NovelToon NovelToon
Temanku Ayah Sambungku

Temanku Ayah Sambungku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Cinta Terlarang / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Dendam Kesumat
Popularitas:490
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

"Kamu serius Jas? Kamu merestui mama pacaran sama Arjuna? Temen kamu?" tanya Cahaya tak percaya. Senyum lebar mengembang di bibirnya.


"Lo nggak bohong kan Jas? Lo beneran bolehin gue pacaran sama nyokap Lo kan?" tanya Arjuna. Meskipun merasa aneh, tapi dia juga cukup senang. Berharap jika Jasmine tidak mengecewakan mereka.

Jasmine melihat sorot kebahagiaan dari mamanya dan Arjuna. Hatinya terasa sesak, benci. Sulit baginya menerima kenyataan bahwa Mamanya bahagia bersama Arjuna.

*
*
*

Hmm, penasaran dengan kelanjutannya? baca sekarang, dijamin bakal suka deh:)))

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34. Trauma Dalam Percintaan

Cahaya masih duduk di depan laptopnya, menatap layar yang remang-remang. Semua karyawan sudah pulang, kantor terasa hening. Pikirannya berputar-putar, tak menentu. Ia ingin pulang, tapi rasa malas mencengkeramnya. Akhirnya, ia hanya terdiam di sana, tak beranjak dari kursinya.

"Si4lan!" decaknya, kesal. Ia menutup laptop dengan kas4r, lalu menenggelamkan wajah dalam kedua telapak tangannya. Napasnya tersenggal-senggal, berharap bisa meredakan kekacauan di kepalanya. Tapi, tak ada gunanya.

Ia bangkit dari kursi, meraih tasnya, dan melangkah keluar dari ruangan. Kantor terasa sunyi senyap, kosong melompong. Semua karyawan sudah pulang, termasuk Arjuna yang pergi ke kampus untuk kuliah.

Cahaya menelusuri lorong yang sepi, lalu keluar dari gedung kantor menuju ke parkiran. Setibanya di parkiran, ia pun menaiki mobilnya, mengenakan sabuk pengaman, dan menyalakan mesin mobilnya. Kemudian, ia melaju meninggalkan kantor.

"Si4l! Si4! Si4l!" Cahaya mengvmpat, tangannya mengepal dan memukul setir berulang kali. Fokusnya buyar, pikirannya masih terpaku pada video dirinya dan Arjuna yang kini beredar luas di dunia maya.

Nama baiknya tercoreng, dan beberapa perusahaan bahkan sudah memutuskan kerja sama dengan perusahaannya akibat video itu.

"Sekarang aku harus apa? Kalaupun aku pensiun dan ngasih jabatan CEO ke Jasmine, tetep aja nggak ada yang berubah. Orang-orang akan tetap ngejudge aku, ngehin4 aku. Aish!" Cahaya mengacak rambutnya frustasi, tangannya kembali memukvl kemudi setir. Pikirannya kacau, matanya tak fokus ke jalan.

 

Mobilnya oleng, hampir menabrak pembatas beton di pinggir jalan. Beberapa pengendara di sekitarnya menoleh, heran melihat mobil Cahaya yang nyaris keluar jalur. Rasa malu menyergap Cahaya, ia langsung tancap gas, meninggalkan tempat itu dengan perasaan campur aduk.

**********

Daisy dan Jasmine melangkah memasuki cafe yang ramai, tempat nongkrong favorit anak muda di pusat kota. Suasana di kafe itu ceria dan penuh energi, dengan musik yang mengalun lembut di telinga.

Mereka memilih meja di sudut ruangan, tempat yang strategis untuk mengamati hiruk pikuk kafe. Aroma kopi dan makanan menggugah selera, membuat mereka segera memesan menu masing-masing.

Sambil menunggu pesanan, Jasmine tak henti-hentinya mengedarkan pandangan. Cafe ini memang sangat instagramable, dengan dekorasi yang unik dan estetis.

