NovelToon NovelToon
Bukan Tulang Rusuk, Tapi Tulang Punggung (Penyesalan Papa Dari Anakku)

Bukan Tulang Rusuk, Tapi Tulang Punggung (Penyesalan Papa Dari Anakku)

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Slice of Life
Popularitas:454.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rositi

Di pertengahan tahun 1980, Dewi merasakan pedihnya dijadikan tulang punggung layaknya sapi perah, tapi tetap dianggap sebagai benalu. Bahkan, KDRT kerap Dewi maupun anaknya dapatkan dari suami dan juga keluarga suami, yang selama 5 tahun terakhir Dewi nafkahi. Karenanya, Dewi nekat menjadikan perceraian sebagai akhir dari rumah tangganya.

Dewi bertekad bahagia bahkan sukses bersama kedua anaknya. Segala cara Dewi lakukan, termasuk menjadi ART, sebelum akhirnya menjadi warung keliling. Namun pada kenyataannya, menjadi sukses bukanlah hal mudah. Terlebih, Dewi masih saja diganggu orang-orang dari masa lalunya. Dewi sampai berurusan dengan hukum akibat fitnah keji, sebelum akhirnya mengikuti program transmigrasi di era Orde Baru yang tengah berlangsung.

Akan tetapi karena sederet cobaan itu juga, Dewi menemukan cinta sejati sekaligus kesuksesan yang selama ini Dewi perjuangkan. Kesuksesan yang membuat Prasetyo sekeluarga sangat menyesal!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19 : Takdir yang Mulai Terbalik

“Kalau aku di sini terus, yang ada makin enggak bisa bayar!” pikir ibu Retno makin gelisah.

Tak ada lagi keharmonisan dalam rumah tangga ibu Retno maupun Prasetyo yang baru berumur hitungan hari. Karena ketika Prasetyo hanya mencintai uang ibu Retno dan segala fasilitas mewah dari wanita itu. Alasan ibu Retno ingin dinikahi Prasetyo juga murni untuk mendapatkan kepuasan batin. Tentunya, tampang tampan ditambah tubuh tegap Prasetyo memang menjadi daya tarik tersendiri untuk ibu Retno. Masalahnya, sampai detik ini, burung Prasetyo tetap loyo. Jangankan memuaskan ibu Retno layaknya biasa dan sudah jadi rutinitas sekaligus pekerjaan pokoknya. Sekadar mau merespons ibu Retno saja, burung milik Prasetyo sudah tidak lagi melakukannya.

Di lain sisi, Prasetyo juga bosan jika terus-menerus di dalam hotel. Ditambah lagi, otak Prasetyo memang hanya dikuasai nasib keluarganya. Prasetyo khawatir keluarganya telantar. Ditambah lagi, sudah dekat dengan waktu pembayaran kontrakan. Belum lagi, mengenai kelanjutan hubungannya dan Dewi. Prasetyo tak mau kehilangan Dewi begitu saja. Karena jika iya, keluarga Prasetyo terancam telantar. Apalagi kini, sedang diam saja, tiba-tiba ia ditin.ju oleh ibu Retno yang terlihat sangat emosi. Pipi kiri Prasetyo langsung saja dihiasi kepalan punggung tangan ibu Retno.

“Kamu ini sebenarnya kesuru.pan set.an apa sih? Lagi diam saja kamu tinj.u, apa kabar kalau aku sampai ninj.u kamu duluan?” marah Prasetyo.

“Aduh ... kok hidupku jadi enggak enak gini, ya?” pikir Prasetyo memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi.

Hari ini menjadi hari terakhir Prasetyo dan ibu Retno menginap di hotel. Karena jika keduanya melebihi waktu yang sudah ditentukan, keduanya wajib membayar biaya tambahan.

Rintik hujan menemani sore ini. Mas Abdul yang awalnya hanya melihat-lihat pekarangan, jadi heboh. “Mas Alif, sini! Banyak mangga matang itu! Kita juga bisa panen buah pisang. Tuh, ada dua tandan pisang masak!” ucapnya.

Alif yang memang sudah mengikuti mas Abdul, juga tak kalah heboh. Apalagi yang namanya anak kecil, asal orang yang diikuti baik sekaligus sering memberi hadiah, anak itu pasti betah.

“Bisa enggak?” seru Dewi yang baru saja memberi mas Abdul golok untuk memanen pisang.

Mas Abdul mendadak tidak yakin karena kini memang menjadi kali pertama dirinya akan memanen pisang.

“Tandan pisangnya dipegangin, Mas. Jangan dibiarin jatuh. Kalau dibiarin jatuh, bahaya. Apalagi kan itu sudah matang semua,” ucap Dewi agak berseru. Ia sengaja meninggalkan putrinya di lantai. Berhubung sang putri ia bawa lengkap dengan bantal kecil, ia memang bisa meninggalkannya dengan leluasa.

“Begini,” ucap Dewi sambil praktik, dan mas Abdul langsung praktik.

Namun lagi-lagi, mungkin efek tidak terbiasa, mas Abdul malah hanya membuang-buang waktu. Memang Dewi yang jauh lebih cekatan karena Dewi sudah terbiasa hidup sulit sejak kecil. Karena jangankan memanen pisang, memanen tanaman padi dalam jumlah luas saja, Dewi sudah terbiasa melakukannya sejak kecil.

