Hidup seorang Aellyn Kiran Cayle ( 20 ) selalu berjalan mulus tanpa hambatan. Ia selalu mendapat kasih sayang yang lebih dari keluarganya. Sejak kecil, ia sudah terbiasa hidup bergelimang harta.
Namun, kehidupan Aellyn yang sangat nikmat itu harus berakhir karena kebodohannya yang selalu mempercayai semua kata-kata dusta dari sahabat dan juga kekasihnya.
Hidup Aellyn hancur sehancur-hancurnya, apalagi saat dua manusia biadab itu mengakui perselingkuhan mereka.
Dan pada hari itu juga, dua manusia biadab yang sangat ia percayai itu benar-benar mengakhiri hidupnya dengan memisahkan jiwa dari raganya.
Semua nya terasa seperti mimpi, sampai Aellyn tiba-tiba terbangun di dalam sebuah kamar yang terasa tidak asing baginya.
Dan Aellyn lebih terkejut lagi saat ia melihat kalender yang menunjukkan bahwa ia berada di tahun 2023, 8 tahun yang lalu, saat kehancuran hidupnya di mulai.
"Ternyata tuhan cukup berbaik hati memberikanku kesempatan untuk membalaskan dendam kepada kalian."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizkook lovers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
Re mengantarkan Aellyn sampai di gapura Victoria University seperti biasanya.
Aellyn mencium punggung tangan sang suami sebelum keluar dari dalam mobil LaFerrari Aperta hitam kesayangan Re.
"Belajar yang rajin, jangan suka bolos. Nanti pulangnya mommy bakal jemput kamu. Kamu tunggu saja ditempat biasa," ucap Re dari dalam mobil dengan kaca yang sedikit diturunkan.
Yang di ajak bicara hanya mengangguk, tanda bahwa ia mengerti. "Iya, aku tahu kok. Kamu hati-hati ya dijalan."
"Iya, sayang. Aku berangkat dulu ya."
Re menaikan kaca mobilnya lalu membawa mobil mewah itu melaju pergi meninggalkan area kampus.
Aellyn berbalik masuk ke area kampus setelah LaFerrari Aperta hitam milik Re telah menghilang dari pandangan matanya.
"Dia benar-benar menjadi simpanan om-om ya?"
"Wah, sangat tidak disangka, ternyata Aellyn menyukai laki-laki tua."
"Perselingkuhan princess Rara dan Sean pasti hanya akal-akalannya saja supaya perselingkuhannya dengan om-om perut buncit tidak ketahuan."
"Aku dengar dia kemarin tidak berangkat. Dia pasti habis main dengan om-om sampai malam hingga tidak bisa berjalan dan memilih tidak beranjak kuliah."
"Wah, menjijikkan sekali."
Kening Aellyn berkerut saat mendengar bisikan-bisikan dari orang-orang sekitarnya.
Telinga Aellyn tentu masih bekerja dengan baik, ia jelas-jelas mendengar namanya disebut dan tentu saja ia tidak bodoh untuk tidak mengerti bahwa mereka semua tengah membicarakan dirinya.
Menghentikan langkahnya, Aellyn hendak berbalik untuk menegur orang-orang itu namun sebuah tangan tiba-tiba saja menariknya pergi dari sana.
''Hei, apa yang kamu lakukan?!" serunya marah.
Aellyn memberontak meminta orang itu untuk segera melepaskan tangannya, namun seruannya itu tidak diindahkan sama sekali oleh orang tersebut.
Aellyn jelas tahu siapa orang yang saat ini tengah menarik tangannya dengan kurang ajar didepan banyak orang.
Seorang gadis cantik yang menjadi primadona sekaligus mahasiswi kesayangan sejumlah dosen pria di Victoria University. Ya siapa lagi dia jika bukan Ralin Yulita, perempuan yang dulu pernah menyandang gelar sebagai sahabat terbaik Aellyn.
Aellyn menarik paksa tangannya dari genggaman Rara karena perempuan itu tak kunjung melepaskan dirinya padahal Aellyn sudah meneriakinya.
Aellyn menatap perempuan itu. "Apa yang kamu lakukan?!" tanya Aellyn dengan tatapan nyalang yang mengarah pada Rara.
Gadis cantik itu mengerutkan keningnya saat mendapati tatapan sendu dari perempuan dihadapannya.
Oh, Aellyn tahu jelas makna dari tatapan palsu itu. Ia tahu, pasti akan terjadi sesuatu yang tidak baik nantinya.
Dan benar saja, tak lama setelahnya Rara tiba-tiba menangis hingga menarik perhatian banyak orang.
"Hiks,,,Apa salahku padamu hingga kamu tega melakukan ini padaku? Jika kamu tidak mencintai Sean lagi maka katakan padanya dengan baik-baik, jangan malah menuduh dia berselingkuh denganku dan menjadikan aku sebagai kambing hitam," ucap Rara dengan air mata buaya yang setia membasahi pipinya.
Aellyn terkekeh geli mendengar penuturan Rara yang terdengar seperti cerita dongeng baginya.
"Kamu ini sedang bergurau ya?" Aellyn melipat kedua tangannya dibawah dada sembari menatap remeh pada Rara yang menunduk di hadapannya.
"HEI, APA YANG KAMU LAKUKAN?! JANGAN PRINCESS KAMI," seru seorang mahasiswa.
Aellyn mengerutkan keningnya bingung. Membully katanya? Darimana Aellyn kelihatan seperti sedang membully Rara? Apakah karena sekarang perempuan itu sedang menunduk dihadapannya, jadi Aellyn terlihat seperti sedang membullynya?
