NovelToon NovelToon
Happiness

Happiness

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fajarina

Aruna Gabriella, gadis sederhana yang mampu mengobati rasa sakit Fahri terhadap ibunya yang telah meninggalkan Fahri demi pria lain.

Mereka berdua sudah bersama sejak masih anak-anak, bahkan tanpa Fahri sadari Aruna diam-diam memiliki perasaan terhadapnya.

Akankah Fahri menyadari perasaan Aruna terhadapnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajarina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Taufik

Taufik saat itu sedang berjalan terburu-buru ke lantai atas. Namun langkahnya terhenti. Saat sekilas dia melihat sosok Aruna dari kaca jendela yang sedang duduk di ayunan di luar.

Dia pikir gadis itu bermain ayunan. Tapi setelah dia amati dengan cermat, Aruna sebenarnya hanya duduk-duduk saja di sana. Terlihat seperti orang yang sedang melamun memikirkan sesuatu.

Akhirnya dia inisiatif untuk menghampiri gadis itu. Bahkan ketika jarak hanya beberapa langkah lagi Aruna tidak menoleh. Sepertinya dia tidak sadar dengan kedatangan Taufik di sana.

Ketika jarak mereka berdua semakin dekat Taufik akhirnya dapat melihat wajah Aruna. Raut wajahnya datar memandang kosong ke bawah rerumputan. Dia jadi bertanya-tanya, apa gerangan yang terjadi pada gadis itu.

“Aruna,” panggil Taufik menyadarkan gadis itu.

“Eh, Kak Taufik. Kapan datangnya?” kikuk Aruna yang kaget dengan kehadiran pria itu.

Taufik mengambil posisi duduk di atas ayunan yang berada di sebelahnya. Pria itu mengayunkan pelan ayunan yang dia duduki dengan kaki jenjangnya.

“Tadi aku mau ngambil berkas di kamar papa. Gak sengaja liat kamu lagi duduk di ayunan jadi aku iseng ke sini.”

“Kamu kenapa? Kayak lagi mikirin sesuatu gitu,” tanya pria itu pada Aruna.

“Ah gak, Aruna cuma lagi bosen aja. Jadinya duduk-duduk di sini.”

jawab Aruna.

Taufik tahu kalau gadis itu berbohong. Pasti ada sesuatu yang dia sembunyikan. Taufik agak merasa kecewa karena Aruna tidak mau terbuka pada dirinya. Seolah ada jarak di antara mereka berdua.

Tapi Taufik pikir tidak apa-apa jika gadis itu tidak mau bercerita padanya kali ini. Kalau memang Aruna merasa enggan untuk menyampaikan apa yang sebenarnya sedang gadis itu alami.

“Kalau lagi main ayunan harusnya di ayunin dong. Masa diam-diam aja kayak lagi duduk di kursi,” canda Taufik seraya mengayunkan tali ayunan yang Aruna

duduki.

Aruna memegang tali ayunan itu dengan kedua tangannya ketika ayunan yang dia duduki mulai terayun ke depan dan belakang. Senyum tipis pun terukir di bibirnya kala itu.

“Kak Taufik, ayunin ya jangan kenceng-kenceng ya,”

peringat Aruna pada pria itu.

Baru saja berbicara seperti itu. Pria yang sedang mengayunkan ayunan miliknya itu justru jahil dengan memperkuat dorongannya.

“liiihh... Kak Taufik udah dibilangin jangan kenceng-kenceng ayuninnya. Aruna takut!” rengek

gadis itu memperkuat pegangan tangannya pada tali ayunan.

“lya-iya deh,” kekeh pria itu memperlambat ayunannya pada tali ayunan milik Aruna.

Setelah puas berayun Aruna meminta pada Kak Taufik untuk berhenti mengayunkan ayunan miliknya. Dia tertawa riang karena merasa sangat senang setelah bermain ayunan.

Untuk sesaat Aruna bisa melupakan masalahnya tentang kejadian tadi siang karena pertemuan dengan ayahnya. Sudah lama juga dia tidak bermain ayunan seperti ini.

Aruna sangat ingat sekali dulu. Dia dan Fahri akan berebut agar dapat di ayunkan oleh Kak Taufik. Tapi ada kejadian yang membuat Aruna trauma.

Pernah suatu waktu Fahri mengayunkan ayunannya. Sangat kencang sampai akhirnya Aruna terjatuh dari ayunan karena tidak berpegangan dengan kuat.

Fahri panik dan buru-buru menghampiri dirinya. Aruna sendiri menangis karena ketakutan sekaligus kaget dengan kejadian itu. Maka dari itu sampai sekarang dia masih trauma jika bermain ayunan dengan kencang.

“Kak Taufik,” lirih Aruna. Pria itu menoleh padanya.

“Aruna minta maaf ya, akhir-akhir ini Aruna ngejauhi

kakak. Padahal kakak gak salah apa-apa. Aruna cuma terlalu takut buat terima perasaan kakak ke Aruna.”