“Hore ....” Alif benar-benar heboh. Sampai detik ini, ia sudah langsung betah di sana. Namun jika sang mama mendadak mengajaknya pergi lagi, ia juga tidak bisa menolak.

“Sini ... sini, berat, Mbak!” ucap mas Abdul langsung sigap. Untuk pohon pisang selanjutnya pun, ia yang melakukannya. Kali ini ia sukses besar hingga mendapat sorak hore dari Alif.

“Ya sudah, ayo kita masuk rumah. Panen mangganya nanti tunggu gerimisnya reda!” ucap mas Abdul sambil membawa kedua tandan pisang bawaannya, sebelum Dewi yang melakukannya. Karena jika melihat dari Dewi yang cekatan, wanita itu tidak akan pilih-pilih pekerjaan asal masih halal.

“Makan pisang ya Mas Alif!” ucap mas Abdul yang masih saja kegirangan hanya karena ditemani Alif.

“Penten, Mas? Mamanya Mas dan saudara Mas, mau ke sini kapan? Ditinggalin tempat tidur apa makan juga, enggak?” sergah Dewi sambil mengeringkan tubuh Alif menggunakan kain jarit.

“Mereka masih belum mau ke sini, Mbak. Mereka khususnya mama, masih trauma. Dikhianati pembantu sendiri, anak diha.jar di depan banyak orang. Hati mama mana yang enggak hanc.ur menyaksikan semua itu?” ucap mas Abdul jadi sedih.

“Bahkan meski sudah berlalu, bayang-bayang kejadian di rumah ini sepertinya juga membuat mama sama adik-adikku trauma,” lanjut mas Abdul.

Dewi mengangguk-angguk paham seiring tatapannya yang jadi murung. “Yang namanya trauma memang sulit Mas. Ya pelan-pelan, semoga berkah. Atau kalau enggak, kasih mama umroh atau malah haji. Biar ada perjalanan spiritual gitu. Biar jadi obat penenang tersendiri,” ucap Dewi hanya memberi saran. “Cuma usul, Mas!” lanjutnya sengaja menegaskan.

Sebenarnya, Dewi tidak mau ikut campur terlalu jauh. Apalagi selain mereka memang baru kenal, mereka juga pembantu dan majikan. Ditambah lagi, tampaknya mas Abdul sekeluarga memiliki trauma tersendiri kepada pembantu akibat ulah ibu Retno. Hanya saja, efek mas Abdul yang terlalu baik. Bahkan kepada anak-anak Dewi termasuk ke Utari yang masih bayi saja, mas Abdul sangat baik, Dewi memang tidak bisa untuk tidak peduli.

“Makan pisangnya yang banyak, ya. Mas mau cuci mobil dulu. Mumpung Mas punya waktu!” ucap mas Abdul bersemangat.

Tanpa direncanakan, lagi-lagi Dewi ikut serta membantu mas Abdul. Mas Abdul mencuci mobil yang sebelumnya ibu Retno berikan kepada Prasetyo. Tanpa sengaja, Dewi yang memungut setiap samp.ah yang mas Abdul buang, malah menemukan gepokan uang seratus ribu dalam kantong hitam. Uang yang sempat dipermasalahkan oleh ibu Retno dan Prasetyo.

“Innalilahi, Mas. Ini uang sebanyak ini kok dibuang?” ucap Dewi benar-benar syok.

Namun di depan rumah, ibu Retno dan Prasetyo sedang berusaha masuk. Takdir yang mulai berubah, tampaknya itu lah yang terjadi dengan kehidupan mereka sekarang ini.

1
Sarti Patimuan
Semoga Abdul bisa mendapatkan informasi tentang orang yang membakar
Sarti Patimuan
Ya Allah Bu Retno beneran nekat untung saja Dewi sudah Pindah kontrakan
Sarti Patimuan
Ibu yang sangat egois
Sarti Patimuan
Nyesek banget 😭😭😭😭
Sarti Patimuan
Bu Retno sadis banget jadi orang
Sarti Patimuan
Pras bikin gara gara terus dalam hidup Dewi
Sarti Patimuan
Mas Abdul harus berjuang keras untuk membuat Dewi menerima ajakan nikahnya
Sarti Patimuan
Mamanya egois banget
Sarti Patimuan
Semangat Dewi
Sarti Patimuan
Warti mulai kena karma sumpah pocong nya.
Sarti Patimuan
Warti bener bener gak tau diri
Sarti Patimuan
Dih gitu banget mantan mertua nya belanjaan gak dibayar
Sarti Patimuan
Nyesek banget sama perjuangannya Dewi
Sarti Patimuan
Mimpi kamu Pras balikan sama Dewi
Sarti Patimuan
Wah ketemu lagi sama mantan brengseknya Dewi
Sarti Patimuan
Salut sama perjuangan Dewi
Sarti Patimuan
Semangat Dewi demi kedua buah hati kamu
Sarti Patimuan
Abdul niatnya baik sih
Sarti Patimuan
Mas Abdul banyak banget rintangan nya untuk dekat dengan Dewi
Sarti Patimuan
Ibunya Abdul gitu banget sama Dewi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!