'Gagak pembawa bencana' itulah julukan pemimpin klan mafia Killer Crow, Galileo Fernandez, yang terkenal kejam dan tidak pandang bulu dalam membunuh.
Hidupnya dari saat dia kecil dilatih menjadi pembunuh berdarah dingin oleh ayahnya, sehingga menciptakan seorang Leo yang tidak berperasaan.
Suatu hari dia di jebak oleh musuh bebuyutan dari klan mafianya dan tewas tertembak dikepalanya. Tetapi bukannya pergi ke alam baka, dia justru terbangun kembali di tubuh seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
Siapakah anak laki-laki itu?, Apakah Leo mampu menjalani hidupnya dan kembali menjadi mafia kejam dan membalaskan dendamnya?
Inilah Kisah tentang Galileo seorang mafia kejam yang bereinkarnasi ke tubuh seorang bocah yang ternyata menyimpan banyak misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Di tengah malam yang sunyi yang hanya terdengar semilir angin yang dingin menerpa ranting pohon, terlihat sosok pria berpakaian hitam memakai topeng rubah menutupi wajahnya dengan tujuh orang di belakang nya yang juga dengan pakaian yang sama. Mereka tengah memantau sarang mafia black Eagle yang tersembunyi di hutan lebat pinggir kota.
"Leo, apa kau yakin akan menyerang mereka sekarang? Dengan jumlah kita yang sedikit?," tanya Gavin pada Max. Ya mereka adalah Max, Gavin beserta Shadow Crow yang tengah bersiap untuk menyerang kelompok klan black Eagle.
Max menatap Gavin dengan datar.
"Apa kau pernah melihat ku melakukan apapun dengan ragu ragu?," ucapnya pada Gavin.
Gavin terdiam menatap Max lalu menghela nafasnya.
"Hahhh, sepertinya tidak bersama mu selama bertahun tahun membuatku lupa jika kau adalah monster," ucap Gavin terkekeh. Dia jadi teringat waktu dulu Galileo menyerang dan menghancurkan mafia yang menggangu bisnis nya dengan brutal sendirian melawan ratusan orang, dia memenangkan pertarungan itu dan bahkan hanya terkena 2 luka tembak ringan saja.
Max mengalihkan kembali pandangannya ke arah markas musuh. Dengan penglihatan nya yang tajam dan sangat ahli dalam mengidentifikasi titik musuh berada, Max dengan cepat menebak arah mana yang hanya memiliki sedikit penjagaan dan terhindar dari kamera pengawas.
"Shadow Crow," ucap Max.
"Ya tuan," ucap mereka serempak.
"Bagi anggota kalian menjadi dua tim. Tim A pergi ke arah barat sisi markas musuh, dan Tim B pergi ke arah timur sudut belakangnya," ujar Max mengarahkan.
"Lakukan sekarang. Tapi ingat satu hal yang selalu ku minta pada kalian, yaitu jangan mati." Ucap Max pada mereka semua.
"Baik tuan, laksanakan." Ucap mereka lalu menyebar seperti bayangan ke arah tempat yang Max arahkan.
Setelah para Shadow Crow menjalankan aksinya, Max dan Gavin juga turut keluar dari tempat persembunyian menghampiri Markas Black Eagle. Tetapi berbeda dengan para Shadow Crow yang menyelinap menghindari perhatian musuh, justru Max dan Gavin berdiri di depan gerbang dengan terang terangan, tentu saja tujuannya adalah untuk mengalihkan perhatian musuh agar tertuju padanya, dan para anggota shadow Crow melakukan tugasnya dengan mudah di dalam.
Di dalam markas Black Eagle.
"Bos, ada seseorang di depan gerbang markas kita, dan sepertinya itu adalah musuh," lapor tangan kanan kepercayaan Adam.
Adam Riegrow menaikkan alisnya heran.
"Siapa yang begitu berani mendatangi markas kita?" Tanya Adam.