Tembok-temboknya dihiasi dengan mural yang penuh warna, dan lampu-lampu gantung yang menambah kesan cozy. Jasmine, yang biasanya tidak terlalu suka ke kafe, merasa tempat ini sangat menarik.

Lalu pesanan mereka pun datang, seorang pelayan meletakkan pesanan mereka di meja, lalu berbalik dan pergi dari sana.

Jasmine mengambil makanannya, begitupun dengan Daisy yang mengambil makanannya. Jasmine menoleh ke Daisy. "Dai," panggil Jasmine.

Daisy saat itu terlihat mengaduk-aduk makanannya, lalu ia menoleh ke Jasmine. "Kenapa Jas?" tanyanya.

Jasmine terlihat ragu-ragu. "Kamu punya pacar?" tanyanya.

Daisy mengerutkan keningnya. "Pacar? Ada. Kenapa emangnya?" tanyanya balik, penasaran.

Jasmine terdiam sesaat, keraguan menyelimuti dirinya. Pertanyaan yang baru saja terlontar terasa aneh, bahkan untuk dirinya sendiri. "Ah, nggak papa kok," gumamnya, berusaha mengalihkan perhatian. "Cuma iseng aja nanya."

Ia lalu meraih minumannya dan menyeruputnya hingga setengah.

Daisy menatap Jasmine dengan intens, sebuah senyum tipis mengembang di bibirnya. Senyum yang terkesan kagum, mungkin? Atau terpesona? Entahlah. "Kamu cantik ya Jas, mirip Tante Cahaya. Kamu udah punya pacar belum?" tanya Daisy kemudian.  

Jasmine yang sedang menyeruput minumannya langsung tersedak mendengar pertanyaan Daisy. "Uhuk-uhuk. Apaan sih Dai? Nggak lucu ah, kaget tau!" kesal Jasmine.

Ia kerap kali marah jika ada orang yang memujinya cantik, lalu menambahkan bahwa ia mirip ibunya. Dia senang dipuji cantik, tapi tak suka jika dikaitkan dengan wajah ibunya.

Senyum Daisy merekah lebar, seperti matahari pagi yang baru terbit. Gigi-giginya yang putih bersih dan rapi berbaris seperti deretan mutiara. "Maaf, Jas, kalau pertanyaanku bikin kamu kaget. Aku cuma iseng nanya tadi, kayak kamu, hehehe. Nah, gimana, Jas? Udah punya pacar? Siapa? Kenalin dong."

Daisy kembali dengan pertanyaan yang menggelitik rasa penasarannya. Entah kenapa, dia sangat ingin tahu tentang pacar Jasmine.

Jasmine menatap Daisy dengan tajam. "Nggak, aku nggak punya pacar. Dan nggak ada rencana buat punya juga. Lagian, hidup sendirian jauh lebih nyaman daripada punya pacar yang bisanya cuma ngerepotin aja!"

Jasmine kembali menyeruput minumannya, kali ini dengan tergesa-gesa. Wajahnya tampak kesal.

Daisy menangkap kekesalan Jasmine, namun tak sepenuhnya mengerti mengapa Jasmine begitu kesal. Keningnya berkerut, "Husst, jangan ngomong gitu, Jas. Kita manusia kan memang diciptakan berpasang-pasangan. Mau kamu menolak sekalipun, Tuhan sudah menyiapkan jodohmu. Jadi, kamu nggak boleh ngomong kayak gitu."

Jasmine meletakkan gelasnya di meja, lalu menoleh ke Daisy. "Mau berpasang-pasangan atau enggak aku nggak peduli. Bagiku hidup sendirian itu jauh lebih menyenangkan. Kamu tau Dai, aku benci cowok, aku benci cinta dan aku benci semua orang yang saling mencintai. 

Mereka semua pernah nyakitin aku dengan tipu dayanya, terus bahagia, dan ninggalin aku dalam keterpurukan." Jasmine berkata dengan nada yang sedikit meninggi, matanya berkaca-kaca, seperti ingin menangis.

