Anaya Devaloka (21), seorang gadis muda yang terpaksa menjadi ibu susu bayi bernama Elnan Kavindra demi melunasi hutang ayah tirinya dan membiayai pengobatan mamanya.
Richard Kavindra (29), seorang CEO muda nan tampan dan terkenal playboy. Ia menyukai gadis seksi yang bertubuh langsing. Namun, ketika ia melihat Naya, semua tipe gadis idealnya seakan tak berlaku sama sekali. Ia terjebak pada pesona ibu susu baby Elnan anaknya.
Akankah Richard mampu meluluhkan hati Naya? dan bisakah Naya tetap teguh pada hatinya tanpa tergoda oleh Richard?
Follow Ig : @yoyotaa_
Dilarang keras untuk menjadikan cerita saya jadi konten!!!!!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Pamit
Naya sudah bosan mendengar permintaan Richard yang selalu tak sejalan dengannya. Ia pun hanya terdiam enggan membalas permintaan tersebut.
"Baiklah, karena kau hanya diam. Itu tandanya kau menyetujuinya. Terima kasih sayang."
Mendengar Richard mengucapkan kata sayang, pipi Naya bersemu merah. Untung saja, kini Naya sedang tak bertatap muka dengan Richard. Naya pun mengelus rambut Richard pelan memberikan sebuah kenyamanan untuk Richard.
"Jika waktu berhenti saat ini juga. Aku tidak akan pernah menyesal karena kini aku sedang bersama orang yang bisa menyembuhkan lukaku."
"Jangan mulai deh, katanya mau cerita," ujar Naya.
"Jadi ...."
***
Sekitar enam bulan yang lalu, Richard bersama anggota keluarganya berlibur di kota tetangga. Liburan tersebut direncanakan bersamaan dengan adanya peresmian kantor cabang dari Kav Corp di kota tersebut. Semua acaranya berjalan dengan lancar.
Malam harinya, keluarga Richard akan berpindah inap ke vila yang sudah disewa oleh Richard. Di sorenya, Mama Richard pergi terlebih dahulu karena ingin menyiapkan semua keperluan mereka selama berada di vila tersebut. Sementara Richard, Rihana, Rey, dan Elnan akan pergi menyusul setelah semua urusan disana sudah terselesaikan.
Rihana Kavindra, kakak perempuan Richard yang terpaut usia dua tahun lebih tua dari Richard. Karena jarak tahun lahir mereka tidak terlalu jauh, Richard begitu dekat dengan Rihana. Sementara Rey Anggara, ia adalah kakak iparnya yang otomatis adalah suami dari Rihana yang sudah menikahi kakaknya kurang lebih dua tahun. Richard juga sangat dekat dengan kakak iparnya tersebut. Mereka selalu saling membantu dalam urusan apapun. Baik itu dalam urusan percintaan, bisnis ataupun keluarga.
Sayangnya, kedekatan mereka harus pupus begitu saja karena sebuah kecelakaan yang terjadi. Mobil yang ditumpangi Richard, Rihana, Rey dan Elnan tiba-tiba remnya blong dan menabrak pembatas jalan yang terbuat dari beton.
Kondisi mobil yang ditumpangi mereka sangat parah. Hampir seluruh badan mobil rusak. Apalagi kondisi manusia yang ada di dalamnya, lebih mengenaskan lagi. Richard yang mengendarai mobil tersebut memiliki luka di kepala, pelipis, tangan dan juga kakinya. Rihana dan Rey, keduanya memiliki luka yang sangat parah, darah mereka pun terus mengalir ke jalanan. Sementara bayi mungil itu, ia hanya memiliki luka kecil di kepalanya. Sepertinya, Rihana berusaha sangat keras untuk melindungi anaknya.
Richard yang sedikit sadar, mencari ponselnya dan langsung menghubungi rumah sakit terdekat dan menceritakan kecelakaan yang terjadi padanya dan keluarganya. Setelah itu, Ia mencoba membuka pintu mobilnya. Ia berjalan tertatih-tatih sambil kesakitan untuk menuju ke kursi belakang untuk mengambil Elnan yang terus menangis.
Tetesan air mata pun tak bisa Richard hentikan ketika ia melihat keadaan kakak dan kakak iparnya itu.
"Kak, sadarlah," ucap Richard sambil menggoyang-goyangkan bahu Rihana.
"Kak Rey, bangun. Ayo bantu aku menyadarkan kak Rihana," ucap Richard menggoyang-goyangkan bahu Rey.
Tak ada sahutan atau jawaban dari keduanya. Yang ada hanya aliran darah yang terus menetes dari kepala, tangan dan kaki mereka. Richard pun meraih Elnan yang berada di pelukan kakaknya. Ia mencium bayi mungil itu dengan penuh kasih sayang.
"Elnan yang baik, kau jangan menangis ya, sayang. Kau harus kuat, lukamu akan segera diobati jika kita sudah berada di ruang sakit nanti. Tolong kau bilang pada orang tuamu, mereka harus bangun untukmu," ucap Richard sambil menahan tangis pada bayi kecil itu.
Bak sebuah keajaiban, Rihana membuka kedua matanya. Ia terbata-bata saat ingin berbicara.
"Cad," panggil Rihana dengan lirihnya.
