NovelToon NovelToon
Gadis Bayaran Tuan Duren (Duda Keren)

Gadis Bayaran Tuan Duren (Duda Keren)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Tamat / Duda / Romansa-Tata susila
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kopii Hitam

Aina Cecilia
Seorang gadis yatim piatu yang terpaksa menjual keperawanannya untuk membiayai pengobatan sang nenek yang tengah terbaring di rumah sakit. Tidak ada pilihan lain, hanya itu satu-satunya jalan yang bisa dia tempuh saat ini. Gajinya sebagai penyanyi kafe tidak akan cukup meskipun mengumpulkannya selama bertahun-tahun.

Arhan Airlangga
Duda keren yang ditinggal istrinya karena sebuah penghianatan. Hal itu membuatnya kecanduan bermain perempuan untuk membalaskan sakit hatinya.

Apakah yang terjadi setelahnya.
Jangan lupa mampir ya.

Mohon dukungannya untuk novel receh ini.
Harap maklum jika ada yang salah karena ini novel pertama bagi author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GBTD BAB 29.

Aina kembali merebahkan kepala Arhan di lantai. Dia berlari ke dalam kamar dan bergegas membuka pintu lemari.

Setelah mengambil handuk kecil, Aina masuk ke kamar mandi dan membasahkannya dengan air.

Aina mengangkat kepala Arhan dan kembali menjadikan pahanya sebagai bantalan.

Pelan-pelan, Aina memberanikan diri membuka kancing kemeja Arhan, tangannya bergetar saat menyentuh permukaan dada bidang calon suaminya itu.

Aina mengelap wajah Arhan dengan lembut, kemudian turun ke bagian leher dan berakhir di dadanya.

"Bangun Bang, aku mohon!" lirih Aina, dia tak sanggup melihat Arhan seperti ini.

"Jangan tinggalkan Abang Aina! Abang tidak bisa hidup tanpa Aina." Arhan bergumam dalam tidurnya, membuat Aina sedih dan meneteskan air matanya.

Aina mengusap kepala Arhan pelan, tanpa sadar dia mengecup kening Arhan lembut. Hatinya luluh melihat Arhan yang begitu menyayangi dirinya.

"Aina di sini, Aina tidak akan meninggalkan Abang sendirian. Aina janji,"

Aina menyentuh pipi Arhan, rasa cinta itu ternyata memang ada. Dia merasakannya saat melihat kondisi Arhan seperti ini, namun egonya yang begitu tinggi membuatnya enggan mengakui itu.

...****************...

Pagi hari, Arhan menggeliat saat sinar mentari menusuk kelopak matanya. Dia membuka matanya perlahan, saat itu juga dia terkejut melihat Aina yang menopang kepalanya pada kaki kursi.

Arhan mengusap matanya kasar, kemudian bangkit dari lantai. Meskipun kepalanya masih terasa pusing, dia berusaha menguatkan diri dan membopong tubuh Aina menuju ranjang.

Setelah membaringkan Aina di atas kasur, Arhan melangkah ke kamar mandi membersihkan diri.

Saat berdiri di depan kaca, dia berusaha mengingat kembali kejadian semalam. Namun memorinya tak sanggup menjangkau itu.

Arhan menyalakan shower dan berdiri di bawahnya. Guyuran air membuat tubuhnya kembali terasa segar.

Di luar sana, Aina tengah duduk di sisi ranjang sembari menyusui Aksa. Tangisan Aksa yang sangat lantang membuatnya terbangun dan menyadari Arhan sudah memindahkannya ke tempat tidur.

Arhan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di pinggangnya. Saat menyadari Aina sudah bangun, dia menyibukkan diri mencari pakaian yang ingin dia kenakan.

Setelah Aksa melepaskan hisapan nya dari pucuk dada sang mama, Aina menutup dadanya kembali. Lalu meletakkan Aksa di atas kasur.

"Apa yang Abang cari?" tanya Aina sembari mendekat.