Daisy mendengarkan cerita Jasmine dengan seksama. Setelah menyimpulkan maksud dari ucapan Jasmine, ia pun berkata, "Jas, kamu punya trauma ya?" tanya Daisy.

"Trauma apa?" tanya Jasmine cepat.

Daisy tersenyum hangat, berusaha memahami Jasmine dan membuatnya merasa nyaman. Seperti yang dia duga, Jasmine mempunyai trauma tersendiri. Yang entah apa itu.

"Trauma dalam percintaan dan menjalin hubungan dengan lawan jenis. Kamu pernah disakitin ya? Pernah dibuat patah hati? Cerita aja sama aku Jas, nggak usah malu-malu. Aku siap kok dengerin cerita kamu." Daisy meraih tangan Jasmine, menggenggamnya erat, seperti ingin mentransfer sedikit kehangatan ke dalam hati Jasmine yang terasa membeku.

Mendengar ucapan Daisy yang menurutnya sangat mengena di hatinya, air mata Jasmine tumpah. Tak bisa ia tahan lagi. Ia menyeka air matanya dengan punggung tangan, lalu berkata,

"Aku pernah jatuh cinta, aku ungkapin perasaanku itu ke orang yang aku suka. Tapi jawabannya membuat aku nggak percaya sama cinta lagi. Aku benci cinta sejak saat itu." Air matanya semakin deras mengalir, membasahi pipinya.

Jasmine masih ingat saat ia memberikan syarat kepada Arjuna untuk menjadi kekasihnya, agar ia mau bekerja di perusahaan mamanya. Sebenarnya, itu bukan hanya syarat biasa. Ada maksud tersembunyi di baliknya, sebuah rencana yang sengaja ia susun.

Daisy lalu mengerutkan keningnya, belum sepenuhnya mengerti maksud ucapan Jasmine. "Kamu jelasin pelan-pelan ke aku, siapa tau aku bisa bantu," ucap Daisy.

Lalu sembari sesenggukan, Jasmine pun menyeka air matanya dengan tangannya yang satunya. Setelah menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya, ia pun bercerita, "Aku pernah suka sama seseorang, Dai. Bahkan sampai sekarang pun aku masih suka sama orang itu, tapi rasa sukaku sekarang udah didominasi sama rasa benci. 

Aku benci sama dia Dai. Dia udah benar-benar menyakitiku, sampai ke hatiku yang paling dalam. Dia pacaran sama..." 

Jasmine terdiam, matanya berkaca-kaca. Rasanya perih jika harus mengatakan semuanya dengan jelas. Terlebih dengan siapa orang yang ia cintai itu berpacaran sekarang.

*********

Setelah tiba di rumahnya beberapa saat yang lalu, Cahaya yang merasa stres segera melepas semua pakai4nnya dan berjalan menuju kamar mandi di kamarnya.

Ia membuka keran air panas dan membiarkan air hangat mengalir deras ke dalam bathtub. Aroma terapi yang lembut tercium di udara, membuat suasana kamar mandi semakin nyaman. Ia kemudian masuk ke dalam bathtub, menenggelamkan tubuhnya dalam air hangat yang sudah terisi penuh.

Cahaya menutup matanya, membiarkan air hangat meresap ke kulitnya, mencoba melupakan semua beban dan masalah yang baru saja menghampirinya.

Setelah beberapa saat berendam, Cahaya memutuskan untuk bangkit dan keluar dari bathtub. Ia mengeringkan tubuhnya dan mengenakan piyama yang nyaman. Saat melangkah keluar dari kamar mandi, pikirannya kembali melayang ke video itu. "Aku harus melakukan sesuatu," gumamnya pada diri sendiri.

Cahaya kemudian mengambil ponselnya dan membuka aplikasi media sosial. Dengan ragu, ia mulai mengetikkan pesan untuk Arjuna.

(Jun, besok setelah jam kantor selesai, temui aku di ruanganku, ya. Ada yang mau aku omongin.)

Hanya itu pesan yang Cahaya kirimkan ke Arjuna. Setelah itu, ia meletakkan ponselnya kembali di tempat semula.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!