"Kak? Kau sadar?" Sungguh betapa bahagianya Richard ketika kakaknya membuka matanya dan memanggil namanya.
"Ka-kak cu-ma ma-u ka-u me-nya-ya-ngi El-nan se-per-ti a-nak kan-dung-mu sen-di-ri.
Itulah kata yang berhasil diucapkan Rihana
meskipun harus terbata-bata.
"Kak, jangan bicara seperti itu! Tentu saja aku menyayangi Elnan, karena dia keponakanku," jawab Richard.
Rihana merasakan sesak di dadanya. Ia terus saja memegang ulu hatinya.
"Ka-kak pa-mit."
Richard menangis meraung-raung saat Rihana mengucapkan pamit padanya. Ia tak menyangka jika kakaknya terbangun hanya karena ingin mengucapkan kalimat terakhir untuknya dan permintaan agar Richard menyayangi Elnan seperti anak kandungnya sendiri.
"Niun ... niun ... niun ...."
Bunyi suara sirine ambulan yang begitu nyaring di telinga Richard. Ia masih berharap kakaknya hanya pingsan saja dan masih bisa menikmati hidup bersamanya.
Satu persatu dari mereka di bawa masuk ke dalam ambulan. Ambulan yang datang ada tiga mobil sesuai dengan permintaan Richard.
Sesampainya di rumah sakit, Richard ditangani oleh dokter. Semua luka yang ada di tubuhnya sudah dibersihkan oleh perawat disana. Luka-luka itu sudah ditutup dengan perban.
Sementara di hati kecilnya, ia begitu khawatir pada kakak dan kakak iparnya itu, begitu juga pada bayi kecil itu. Richard pun nekad keluar dari ruangan rawatnya dengan membawa cairan infus.
Di depan ruangan, mama Richard menangis pilu tanpa henti. Seolah dunia akan berakhir saat itu.
"Ma, mama kenapa?" tanya Richard. yang melihat mamanya duduk sambil menangis.
"Cad ... kakak ... dan ... kakak ipar mu ... hiks ...hiks ... mereka telah tiada," ucap mama yang terbata-bata sambil terus menangis.
Richard langsung terjatuh duduk di lantai. Ia tak menyangka sama sekali akan kehilangan dua orang yang ia sayangi. Di hati kecilnya ia menyalahkan dirinya sendiri.
"Seandainya aku tidak mengajak keluargaku untuk berlibur. Seandainya aku menyuruh kakak dan kakak ipar berangkat terlebih dulu bersama mama. Seandainya aku bukan orang yang mengemudikan mobil itu. Mungkin semuanya tidak akan terjadi. Mereka masih hidup dan masih menemaniku dan mama serta Elnan disini. Semuanya salahku. Mereka meninggal karena aku. Akulah penyebabnya! Hiks ... hiks ... hiks .... Semuanya salahku!"
Richard mulai histeris karena kehilangan. Ia bahkan sampai mencoba mencopot infusan yang ada di tangannya. Namun, dicegah oleh seorang suster yang tanpa sengaja melihatnya. Suster tersebut pun langsung menyuntikkan obat penenang untuk Richard.
"Icad ..." lirih mama Richard saat melihat anaknya menyalahkan dirinya sendiri. Sudah sedih akan kehilangan anak perempuan dan mantunya. Ia juga harus melihat betapa anak laki-lakinya sangat terpukul karena kecelakaan yang dialaminya sampai-sampai menyalahkan dirinya sendiri.
"Pa, kenapa papa pergi lebih dulu meninggalkan mama ... hiks ... hiks ... Rasanya mama tidak sanggup menerima semua cobaan ini. Rasanya begitu menyakitkan."
***
Keesokan harinya, hari pemakaman anak perempuan dan mantu lelakinya, mereka di makamkan di dekat nisan papanya Richard. Helen masih tidak percaya bahwa ia kehilangan orang yang ia sayangi dua sekaligus. Ia pun menatap nanar ke gundukan tanah yang berwarna merah dengan taburan bunga di atasnya.
Sementara Richard yang sebenarnya tidak diperbolehkan untuk keluar dari ruang rawatnya, ia memaksa dan meminta mamanya untuk mengizinkannya mengantar kakak dan kakak iparnya ke tempat peristirahatan terakhir mereka. Helen pun mengizinkan Richard, dengan syarat jika ia kelelahan, ia harus mau dibawa kembali ke rumah sakit.
Tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Richard, jika sebuah perpisahan akan semenyakitkan ini. Ini kali kedua dia kehilangan orang yang disayanginya setelah sebelumnya papanya terlebih dulu dipanggil oleh Tuhan. Berada di posisi yang ditinggalkan sangatlah menyakitkan. Ia harus menjalani hidup tanpa kehadiran mereka. Semuanya mungkin tak akan pernah sama lagi.
***
Terima kasih sudah membaca ceritaku sampai di bab ini. Semoga kalian menyukainya.
Jangan lupa berikan like dan vote nya teman-teman.
Ramaikan juga cerita ini dengan komentar-komentar kalian.
Kalian bisa juga memberikan dukungan untuk yoyo dengan menonton iklan yang ada di kolom pemberian hadiah.
jangan lupa mampir juga di karyaku ya,🙏🏻
icad icad..