NovelToon NovelToon
Annaisha

Annaisha

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: -Nul

Annaisha: Rumah Penuh Hangat" adalah sebuah kisah menyentuh tentang cinta dan kekuatan keluarga. Putra dan Syifa adalah pasangan yang penuh kasih sayang, berusaha memberikan yang terbaik bagi kedua anak mereka, Anna dan Kevin. Anna, yang mengidap autisme, menjadi pusat perhatian dan kasih sayang dalam keluarga ini.

Melalui momen-momen sederhana namun penuh makna, novel ini menggambarkan perjuangan dan kebahagiaan dalam merawat anak berkebutuhan khusus. Dengan cinta yang tak kenal lelah, keluarga ini menghadapi tantangan sehari-hari dan menemukan kebahagiaan dalam kebersamaan.

Cerita ini mengingatkan kita akan pentingnya dukungan keluarga dan betapa kuatnya cinta dalam mengatasi segala rintangan. Bersiaplah untuk terhanyut dalam kisah yang mengharukan dan penuh kehangatan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon -Nul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Untuk Terakhir Kalinya

Pengadilan, tempat Lin selalu bekerja terasa lebih sesak kala itu. Ia sudah menangani beragam kasus yang begitu berat, namun tidak perihal kasus mengenai kematian keponakannya.

Syifa duduk di kursi terdakwa dengan pandangan begitu kosong. Wajahnya berubah drastis hanya dalam semalam. Wanita itu tampak lebih pucat, sendu dan tak ceria seperti yang bisa Putra lihat. Bahkan sorot mata itu tak lagi memandang dengan penuh cinta. Putra sudah kehilangan Syifa, padahal wanita itu ada di depannya.

Hakim memasuki ruangan, dan semua orang berdiri. Dengan ketukan palu, sidang resmi dimulai.

"Sidang dimulai," ujar hakim dengan suara berat. "Saudari Syifa, Anda didakwa atas tuduhan pembunuhan berencana terhadap Saudari Anna. Bagaimana tanggapan Anda terhadap dakwaan ini?"

Syifa menelan ludah, mengatur napasnya sebelum menjawab. "Bersalah, Yang Mulia."

Jaksa penuntut, seorang wanita dengan wajah serius dan mata tajam, segera berdiri. "Yang Mulia, kami akan membuktikan bahwa terdakwa bersalah dengan menunjukkan bukti dan kesaksian yang tak terbantahkan."

Mendengarkan berbagai putusan jaksa dan hakim, Syifa sama sekali tak mengelak bahwa benar ia telah melakukan semua perbuatan itu. Usai ia ditahan selama beberapa waktu, kewarasannya seolah kembali. Ia terus menatap kedua tangan yang telah membunuh anaknya tanpa ampun, dan membuat suaminya lumpuh.

Saksi pertama dihadirkan, tentu dengan Kevin sebagai sumbernya. Wanita itu menatap Kevin dalam diam, anak lelaki yang selalu ia banggakan itu kini berdiri di atas mimbar untuk membantu membawanya masuk ke dalam penjara.

Sebab saksinya adalah anak yang masih dibawah umur, Kevin pun mendapat pendampingan. Ia menatap Bundanya selama beberapa saat, sebelum membuang pandangannya ke arah sang Ayah yang duduk tak jauh darinya.

"Kevin, apa yang kamu lihat di hari itu, Nak?" tanya sang hakim dengan lembut.

Menelan ludah gugup, Kevin menatap sang Bunda dengan ragu-ragu sebelum akhirnya berkata. "Bunda yang membunuh kakakku."

Putra kembali memalingkan wajah, ia benci situasi dimana ia tidak bisa menahan dirinya sendiri. Bahkan ia merasa kalah dengan Kevin yang jauh lebih tabah darinya.

Tak ada pembelaan yang Syifa tunjukkan, bahkan ia mengakui semua perbuatannya saat barang bukti dihadirkan dihadapan para hakim. Lawyer Lin juga tidak lupa menjabarkan visum dari Anna dan Kevin, serta obat-obatan milik Putra yang kini mengarah ke pembunuhan berencana. Lagi-lagi Syifa tak berkutik dihadapan para hakim. Bahkan ia mengatakan bahwa semua hal yang ia perbuat adalah karena sebelumnya ia pernah mengalami depresi ketika melahirkan anak pertamanya yang mengidap autisme, disusul dengan rasa cemburu yang sedikit berlebihan pada rekan kerja Putra, dan membuatnya gelap mata.

Ketika keputusan akhirnya diambil, suasana dalam ruang sidang menjadi sangat tegang. Semua mata tertuju pada hakim yang bersiap untuk membacakan putusan.

"Berdasarkan dengan barang bukti yang ada. Pengadilan memutuskan bahwa Saudari Syifa telah melakukan pembunuhan berencana, menurut Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), maka Saudari Syifa dinyatakan bersalah dan mendapatkan hukuman mati.”

