Tama adalah seorang kurir pengantar barang yang melihat kejadian mengerikan di depan matanya, pada malam itu iya menyaksikan pembunuh*n yang dilakukan pria bertopeng
Detektif Lee ditugaskan saat itu menyelidiki kasus pembunuh*n berantai tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19 Trauma
Detektif Lee memperhatikan seseorang yang tengah duduk menunduk, lalu mengecilkan matanya, pria itu perlahan menaiki kepalanya, seketika membuat mata detektif lee membulat, seseorang yang iya kenal berada di sana, detektif Lee mengepalkan tangannya "Junggi." ucapnya.
Detektif Lee memasuki ruangan interogasi menatap junggi yang terasa tengah mengejeknya.
"Apa yang kau lakukan malam itu?" tanya detektif Lee.
Junggi memegangi perutnya sedikit menyeringai "apa kau punya Ramyeon?aku sedikit lapar."
Detektif Lee menghela nafas panjang, memberi instruksi kepada detektif Baek membelikan makanan untuk Junggi.
"Jangan lupa kopinya." teriak junggi sambil terkekeh.
Detektif Ryu mengamati dari kaca dibuat kesal oleh ulah junggi pada malam itu.
Setelah makanan itu datang, Junggi langsung menyeruput ramyeonnya sambil melihat tatapan tajam detektif Lee ke arahnya. "apa kau tidak makan detektif?"
"Habiskan saja makananmu." ucap detektif Lee sambil mendorong kursinya dan keluar dari ruangan itu.
Detektif Lee kemudian membeli kopi seduh, jujur saja perutnya juga terasa lapar, karena dari kemaren dia belum memakan apapun.
Mengambil sebatang rokok, yang di apit oleh kedua jarinya, iya pun terdiam di kursi luar memandangi jalan yang sudah sepi.
"kupikir kau tidak merokok?" ucap detektif Ryu, ia pun duduk di damping detektif Lee.
Detektif Lee menawarkan rokok kepadanya, tapi langsung di tolak oleh detektif Ryu,
"Adik ku selalu marah jika melihat ku merokok, jadi aku menghentikannya." ucap detektif Ryu
"Kita akan segera menemukan adikmu, tenang saja,"
Detektif Ryu hanya mengangguk, ia juga tidak tahu harus berbuat apa lagi.
Detektif Lee mematikan rokoknya dan menginjaknya dengan kaki, ia pun kembali ke ruangan interogasi, duduk berhadapan dengan Junggi.
"Apa yang kau lakukan malam-malam begini." tanya detektif Lee
"Aku hanya mencari angin saja, apa tidak boleh aku keluar malam?"
Detektif Lee menunjukkan foto Jenni,
"Apa kau pernah melihat wanita ini?"
"Entah lah, aku tidak yakin, banyak wanita yang kulihat setiap hari."
"Apa yang kau lakukan padanya?"
Junggi pun terkekeh mendengarnya, "apa seperti ini kualitas seorang polisi? Seenaknya menuduh sipil tanpa bukti apapun."
Detektif Lee pun berdiri menatap Junggi, dan keluar dari ruangan interogasi, entah mengapa ruangan itu terasa sangat panas walaupun sudah memakai Ac.
"Sepertinya dia tidak mau berbicara detektif." ucap detektif Baek yang terus memperhatikan di kaca cctv.
"Kita tunggu saja hingga besok, pulanglah sekarang,aku akan tetap disini." ucap detektif Lee, ia pun kembali ke ruangannya yang tengah kosong, lalu duduk di kursinya dengan mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit kantor sambil melipat kedua tangannya.
**
**
Yoona dan Tama tengah melangsungkan pernikahan tanpa tamu undangan, hanya ada pendeta yang menjadi saksi pernikahan mereka, setelah mengucapkan janji pernikahan Tama memasukkan cincin di jari manis Yoona, begitupun dengan Yoona, mereka pun saling mengecup bibir tanda kasih sayang.
Yoona adalah gadis yatim piatu, orangtuanya meninggal akibat kecelakaan, sehingga iya di besarkan di panti asuhan.
Jarak tempat ibadah dan rumah Yoona pun begitu dekat jadi mereka tidak memerlukan kendaraan yang mewah.
Setelah melangsungkan pernikahan mereka pun kembali pulang, telah tersedia di atas meja minuman dan makanan, mereka hanya merayakannya berdua saja.
Memandangi pemandangan yang indah di balik jendela rumah, mereka pun mulai menyantap makanannya "apa kita akan kembali lusa?" tanya Tama, Yoona pun menghabiskan makanan didalam mulutnya,
"sebenarnya aku ingin lebih lama tinggal disini, aku rindu dengan suasana di kampung rumahku."
Tama pun memegang tangan kanan Yoona, "apa kita pindah kesini saja? nanti akan ku cari pekerjaan baru disini."
"lalu bagaimana dengan pekerjaan ku? Bosku sudah janji memberikan bonus akhir bulan kepadaku, aku harus mengambilnya." ucap yoona sedikit manyun, Tama pun tertawa mendengar kata Yoona.
