrangan.
"Kakak, eh... Maaf. Dokter Ruel, selamat
malam." Ucap Farah canggung.
Ruel hanya memperhatikan, menatap terus menerus,
seperti dia tidak ingat lagi dengan Farah.
"Saya yang dokter tolongin saat ada
wartawan." Ucap Farah.
Ruel hanya mengangguk kepalanya, lalu masuk kedalam
kamarnya.
Mulai hari itu saat ada paket untuk Ruel selalu
yang diketuk adalah pintu kamar Farah. Bukan hanya sekali dua kali, tapi sudah
seminggu. Kurir selalu salah mengetuk pintu. Bahkan ada yang tidak ada nama
penerima Farah sampai membuka paket itu tapi saat melihat kedalam isi paket ada
surat yang ditulis untuk Ruel.
Farah yang sudah kehilangan rasa kagum terhadap
Ruel pun sangat marah akan hal itu. Perlu di tegaskan bahwa itu sangat
menggangu.
Akhirnya Farah mengetuk pintu kamar Ruel, tapi Ruel
selalu tidak ada di rumah saat malam hari. Mereka sangat sulit bertemu jika di
apartemen. Dan Farah memutuskan untuk membicarakan ini di rumah sakit.
Farah pergi ke kantor Ruel, menunggu Ruel selesai
keliling malam memeriksa semua pasiennya. Hampir 2 jam Farah menunggu, akhirnya
Ruel datang juga.
"Saya kesini ingin membicarakan tentang kurir
yang selalu salah mengetuk pintu...." Belum selesai Farah berbicara Ruel
langsung memotongnya.
"Nanti kita bicarakan di apartemen saja."
Ucap Ruel cuek dan seolah tidak peduli.
"Apakah seorang dokter psikiater bisa bersikap
seperti itu saat ada orang yang sedang berbicara, memotong seenaknya. Saya tau
anda lelah tapi saya juga lelah. Sudah lebih dari satu Minggu pintu saya selalu
kedatangan kurir tidak di pagi buta atau di tengah malam. Dan yang datang
bukanlah paket saya. Benarkan alamat anda jika sekali lagi ada kurir salah
ketuk saya tidak akan bertanggung jawab atas paket tersebut. Apakah anda merasa
terganggu karna saya membicarakan ini di rumah sakit. Saya sudah mengetuk pintu
kamar anda setiap saat tapi anda selalu tidak ada, bukan hanya satu hari tapi
sudah delapan hari berlalu. Pikirkanlah betapa lelahnya saya dan saya di sini
sudah menyempatkan waktu saya untuk menunggu anda selama dua jam." Sahut
Farah dengan tegas dan penuh emosi.
Farah juga mengatakan itu dengan berdiri tegak
Karna kesal melihat Ruel memalingkan wajahnya. Farah tau dia lelah tapi Farah
juga merasakan hal yang sama. Jika dia tidak mau untuk mencoba memahami situasi
orang lain jangan berharap orang akan memahami situasinya juga.
Karna Farah masih kesal akhirnya dia membeli papan
nama untuk diletakkan di depan kamarnya. Papan nama dengan nama lengkap. Mulai
hari itu Farah tidak menerima kurir salah antar lagi, Farah pun bisa
beristirahat dengan nyaman.
Hari ini adalah hari libur Farah kebetulan di
undang kesalahan satu universitas dekat rumah sakit untuk melakukan seminar
kepada pelajar yang ada di sana.
Farah pikir dia adalah satu-satunya tamu yang di
undang tapi ternyata Iplan juga ada di sana.
Di awal seminar mereka enjoy, apalagi dengan
tingkah Iplan kepada Farah.
Ada sisi mengejutkan yang baru Farah ketahui dari
Iplan, awalnya Farah berpikir bahwa Iplan adalah tipe yang suka bercanda dalam
menyampaikan dan bersikap ternyata Farah salah. Iplan adalah beribadah yang
tajam, fokus dan sangat tegas. Saat Iplan menerangkan semua pelajaran tegang,
bahkan untuk mengantuk pun mereka tidak berani.