Jelas saja Aruna takut, selain karena umur mereka berdua yang terbilang jauh berbeda. Kak Taufik dia anggap tidak lebih sebagai sosok seorang kakak.

Dia sangat terkejut ketika mengetahui perasaan yang dimiliki pria itu pada dirinya.

Taufik tersenyum tipis mendengar perkataan gadis itu. “Kak Taufik ngerti perasaan kamu kok. Aku juga minta maaf karena terlalu memaksa kamu Aruna.”

"Terimakasih, kak Taufik memang orang yang baik." sahut Aruna.

"Tapi lain kali jangan jauhi kakak lagi ya, Kita masih bisa jadi adik kakak kok, lagian perasaan emang gak bisa dipaksakan, jadi kita masih bisa jadi keluarga."

"Oke" jawab Aruna singkat.

******

“Apa kamu yakin dengan apa yang kamu lakukan ini Taufik?” tanya Ayunda pada putranya itu.

Kini di tangannya sudah ada sebuah berkas rahasia yang barusan saja diberikan oleh Taufik. Berkas yang akan menjadi kunci keberhasilan dari rencana yang selama ini mereka persiapkan.

“Iya Ma, ini adalah pilihan yang Taufik pilih karena ini adalah hal yang terbaik untuk kita semua.”

“Padahal walaupun kamu tidak melakukan ini. Kamu tetap akan menjadi pewaris dari perusahaan Mahendra Company,” salut Rian pada anak pertama dari istrinya itu.

Taufik hanya tersenyum kecil mendengar ucapan pria itu. “Ini bukan hanya masalah perusahaan. Tapi juga tentang kebenaran yang selama ini belum terungkap. Ada seorang gadis yang menderita selama bertahun-tahun karena hal ini. Dan aku tidak bisa melihat dia merasakan penderitaan itu lebih lama lagi.”

“Apa kamu tidak takut nanti dia justru akan membencimu setelah mengatahui semua kebenarannya?”

“Bagiku kebahagian dia adalah hal yang terpenting saat ini. Masalah dia akan membenciku atau tidaknya kita lihat saja nanti.”

“Anak Mama memang sudah dewasa sekarang. Mama akan selalu mendukungmu Taufik,” sela Ayunda mengusap bangga bahu putranya.

“Tapi bagaimana dengan Fahri. Apa kita perlu memberitahunya tentang hal ini?” seru Rian teringat pada anak itu.

“Aku rasa tidak perlu. Lagi pula dia tidak akan mudah percaya begitu saja. Pasti dia akan menanyakan hal ini pada papanya. Justru hal itu akan mengacaukan semuanya. Biarkan dia mengetahui semunya nanti setelah rencana ini berhasil.”

“Apa yang dikatakan oleh mama benar. Akan lebih baik kita tetap merahasiakan ini pada Fahri,” timpal Taufik menyakinkan pria itu.

“Baiklah kalau kalian berpikir seperti itu. Tinggal satu langkah lagi dan rencana ini akan berhasil. Aku harap semua akan berjalan dengan lancar nantinya.”

“Ya, aku harap juga seperti itu,” balas Taufik seraya hendak menyeruput kopi yang sedari tadi hanya terbengkalai di atas meja.

“Ngomong-ngomong kapan kamu akan menikah Taufik?” tanya Ayunda tiba-tiba membuat putranya itu hampir tersedak kopi yang sedang diminumnya.

Taufik meletakan cangkir kopi itu kembali ke atas meja sembari terbatuk-batuk. “Kenapa Mama mendadak menanyakan hal itu?”

“Umur mu sudah masuk untuk menikah dan keadaanmu juga sudah mapan. Apalagi yang kamu tunggu? Mama juga mau seperti teman-teman mama yang sudah menggendong cucu sekarang,” rengek wanita itu pada Taufik.

“Sebenarnya saat ini Taufik sedang menunggu seseorang Ma.”

“Sampai kapan kamu akan menunggunya? Apa perlu mama carikan jodoh saja untuk mu? Kebetulan mama ada banyak kenalan yang punya anak perempuan,” tawar Ayunda bersemangat mengenai hal ini.

“Aku tidak tahu jelasnya akan sampai kapan. Tapi yang jelas aku akan sabar menantinya. Mama tidak perlu khawatir tentang itu.”

Ayunda memijit dahinya pusing. “Sepertinya itu akan sangat lama sekali. Aku akan menjadi nenek-nenek tua sebelum bisa menggendong cucuku.”

Taufik dan Rian hanya tertawa renyah melihat tingkah laku wanita itu. Setidaknya hal itu dapat mengurangi ketegangan yang sedang berlangsung saat ini.

1
Jihat Purnamasari
Biasa
Jihat Purnamasari
Buruk
Anonymous
.
Yuri Lowell
Bersemangat membaca lagi! 💪
🦩NEYRA 🐚
Thor, kamu membuatku tak sabar untuk membaca seri selanjutnya
Valito.C
Dahsyat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!