Arhan tampak gugup, dia merasa canggung berhadapan dengan Aina. Entah apa yang terjadi semalam, dia sama sekali tak bisa mengingatnya.

"A, Abang mencari kaos berwarna kuning, ya kuning." jawab Arhan ragu-ragu, kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Aina tersenyum melihat tingkah aneh Arhan. Dia tau Arhan sedang berusaha menyembunyikan kecanggungan nya. Padahal baju yang dicarinya terpampang nyata di dalam lemari.

"Ini yang Abang cari," ucap Aina sembari menyodorkan baju tersebut ke tangan Arhan.

"I, iya, terima kasih. Kalau begitu Abang ke kamar mandi dulu." Arhan terlihat semakin gugup dan sedikit salah tingkah.

"Kenapa harus ke kamar mandi? Pakai di sini saja seperti biasanya!" ucap Aina sembari mengulum senyumannya.

"Oh, iya ya. Abang lupa," Arhan tersenyum kecil meski sedikit dipaksakan, wajahnya memerah saking gugupnya.

Aina menggeleng-gelengkan kepalanya, entah apa yang terjadi dengan calon suaminya itu.

"Kenapa belum dipakai, mau aku bantu?" tawar Aina yang kini semakin mendekat.

"Ti, tidak perlu. Abang bisa sendiri,"

Arhan berbalik badan, bermaksud menyembunyikan wajahnya dari Aina. Setelah mengenakan pakaiannya, dia berjalan menghampiri Aksa yang tengah bermain sendirian.

"Jagoan Papa sudah bangun ya, mau main sama Papa lagi?"

Arhan sengaja menghindari Aina, dia takut Aina marah sebab semalam dia pulang dalam keadaan mabuk.

Aina mengambil pakaiannya dan masuk ke kamar mandi. Dia tak hentinya mengukir senyum mengingat perilaku Arhan yang tidak seperti biasanya.

Usai mandi dan mengganti pakaiannya, Aina duduk di depan cermin merias wajahnya. Arhan sesekali mencuri pandang ke arahnya, hati Arhan bergetar melihat Aina yang sangat cantik meski tanpa makeup sekalipun.

Menyadari Aina yang meliriknya dari pantulan cermin, Arhan bergegas mengalihkan pandangannya.

"Jagoan Papa mandi dulu ya, pagi ini mandinya sama Papa. Hari ini Aksa milik Papa, ok."

Arhan membuka pakaian Aksa dengan sangat hati-hati, kemudian menggendongnya ke kamar mandi.

Aina hanya bisa tersenyum melihat itu. Dia bangkit dari duduknya lalu menyiapkan pakaian baru untuk Aksa, lengkap dengan minyak telon dan lain sebagainya.

...****************...

Kini Aksa sudah rapi dan wangi, Arhan menggendongnya dan membawanya berjemur di balkon kamar. Sinar matahari pagi sangat bagus buat pertumbuhan putranya.

Aina keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur. Sejak melewati masa nifasnya, dia sudah mulai membantu pelayan di dapur. Meskipun Leona sudah melarangnya, dia meminta sedikit pengertian kepada calon mertuanya itu.

Setelah membuatkan sarapan untuk semua orang, Aina menyiapkan sebuah nampan untuk di bawa ke kamar. Pagi ini dia ingin sarapan bertiga saja dengan keluarga kecilnya.

Saat Aina berjalan menuju tangga, dia berpapasan dengan Leona dan Airlangga yang baru turun dari kamar mereka.

"Aina, untuk siapa ini Nak? Apa Arhan sakit, kenapa membawa sarapan ke kamar segala?" tanya Leona dengan berbagai macam pertanyaan.

"Tidak Ma, Abang baik-baik saja! Kami hanya ingin sarapan di kamar. Mama tidak marah kan?" jawab Aina dengan pertanyaan pula.

"Oh, Mama kira ada apa? Ya sudah, pergilah!"

Leona dan Airlangga melanjutkan langkahnya, begitupun dengan Aina.

