Ronan Adgar. Dia kecelakaan saat berusia 13 tahun dan berakhir koma selama 5 tahun.
Setelah sekian lama koma, akhirnya dia kembali sadar dan menyadari banyaknya perubahan pada dunia.
Keluarganya yang sebelumnya kaya raya kini hancur.
Kedua orang tuanya meninggal, menyisakan adiknya yang bekerja sebagai pelayan di kafe pinggir jalan.
Tidak ada lagi bisnis besar.
Sahabatnya bahkan kini mengabaikannya dan menjauh dari dirinya membawa tunangannya yang juga telah kehilangan minat pada dirinya.
Melihat semua perubahan itu, Ronan merasakan perasaan kecewa, kesedihan dan penderitaan.
Dalam penderitaan itu tiba tiba sesuatu muncul di udara yang kosong.
-Host Dengan Kriteria Terbaik Telah Ditemukan.
-Apakah Host Menginginkan Balas Dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RyzzNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Di dalam suatu ruang kamar yang elegan dan mewah, dimana matahari pagi merembes masuk melalui celah-celah kecil untuk menyinari ruangan itu.
Burung burung berkicau saat mereka beterbangan dengan bebas menjelajahi langit tanpa beban.
Di dalam ruang kamar, diatas kasur yang berukuran besar dan empuk.
Seorang gadis yang tertidur pulas, perlahan membuka matanya.
Dia membuka matanya dan diam sejenak, kemudian bangkit lalu menggosok matanya pelan pelan.
Rambutnya yang berwarna hitam memanjang hingga ke bahunya, pupil matanya berwarna hitam pekat dengan bentuk wajah yang mungil dan menggemaskan.
Sosoknya sangat cantik dan lucu, melihat betapa menggemaskannya dia ketika baru bangun tidur dengan ekspresi tenang dan damai seakan akan dia tidak memikirkan apapun.
Gadis itu menatap keluar jendela, dimana matahari perlahan terbit untuk menyinari sebagian dari seluruh dunia.
“Ah.. sudah pagi..“
Suaranya terdengar agak serak karena dia baru saja bangun, tapi hanya karena sedikit serak tidak mampu menutupi betapa indahnya suaranya itu.
Suaranya terdengar sangat anggun dan damai, tidak ada emosi khusus disuaranya, hanya ketenangan dan rasa tenteram yang mampu membuat mereka yang mendengarnya akan merasa tenang dan terhibur.
Pintu kamarnya terbuka, memperlihatkan seorang pelayan yang masuk dengan mengenakan pakaian maid ketat yang hampir menutupi seluruh bagian tubuhnya.
“Ah, Anda sudah bangun nona muda… saya akan segera menyiapkan air panas.“
Gadis itu diam diam tersenyum kecil dan mengangguk pelan dengan anggukan yang lucu.
Sekarang dia harus menuju ke sekolahnya, sebuah sekolah yang dikhususkan hanya untuk seorang gadis dan melarang keberadaan lelaki.
Setelah beberapa saat ketika pelayan itu akhirnya selesai menyiapkan air panas.
Gadis itu dengan langkah yang tenang dan anggun memasuki kamar mandi yang berukuran luas, setidaknya ukurannya seluas sebuah satu kamar apartemen harga menengah.
Dinding dinding hingga lantai kamar mandinya terbuat dengan sesuatu berwarna putih yang jernih dan bersih.
Ada beberapa hal seperti bak mandi dengan cermin yang besar serta beberapa hal lainnya.
Gadis itu kemudian melepaskan masing masing pakaiannya, lalu dengan keadaan telanjang dia memasuki bak yang diisi dengan air panas.
Kakinya menyentuh permukaan air, meski air nya panas, tetap saja rasanya agak dingin dikarenakan masih di pagi hari.
Gelombang busa mulai memenuhi kakinya yang putih dan indah.
Tidak menunggu lama, gadis itu menaiki bak mandi dan berendam untuk sejenak.
Dia menutup matanya, merasa masih agak mengantuk karena baru saja bangun.
Setelah berendam beberapa saat, dia keluar dari bak mandi dan mulai melakukan beberapa hal yang diperlukan seperti gosok gigi, membersihkan tubuh hingga beberapa detail kecil.
Dia kemudian keluar dengan menggunakan handuk, seragamnya sudah terlihat tersedia diikuti dengan pelayannya yang sedang menunggu dengan nampan yang berisi sarapan pagi.
Gadis itu meraih seragam miliknya kemudian memakainya dengan tenang.
“Apa ada kabar lain hari ini?“
Gadis itu, setelah diam beberapa saat, dia akhirnya berbicara.
Jari jemarinya yang mulus dan lentik mengancingkan baju seragamnya.
Saat itu pelayannya menjawab:
“Tidak ada banyak hal yang spesial nona.“
Gadis itu mengangguk, tidak terganggu dengan jawaban itu.
Namun pelayan itu melanjutkan:
“Yah, sejujurnya, mungkin hanya sedikit kehebohan yang dibuat oleh pemuda sebelumnya..“
Gadis itu terdiam sejenak.
'Sebelumnya…'
Beberapa waktu lalu, saat itu kegemparan terjadi karena bangunnya seorang pemuda dari komanya, alasan hal itu menjadi gempar adalah, karena pemuda tersebut adalah anak dari keluarga yang sangat kaya raya meski sekarang bisnis keluarga nya sudah direbut.
