AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Mawar hanya memandang makanan yang berada di atas meja makan. Wanita ini sama sekali tidak berselera untuk sarapan hari ini.
Wira heran dengan sikap istrinya pagi ini, di mulai dari bangun tadi Mawar sudah nampak berbeda. Bahkan, sampai detik ini Mawar belum mandi.
"Sayang, kenapa tidak makan?" tanya Wira heran.
"Apa makanannya tidak enak Mawar?" timpal Asti.
"Aku kenyang, mamah sama mas Wira aja yang makan!"
"Loh, kok kenyang. Kamu kan belum makan!" Asti juga heran dengan sikap menantunya.
"Mas, jangan pergi ke kantor ya...!" Mawar merengek seperti anak kecil.
"Mawar, apa kamu sakit?" sekali lagi Asti bertanya.
"Gak mah, Mawar sehat kok," jawab Mawar semakin membuat Asti heran.
"Wira, Mawar, selesai sarapan mamah akan berangkat ke bandara. Mungkin mamah akan menginap dua minggu di rumah tante mu!"
"Sampaikan maaf Wira karena gak bisa datang di acara pernikahan anaknya mah."
"Iya, nanti mamah sampaikan."
"Mamah ke bandara di antar siapa?" tanya Mawar.
"Di antar supir," jawab Asti.
"Ya udah mas, gak usah kerja. Kita antar mamah aja ke bandara!" Mawar merengek seperti anak kecil.
"Iya,...kita akan mengantar mamah!"
Asti juga tidak pernah protes jika Wira tidak berangkat bekerja. Asti malah senang karena keberangkatannya di antar langsung oleh anak dan menantunya.
Sepanjang perjalanan menuju bandara, sikap Mawar semakin membuat Wira merasa heran. Mawar lebih senang membuka kaca mobil dan menikmati angin yang hembus. Dari bandara Mawar tidak ingin langsung pulang, wanita ini meminta Wira untuk memutari jalanan.
"Sayang, kita sudah setengah jam memutari jalanan. Kita pulang sekarang ya...?"
"Mas, aku sedang ingin pergi ke pantai. Kita pergi ke pantai ya mas!"
"Tapi, ini bukan akhir pekan. Pasti sepi...!"
"Ayo dong mas kita ke pantai. Cepat mas, kita pergi ke pantai."
Mawar kembali merengek, Wira hanya diam saja dan masih fokus pada kemudinya. Melihat sang suami yang diam saja, Mawar mendadak diam dan membuang pandangannya.
Wira menoleh ke arah istrinya, pria ini langsung menepikan mobilnya saat melihat pipi sang istri basah.
"Mawar, kau menangis kah?" tanya Wira.
"Mawar....? Kenapa Mawar, biasa mas Wira memanggil ku sayang!" protes Mawar dengan air mata yang di biarkan mengalir.
"Kau ini kenapa? kok, aneh!"
"Mas Wira kalau ada pilihan hati di luar, ya udah jujur. Biar aku mundur!" ucap Mawar membuat Wira semakin tidak mengerti.
"Kamu nuduh mas selingkuh gitu?"
"Aku ajak ke pantai aja gak di respon. Biasanya manggil sayang bukan nama. Kalau udah ada yang lain ya udah!"
Wira mengerutkan dahinya, pria ini semakin bingung.
"Maafin mas ya kalau mas ada salah. Udah jangan nangis lagi, sekarang juga kita pergi ke pantai."
Wira mengusap air mata istrinya. Baru sekarang Wira melihat Mawar menangis seperti anak kecil.
"Gak, aku mau pulang aja. Mas Wira berubah!" rajuk Mawar, entah kenapa hatinya sudah sebesar buah kelapa.
"Eh, jangan seperti ini dong. Mas jadi serba salah nih. Sumpah, mas gak punya perempuan lain selain kamu sayangnya mas. Kita pergi sekarang ya...!"
Wira mengusap lembut rambut Mawar kemudian melanjutkan kembali perjalanannya.
Sepanjang perjalanan Mawar hanya diam saja, hanya sesekali menjawab jika suaminya bertanya. Wira menjadi bingung sendiri dengan sikap aneh Mawar.