"SEKARANG KEBUSUKANMU SUDAH TERBONGKAR, KAMI TIDAK AKAN PERCAYA PADAMU LAGI!!"
Gadis cantik berponi itu tersenyum miring, sedikit terkekeh dengan kepala yang tertunduk. "Ternyata benar, sekalinya idiot akan tetap idiot. Sudah dibohongi berulangkali tapi kalian masih sangat mempercayainya?" Aellyn menggelengkan kepalanya pelan. "Benar-benar idiot."
Aellyn mengangkat wajahnya untuk menatap seorang mahasiswa yang kini tengah menatap nyalang dirinya. "Kalian bodoh, ah tidak tidak, kalian tidak bodoh, tapi kalian itu idiot. Kalian adalah orang-orang idiot yang mudah sekali dibodohi olehnya."
"Beraninya kamu memfitnah princess kami yang baik hati. Kami tidak akan mengampunimu!" seru seorang mahasiswi.
"Kamu hanya iri dengan princess kami. Mengaku saja," ucap seorang perempuan berkulit tan dengan senyuman remeh yang ditujukan untuk Aellyn.
Aellyn membalas senyuman itu tak kalah remeh. "Aku?" Ia menunjuk dirinya sendiri.
"Seorang Aellyn Kiran Cayle iri dengan gadis seperti Ralin Yulita?" Suara tawa Aellyn mengalun nyaring di koridor yang lumayan_ ah bukan lumayan lagi, tapi memang ramai, sangat ramai.
Semua orang terlihat kebingunan dengan apa yang mereka lihat saat itu.
Aellyn mengusap sudut matanya yang berair. "Oh, sungguh lelucon yang sangat lucu. Mataku sampai berair karena menertawakannya."
Aellyn kembali melipat tangannya dibawah dada, lalu menatap satu persatu manusia yang ada disana. "Coba beritahu aku, apa yang princess kalian ini miliki dan tidak dimiliki olehku?"
"Harta? Aku rasa harta keluargaku bahkan lima kali lipat lebih banyak dari harta keluarga yang telah mengadopsinya dari panti asuhan." Mereka semua terdiam.
"Cantik? Semua orang di Victoria University tahu bahwa aku menyandang gelar sebagai dewi kecantika Victor**ia selama dua tahun berturut-turut sejak aku menjadi mahasiswa baru disini."
"Kamu memakai uang dari sugar daddymu untuk mendapatkan gelar itu. Kami tidak bodoh untuk tidak mengetahuinya!" seru mahasiswa lain, memotong ucapan Aellyn yang belum sempat ia lanjutkan.
Idiot sialan, mereka ini bukannya membantuku malah membuatku malu di depan banyak orang. Rara mengumpat kesal dalam hatinya karena kebodohan teman-teman barunya itu. Mereka semua benar-benar bodoh, bahkan jauh lebih bodoh daripada Aellyn dulu.
Aellyn tersenyum kecil melihat kedua tangan Rara yang terkepal erat disamping tubuhnya.
"Kamu menuduhku melakukan kecurangan? Itu berati kamu juga tengah menuduh bahwa kampus tercinta kita yang terkenal akan kejujuran dan ketegasannya ini telah menerima suap. Atau jangan-jangan kamu meragu pilihan para dosen?!" Aellyn menutup mulutnya dengan kedua tangan, bersikap seolah-olah ia terkejut dengan spekulasinya sendiri.
Sedangkan itu, mahasiswa yang tadi sempat melayangkan tuduhan pada Aellyn terlihat cemas sendiri.
Pemberian gelar pada mahasiswa/i yang dilaksanakan setahun sekali di Victoria University tidak hanya melibatkan para mahasiswa, tetapi dosen bahkan rektor pun ikut terlibat di dalamnya.
Hak suara yang diberikan kepada seorang dosen setara dengan 50 suara mahasiswa sedangkan untuk rektor sendiri adalah 2 kali lipat dari hak suara seorang dosen.
Dan entah bagaimana bisa, dalam dua tahun belakangan ini Aellyn selalu mendapatkan suara rektor dan beberapa dosen, setidaknya lebih dari tujuh puluh persen dari keseluruhan dosen yang memberikan suara mereka untuk Aellyn hingga ia memenangkan tiga kategori. Kategori mahasiswa tercantik, terpintar, dan mahasiswa paling berprestasi.
"Lain kali jika ingin menuduh seseorang tuh dipikirkan matang-matang." Aellyn meyunggingkan senyuman miring pada mahasiswa tersebut.
Aellyn melihat ke arah jam tangannya sebentar sebelum kembali menatap mahasiswa itu.
"Sebenarnya aku masih ingin disini meladeni kalian. Tapi sayangnya, aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa lagi idiot!" Aellyn melambaikan tangannya sambil berjalan pergi dari sana.
Rara menatap tajam punggung Aellyn yang semakin menjauh dari pandanganya.
Aku tidak percaya bahwa aku tidak bisa mengalahkan gadis bodoh sepertimu.
...•Bersambung•...
Aku mulai besok udah UAS jadi bakal agak susah buat up novel.
hati² untuk selanjutnya lyn, mereka si rubah licik itu pasti merencanakan sesuatu yang jahat untuk kamu
untuk ceritanya sendiri,saya masih menikmati .. 😁
ko Ramping?? kan si Aelie lagi tekdung 😅😅
Lanjut Author...