Ronan Adgar, begitulah namanya dalam berita viral yang berada di seluruh sosmed hingga televisi.
Karena merasa sangat bosan dalam sekolahnya, gadis itu punya kebiasaan untuk selalu mengecek sosmednya dan melihat berita berita yang sedang trending.
Awalnya, semuanya nampak membosankan tapi semenjak pemuda yang bernama Ronan itu bangun, entah kenapa banyak situasi menarik yang tercipta dengan sendirinya.
Situasi ketika pemuda itu melakukan keributan di depan bank atau juga keributan di dalam mall, semuanya menyenangkan hingga membuat gadis itu merasa bahwa dia akhirnya memiliki sedikit hal yang bisa dia nantikan.
“Tentang apa itu?“
Diliputi dengan rasa penasaran yang tinggi, akhirnya gadis itu bertanya kepada pelayannya.
Pelayannya terlihat diam sejenak kemudian setelah berapa saat akhirnya dia berbicara:
“Dikatakan bahwa pemuda itu dibenci oleh seluruh murid dan guru di sekolahnya, tapi dia berhasil mengatasi segala penindasan yang berasal dari para murid terutama… penindasan para guru juga, dia mempermalukan salah satu guru di sekolah itu.“
Saat itu pelayan itu tanpa sadar sedikit mendongak dan menatap majikannya.
Majikannya tersenyum kecil, senyumannya sangat cantik dan lembut, memberikan rasa aman, damai dan tenteram.
“Dia berulah lagi…”
Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan lucu saat mengatakan kalimat sebelumnya, sungguh pemuda itu selalu memberinya hal yang menyenangkan.
Setelah melakukan percakapan singkat dan menikmati sarapan paginya, akhirnya gadis itu menuju ke sekolahnya.
Di sana hanya berisi gadis gadis tanpa adanya satupun pria, gurunya juga seorang wanita.
Saat berjalan melalui koridor, ada banyak murid murid yang menatap ke arah gadis itu.
“Cantiknya…”
“Aku mau sepertinya…”
“Huhuhu.. cantik sekali…”
Gadis itu berjalan dengan tenang, mengabaikan tiap pujian yang dia dapatkan. Lagipula hal ini sudah menjadi kebiasaan baginya.
Gadis itu juga bingung bagaimana mereka semua bisa tidak bosan mengatakan hal yang sama berturut turut.
Mau bagaimana lagi, pesonanya adalah sesuatu yang sangat tidak manusiawi, kecantikannya akan membuat banyak pria tergila-gila padanya.
Karena itulah untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, gadis itu bersekolah di sekolah gadis.
Saat itu, gadis itu menatap jauh di koridor sekolah, seorang menghampirinya, tentunya gadis itu mengenalnya.
“Uwaahh..!! Eisell!!!“
Eisell Ludwig adalah nama dari gadis yang kecantikannya tiada tara itu.
Dia adalah anak dari salah satu keluarga yang sangat kaya raya di dunia ini, kekuasaan dan kekayaannya sangat luar biasa hingga tidak ada yang berani menganggu mereka.
Hal yang lebih penting, keluarga gadis itu juga hanya fokus pada bisnis mereka dan berusaha untuk tetap mempertahankan netralitas.
Eisell menatap kedepan, seorang gadis dengan rambut yang di kepang dua datang menghampirinya, dia adalah salah satu teman dekatnya di sekolah ini.
Melihat nya berlari menghampiri nya, Eisell tersenyum dengan lembut:
“Diena..? Ada apa?“
Suaranya tenang dan lembut bagaikan alunan melodi musik yang dimainkan oleh seorang musisi profesional.
Temannya, Diena menghampirinya kemudian mengoceh banyak hal yang hanya direspon dengan senyuman oleh Eisell.
Yah, temannya yang satu ini memanglah banyak omong.
Waktu sekolah berakhir dengan cepat, setelah berpamitan, Eisell kemudian kembali ke mansionnya.
Karena betapa kayanya keluarga Eisell, Eisell tinggal di sebuah mansion sendirian hanya ditemani dengan beberapa pelayan.
Kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan mereka, tapi terkadang-kadang ada waktu ketika salah satu orang tuanya akan datang untuk mampir.
Hal itu terjadi hari ini, karena itulah Eisell sangat tidak sabar untuk segera kembali ke mansionnya.
Saat akhirnya mobil mewahnya berhenti, dia turun dan menatap mansion dengan semangat dan tanpa basa basi memasuki mansion lalu menuju ke ruangan tamu tempat biasanya ayahnya berada.
Eisell mengabaikan fakta bahwa terdapat mobil lain yang sedang diparkiran di pekarangannya saat ini.
Memasuki ruang tamu, dia akhirnya melihat ayahnya dan tersenyum lembut selagi mencoba untuk menyapa.
Tapi dia terhenti saat melihat bahwa ayahnya saat ini sedang berbicara dengan seorang pemuda.
Pemuda itu sangat familiar..
Duduk di sofa selagi menikmati teh yang disediakan, Ronan dengan tenang menatap pria di depannya.
'Aku membutuhkan sekutu yang bisa membantuku melakukan penyelidikan.'
Pemuda itu adalah Ronan Adgar.
***
*Maaf kalau bab kali ini terlalu banyak informasi yang tidak penting dari karakter baru yang ditambahkan..
alurnya t3pat