Sesampainya di balkon kamar, Aina tersenyum melihat Arhan yang tengah asik bermain dengan Aksa. Dia menaruh nampan itu di atas meja dan duduk di samping calon suaminya.

"Aksa sama Mama sebentar ya Nak, biar Papa sarapan dulu!"

Aina mengambil Aksa dari tangan Arhan, kemudian membaringkannya di atas pangkuannya.

"Abang makanlah dulu!" ucap Aina sembari tersenyum kecil.

"Kenapa membawa makanan ke sini?" tanya Arhan menautkan alisnya.

"Makan saja! Untuk apa banyak tanya?" balas Aina.

Arhan melirik Aina bingung, bagaimanapun makanan sudah ada di hadapannya. Aroma nasi goreng yang dibawakan Aina membuat cacing di perutnya meloncat-loncat kegirangan.

"Kamu tidak makan?" tanya Arhan sembari mengangkat piring.

"Abang duluan saja! Aku belum lapar," jawab Aina.

Arhan mulai menyuap nasi goreng itu. Rasanya sangat nikmat, berbeda dengan nasi goreng yang biasa dia makan.

"Siapa yang memasak ini?" tanya Arhan dengan mulut yang dipenuhi makanan.

"Tidak ada yang masak, aku membelinya di depan." canda Aina.

"Oh, pantas saja rasanya berbeda. Abang pikir ada yang sengaja memasaknya untuk Abang. Seperti ada tambahan bumbu yang sangat menggugah selera." puji Arhan dengan lirikan mata yang aneh.

"Tambahan bumbu?" Aina menautkan alisnya.

"Bumbu apa maksud Abang?" tanya Aina penasaran, dia bahkan tak menambah bumbu lain ke dalamnya.

"Bumbu cinta," jawab Arhan terkekeh.

Mendengar itu, Aina mengulum senyumannya. Bisa-bisanya Arhan membual di hadapannya.

"Kenapa tersenyum? Abang serius loh, rasanya sangat nikmat hingga menembus ke dalam sini." Arhan menunjuk dadanya, tepat dimana hatinya terletak.

"Membual saja terus, dasar gombal!" ketus Aina sembari mengalihkan pandangannya, dia tidak memungkiri kalau bualan Arhan membuatnya tersipu malu.

"Kenapa marah? Mungkin saja penjualnya tengah jatuh cinta, jadi rasa nasi goreng ini sangat manis seperti orangnya." goda Arhan.

"Abang salah besar, penjualannya tidak manis. Dia sangat jelek, jorok, dan juga hitam dekil." jawab Aina kesal.

"Tidak masalah, yang penting ada cinta di dalamnya." Arhan kembali terkekeh melihat kekesalan di wajah Aina. Tentu saja dia tau kalau nasi goreng itu buatan calon istrinya.

1
Jue Juliza Johnson
Luar biasa
Jonosiis
makin lama makin males baca ya .yg punya tekanan tensi tinggi g usah baca novel ini bikin emosi aja
Ris Mawati
ceritanya bagus
Nicky Nick
terlmbat lu nai mknya jgn sok
Nicky Nick
ayo arhan lihat kedpn pst kamu kaget deh
Bunda Puput
Luar biasa
feri marlinda
yg jelas author nya yg bertele-tele
Yohana Kanta
males aina bego
Eva Juliana
Luar biasa
Yohana Kanta
aina ribet
Katrien Gorung
penasaran
Juni Yati
sprtinya ceritanya asik
Mlly Ferli
menarik ceritanya
masnia masnia
lanjut dong ceritanya
Siti Aminah
baru nyimak thor...semoga cerita ny bgs
masnia masnia
lanjut
masnia masnia
jantung aku yg tegang. lanjut
masnia masnia
/Good/
༻♛A̷͙ͭͫ̕ḑ̴̞͛̒ỉ͔͖̜͌r̴̨̦͕̝a̤♛༺
seru😀
Debbie Teguh
kalo tuan saga mah ud teriak, kamu mau mati yaa!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!