Tubuh Putra mendadak lemas mendengar putusan itu, tak pernah ia pikirkan bahwa Syifa akan menemui hukuman yang begitu berat karena perbuatannya. Tangannya saling bertaut dengan erat, menahan degup jantung yang kini berdetak dua kali lebih cepat.

Syifa memang telah membuatnya kecewa, namun ia masih berstatus sebagai istrinya. Ia masih belum siap jika Kevin tiba-tiba bertanya, dimana keberadaan Bundanya.

Ia tatap punggung ringkih Syifa yang kini beranjak meninggalkan ruang persidangan. Raungan histeris dari kedua orang tuanya menggema di ruangan itu. Sebelum Syifa benar-benar menjauh, sepasang iris hitam itu saling berpandangan. Dengan penuh rindu, kecewa juga amarah yang menyatu di sana.

Setelah hari penangkapan itu, mereka belum bertemu lagi, atau bahkan berbicara perihal ini. Putra juga ingin menemui istrinya, namun rasanya ia masih belum siap. Ia takut amarahnya akan membuat Syifa merasa terluka karenanya. Walau tanpa sadar, Syifa juga membuatnya kehilangan harapan hidup.

Wisnu dan Amy mendekat, ingin bersimpuh dihadapan lelaki itu namun Putra segera menahannya. "Putra, maafkan anak kami jika membuatmu begitu terluka. Maafkan ibu sudah salah mendidik Syifa hingga seperti ini," ucap Amy dengan penuh rasa bersalah. Penangkapan Syifa benar-benar membuatnya terkejut, bahkan ia tak tahu harus berbuat apa ketika tahu bahwa putrinya adalah seorang pembunuh.

Putra memegang bahu wanita yang berstatus sebagai mertuanya itu, kemudian memeluknya dengan erat. "Ini bukan salah ibu, Putra nggak akan pernah benci dengan Syifa, Putra hanya kecewa," balas lelaki itu dengan tangis yang kembali tumpah.

"Putri ibu satu-satunya akan dihukum mati, dan ibu tak bisa melakukan apapun karena Syifa memang pantas dihukum sedemikian rupa," sambung wanita itu dengan penuh pilu.

Wisnu juga ikut menunduk, menyesali perbuatan Syifa yang sungguh merugikan keluarganya. Padahal sejak dulu, lelaki itu berusaha mendidik putrinya dengan baik. Namun, siapa sangka wanita yang terlihat lemah lembut itu ternyata begitu bejat dengan anaknya.

"Syifa nggak sepenuhnya salah, Bu. Putra yang kurang dalam memperhatikan kesehatan mental Syifa juga," bela Putra. Bahkan dalam keadaan hatinya yang begitu kecewa, ia tak ingin orang-orang lebih menyalahkan Syifa atas kejadian ini.

"Putra, temui istrimu untuk yang terakhir kali, sebelum ia menemui hukuman nantinya."

🪐✨️🌙

Dari balik jeruji besi, Syifa hanya bisa berdiam diri sembari menikmati sisa waktu hidupnya yang tak lama lagi. Pengadilan sudah memutuskan, dan tidak ada yang bisa ia lakukan lagi selain menunggu hari dimana ia akan dihukum.

Putra duduk termenung di depan ruang kunjungan, untuk menemui sang istri sebelum ia benar-benar pulang. Tatapan sendu itu menjurus pada Syifa yang kini duduk di depannya, dengan terhalang kaca yang cukup tebal.

"Syifa, gimana kabar kamu?" Putra bertanya dengan lembut. Ia tak bisa jika harus marah di depan Syifa, dan kembali menyalahkan wanita itu atas semua yang terjadi.

"Mas." Tanpa menjawab, Syifa malah balik memanggilnya. Membuat tubuh itu terasa membeku sebab panggilan dari Syifa terdengar begitu asing. Seakan ia lupa bahwa wanita itu pernah menjadi orang yang paling ia cintai.

"Maafkan aku," ucapnya penuh rasa bersalah. "Aku harap, kamu dan Kevin hidup dengan baik setelah ini. Tolong lupakan aku, tolong lupakan bahwa kamu pernah mempunyai istri seburuk aku. You deserve be better," sambung Syifa sembari meremat jemarinya.

"Hidup aku udah nggak lama lagi, Mas. Kalau kamu berkenan, kamu mau kan memaafkan aku?" tanya wanita itu penuh harap.

"Aku memang kecewa sama kamu, tapi bagaimanapun kamu masih istri aku. Aku memaafkan kamu, Syifa. Dan aku harap, kamu bisa merenungi semua ini karena nggak ada kesempatan kedua untuk kamu." Putra berkata sembari menahan sesak.

"We don't need talk about us. Maaf Syifa, tapi kali ini aku benar-benar kecewa. Aku mencintai kamu, tapi tidak setelah tahu bahwa kamu adalah seorang pembunuh."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!