Senyum Mawar melebar ketika mobil mereka memasuki area pantai. Wira kembali mengerutkan dahinya.
"Dia ini kenapa sih?" Wira bertanya-tanya dalam hatinya.
"Mas, aku mau main air. Seperti waktu itu,....!"
"Iya, tapi kita makan dulu ya. Sejak pagi kamu belum makan loh."
"Tapi suapin aku ya...!"Mawar bergelayut manja di lengan suaminya.
"Iya Mawar ku. Jangan nangis lagi ya...!"
Mereka pergi ke tempat makan yang pernah mereka datangi dulu. Wira hanya memesan makanan untuk sang istri karena dirinya masih kenyang.
Di tepi pantai, di temani hembusan angin yang bertiup landai. Di tambah alunan ombak yang menderu, menambah syahdu di bawah langit biru.
Seperti anak kecil, Wira menyuapi istrinya makan.
"Mas, kalau punya anak mau cewek apa cowok?" tanya Mawar iseng.
"Ah, sama aja yang penting sehat dan tidak kurang satu apa pun," jawab Wira.
"Mas Wira maunya punya anak berapa?"
"Kalau bisa lima, tapi dua lebih baik!"
"Kalau istri?"
"Haiss,....kamu ini. Mas gak akan mungkin selingkuh. Itu sangat menjijikan!"
"Ah masa? mas Wira kaya dan tampan, sedangkan aku hanya si miskin yang numpang hidup dari mas. Tapi, aku gak rela kalau di madu...!"
Mata Mawar kembali berkaca-kaca.
"Eh, kamu ini kenapa sih? kok bahas selingkuh mulu?" Wira kembali bingung.
"Aku takut aja kalau mas Wira menduakan aku. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain mas Wira. Cuma mas Wira rumah tempat ku untuk berpulang dan berlindung."
"Udah ah, jangan bahas gituan. Mas Wira gak mungkin melakukan hal serendah itu. Mas mencintaimu Mawar!"
"Mas, kapan kita punya anak?"
Semakin aneh, Wira bingung sendiri menghadapi pertanyaan istrinya yang suka berubah-ubah.
"Nanti juga kita akan punya anak. Makanya, kita harus rajin membuatnya."
"Ya udah, ayo kita pulang. Kita buat anak!"
Ingin sekali rasanya Wira berguling-guling di atas air. Mawar hari ini sungguh membuat darah naik turun.
"Tapi kan kita baru aja nyampe sini."
"Udah, kita pulang aja. Nanti aku goyang di atas deh...!" ucap Mawar pelan tanpa malu-malu.
"Eh, serius gak nih?"
"Aku serius suami ku!"
"Ok. Sebentar, mas bayar dulu...!"
Tidak peduli jika mereka baru tiba di pantai, setelah makanan habis Wira dan Mawar memutuskan untuk pulang.
"Awas aja kalau bohong. Mas ikat kamu!" ancam Wira.
"Mas mau main seharian juga boleh. Aku sih ok aja!"
"Sayang, kau ini mimpi apa semalam?"
"Gak ada mimpi mas. Udah, ayo cepat pulang!"
Hanya butuh setengah jam untuk tiba di rumah. Wira yang ingin membuktikan ucapan Mawar menyuruh istrinya untuk mandi terlebih dahulu.
"Di minum gak ya...?"
Wira menimbang diri untuk meminum obat kuat di tangannya.
"Di minum aja lah. Terserah Mawar kuat apa gak, salah sendiri nantangin....!"
Glek,....
Satu pil obat kuat sudah berada di dalam usus Wira. Lelaki ini bersiul sambil menunggu sang istri keluar dari kamar mandi. Untung saja sang mamah sudah pergi, jadi Wira dan Mawar bebas jika mau seharian di kamar.
Klek.....
Mawar membuka pintu kamar mandi. Mata Wira terbelalak ketika melihat sang istri keluar dengan rambut basah dan tubuhnya di balut lingerie yang berwarna merah pekat. Nampak sekali dua gundukan indah yang membuat Wira langsung menelan ludahnya kasar.
"Sudah siap mas....!" ucap Mawar dengan suara manjanya.