Setelah selesai makan, Yoona pun membereskan sisa makanan dan iya ingin sedikit berkemas di rumahnya, ada banyak barang yang perlu iya susun kembali.
Menyapu pekarangan rumah membuatnya sedikit berkeringat, beberapa tetangga menyapanya dan menanyakan kabarnya,
"mengapa tidak mampir ke rumahku, jika kau berkunjung kesini?"
Yoona pun tertawa " maaf bibi, aku takut merepotkan mu."
bibi itu pun menepuk punggung yoona" sejak kapan kau menyusahkan ku, kau sudah ku anggap seperti anakku." bibi itupun menarik tangan Yoona kerumahnya.
"kau duduk disini, aku akan membawakan mu sesuatu." Yoona pun terduduk, sedikit melirik kiri kanan, rumah yang tak asing baginya, waktu kecil iya sering bermain di rumah itu.
"ini! makanlah." Yoona membulatkan bibirnya, iya sedikit terkejut bibi membawakan kimchi, makanan yang sangat iya sukai, walaupun sudah kenyang, tapi iya tetap memakannya takut bibi tersinggung.
Yoona pun melihat foto di dinding, foto bibi dan anak perempuannya, "apa Yisoo sering pulang kesini?" tanya Yoona.
Bibi menghela napas panjang, melirik foto tersebut "Anak itu sudah lama tidak pulang kesini, katanya dia sibuk bekerja, aku takut mengganggunya, aku sangat merindukannya, kalau kau punya waktu, bisakah kau mengunjunginya di kota?"
Yoona pun mengangguk senyum "aku akan membawanya untukmu,kalau perlu aku kan menyeretnya kesini, bibi tenang saja."
Bibi pun bertanya semua tentang kehidupan Yoona di kota, bagaimana kehidupannya dan dengan siapa ia tinggal,
"Aku tinggal dengan suami ku bibi." ucap Yoona berbohong, padahal ia baru menikah tadi.
"Bahkan di hari bahagiamu kau tidak mengundang ku, dasar anak nakal," ucap bibi menyentil dahi Yoona.
Yoona pun tersenyum lalu melahap semua kimchi yang tersisa di piring.
senja pun tiba, Yoona berpamitan pulang dari rumah bibi, karena ia akan memasak untuk Tama, "aku pulang dulu ya bi." ucap Yoona sambil memeluk bibinya.
Ia pun kembali ke rumah, tetapi tidak melihat Tama sama sekali, Yoona berpikir Tama tengah mencarinya, ia pun melanjutkan memasak makanan untuk Tama.
Setelah satu jam, Tama pun juga belum pulang, membuat Yoona semakin gelisah, ia mencoba menghubungi Tama, tapi Tama tidak membawa ponselnya
Yoona pun mencoba mencari Tama di sekeliling rumahnya, ia pun melihat seseorang yang tengah berjongkok di atas tanah sambil menunduk, Yoona memicingkan matanya, "Tama." ucapnya, Yoona pun segera berlari menghampiri Tama, "Sayang apa yang kau lakukan?" Tama pun tidak menjawab, Yoona perlahan mendekati Tama, memegangi lengannya dari belakang, ia pun terkejut melihat Tama memegangi pisau "Apa yang kau lakukan Tama?" tanya Yoona kembali.
Tama tampak berbeda, jantung Yoona pun seketika berdegup lebih kencang,
"tadi aku melihat kelinci disini, saat aku ingin menangkapnya, dia pun berlari." ucap Tama.
Yoona pun memegang lengan Tama, menyeretnya hingga rumah, tatapan Tama masih terlihat kosong, apa yang di pikirkan Tama sebenarnya?
Yoona menyuruh Tama berbaring di kasur, meraba kening nya yang terasa panas, "badan mu sangat panas, berbaringlah aku akan mengambil obat.
Yoona pun mengambil air untuk kompres san, meletakkannya di kening Tama, dan meminumkannya obat.
Ia pun kemudian kembali ke dapur untuk menyimpan makanan yang belum tersentuh tadi.
Yoona pun membaringkan tubuhnya di samping Tama memalingkan kepalanya ke Tama yang terlihat pucat, mata nya pun mulai terasa kantuk dan mencoba memejamkan matanya.
Sebuah mata pisau berada di atas mata Yoona.
Tama membuka matanya, Tama pun seketika terkejut melihat ayahnya yang tengah memegangi pisau ke arah Yoona.
"Ayah apa yang kau lakukan?" ucapnya dengan mata melotot.
"ikuti aku, jika kau tak ingin aku melukainya"
Tama pun mengangguk mengikuti perkataan ayahnya.
Dari kecil Tama sering di pukul oleh ayahnya yang membuatnya takut kepada ayahnya,
tama seperti orang gila jika melihat ayahnya, ayahnya yang sudah lama tidak iya temui akhirnya muncul kembali di hadapannya.