"Saya tidak tau bos,mereka menggunakan topeng," ucapnya pada sang pemimpin sembari menyerahkan tablet yang memperlihatkan rekaman cctv yang berisi dua orang misterius mengenakan topeng didepan gerbang.
"Hmm mereka berdua benar benar tidak sayang nyawa, apakah mereka pikir markas Black Eagle adalah tempat yang bisa didatangi orang sembarangan?" Ujar Adam menatap dingin layar tablet yang berada di tangannya.
Dia bangkit dari kursi kebesarannya dan berjalan Menuju keluar markas untuk membunuh dua orang arogan yang berani mendatangi markas rahasia black Eagle.
Di depan gerbang
"Hei kalian berdua siapa?" Tanya penjaga gerbang dengan nada tinggi. Tapi tidak ada sahutan dari keduanya.
"Ck ini bukan tempat yang bisa sembarangan kalian datangi, cepat pergi dari sini sebelum nyawa kalian berdua melayang," ujar penjaga gerbang itu menatap remeh Max dan Gavin.
Max dan Gavin masih terdiam yang membuat dua orang penjaga gerbang itu kesal. Sebenarnya Gavin sudah ingin tertawa melihat sikap dingin Max yang membuat orang lain kesal.
Penjaga gerbang menghampiri Max dan menepuk nepuk topengnya.
"Hei jawab aku sialan, apakah kau bisu?. Dan apa apaan topeng menyebalkan ini, mau sok jagoan kau disini?" Ucap salah satu penjaga gerbang itu hendak melepaskan topeng Max. Tapi sebelum tangannya meraih topeng Max, dia lebih dulu tumbang tanpa disadarinya.
Ughhh
Brukk
Pria itu tewas dalam sekejap karena Max menusuknya tepat di jantung dengan cepat tanpa terlihat.
Penjaga gerbang yang lain terkejut dan terpaku melihat pisau yang tertancap di dada kiri temannya, dia pikir Kapan pria bertopeng ini menggerakkan tangannya?
"Sial, siapa kalian sebenarnya," ucapnya menatap takut Max dan Gavin, karena dia pikir kedua orang misterius ini bukan orang sembarangan.
Dia merogoh sakunya untuk menekan tombol peringatan darurat di sakunya, tetapi kalah cepat oleh pisau Gavin yang melayang ke arah kepalanya.
Jlebbb
Brukkk
Gavin menatap Max dan mengangguk, lalu berjalan menuju gebang dan membuka nya.
Anggota Black Eagle yang sedang berpatroli di depan markas melihat ada orang asing membuka gerbang dan segera menyerang Max dan Gavin.
Duakk
Duakk
Brughhh
Krakk
Suara pertarungan antara Max dan Gavin melawan puluhan anggota klan Black Eagle.
Tentu saja kedua orang itu dengan mudah menghadapi anggota lemah seperti mereka dengan mudah.
Pertarungan itu berlangsung untuk beberapa saat hingga suara bariton keras Adam Riegrow menghentikan mereka.
"Apa yang terjadi disini," ucapnya dengan keras dan kesal karena melihat puluhan anak buahnya tergeletak tidak bernyawa.
"Bos," ucap mereka yang masih hidup dengan serempak, Lalu mundur dari hadapan Max dan Gavin.
Adam dan keempat petinggi Black Eagle menatap Max dan Gavin dengan mata memerah karena amarah.
"Siapa kalian berdua, berani beraninya menyerang Markasku," ucapnya dengan suara dalam.
Max dan Gavin terdiam. Membuat Adam Riegrow kesal.
"SIAPA KALIAN BERDUA SIALAN," Sentaknya tidak sabaran.
Max tersenyum miring di dalam topengnya, menatap dingin Adam Riegrow dengan matanya yang hitam legam ber isris biru gelap seperti lautan dalam dan berkata
"Malaikat maut mu."
.
.
.
.
.
.
.