Leon salah satu pewaris perusahaan terbesar di Eropa. Bertemu dengan Pamela gadis sederhana yang berkerja sebagai pelayan bar. Leon menikahi Pamela karena ingin membuat mantan kekasihnya cemburu akibat meninggalkannya pergi bersama seorang pengusaha muda pesaingnya. Pamela menerima tawaran yang diberikan oleh Leon, ia pun memanfaatkan situasi untuk menukarnya dengan uang yang akan digunakan sebagai biaya pengobatan neneknya.
Sejak awal menikah Pamela tidak pernah mendapat simpatik, kasih sayang bahkan cinta dari Leon. Pria itu pergi pagi dan pulang malam hari, Leon hanya menjadikannya wanita pelampiasan. Pamela yang memang memiliki perasaan pada Leon memilih bertahan di satu sisi ia memerlukan uang Leon untuk pengobatan neneknya, batin serta raganya kerap menangis di saat suaminya tidak ada di rumah
Simak kelanjutannya dalam Novel
Penyesalan Suami : Forgive Me My Wife
Selamat Membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maciba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Demam
BAB 19
Leon tak henti menghentakkan tubuhnya, memacu cepat dengan sedikit kasar, bukan memberi sensasi melayang di atas awan melainkan rasa ngilu di bagian pusat inti wanita ini. Pamela hanya memejamkan kedua matanya ketika Leon menghujam lebih dalam dan entah ke berapa kali.
“Akh Pamela”, erang Leon menarik rambut indah wanitanya. Lalu menciumi ceruk leher yang lengket akibat peluh dari aktifitas keduanya.
“Kau begitu manis dan memabukkan”, bisik Leon di telinga Pamela.
Merinding ya itulah apa yang dirasa Pamela, merinding ketakutan. Ia yakin Leon akan kembali membawa tubuhnya dalam suasana yang panas.
“Le-leon”, lirih Pamela yang terkuras habis tenaganya.
Namun suara itu begitu menggoda di telinga pria kejam ini. Leon kembali mereguk manisnya madu pada tubuh mungil wanitanya yang hanya bisa pasrah di bawah kungkungannya.
“Tuan, Leon”, lirih Pamela memanggil nama pria yang selalu tak terbantahkan ini.
Leon menyusuri wajah Pamela dengan jemarinya, menyentuh bibir ranum yang begitu membuatnya candu sejak pertama kali mencecapnya.
“Kau tidak akan bisa bangun sampai besok, aku pastikan itu”, bisik Leon dan mengulang kegiatan penyatuannya.
“Akh Pamela”, erang Leon usai mendapat pelepasan. Pria itu ambruk di atas ranjang dan langsung memunggungi wanitanya.
Sementara Pamela hanya menatap nanar punggung berotot suaminya, benar-benar dirinya hanya wanita penghangat ranjang, lihat saja Leon tak memedulikan dirinya yang begitu ingin disayangi sebagai wanita.
“Dia hanya menginginkanku, hanya saat di atas ranjang”, lirih Pamela dalam hati. Apa sikap Leon selama ini yang melarangnya bertemu dengan Dylan sebagai bentuk rasa cemburu? Bolehkah ia bersenang hati jika memang benar, apa Pamela berharap Leon memberi hatinya suatu hari nanti? Tentu saja iya.
Leon turun dari ranjang, hanya memakai kembali celana pendek dan membiarkan tubuh bagian atasnya terbuka, ia tak ingin mengenakan kembali kemeja yang telah kusut di bawah lantai. Leon meninggalkan istrinya yang terkulai lemah di atas ranjang.
Bahkan Pamela perlahan langsung memejamkan mata tak kuasa membersihkan tubuhnya lebih dulu dari keringat yang begitu bercucuran.
Leon memasuki ruang kerja menyalurkan emosinya memukul punching bag, “Berani sekali kau diam-diam menemui pria itu, Pamela”, desis Leon pada benda besar dan padat di depannya. Ia tidak suka jika apa yang menjadi miliknya di sentuh orang lain, lebih tepatnya Leon trauma akan hubungannya yang pernah kandas bersama Megan.
Meski pernikahannya dengan Pamela hanya atas perjanjian, sungguh Leon tak ingin Pamela pergi darinya karena pria lain, apalagi seorang Dylan Manassero, nama yang begitu dibencinya, Leon tak ingin kalah untuk kedua kalinya dari pria itu.
Leon melirik pada telepon di atas meja kerja, menekan nomor yang sangat ia hapal betul. Ia pun menghubungi seseorang untuk melakukan sesuatu. “Lakukan secepatnya, jangan sampai gagal, kau mengerti?”, kata-kata Leon bernada tajam dan dingin menusuk siapapun yang mendengarnya.
Di depan ruang kerja, langkah kaki Leon seakan bimbang menuju kemana antara kamarnya di lantai 1 dan kamar sang istri di lantai 2. Namun alam bawah sadarnya menggiring Leon menaiki anak tangga. Leon masuk kembali ke kamar yang beberapa kali memberinya pelepasan, ia membersihkan diri dari keringat, dan hanya memakai jubah mandi yang tersedia di ruangan itu.
“Pamela”, bibir Leon mengucap nama wanitanya begitu lembut.
Leon memandang istrinya terlelap di atas ranjang. Untuk pertama kali pria ini tidak bersikap kasar pada Pamela usai melakukan penyatuan, bahkan melepas bathrobe-nya dan ikut masuk dalam selimut yang sama dengan sang istri.
“Tidurlah yang nyenyak”, bisiknya. Leon memejamkan mata sembari memeluk erat Pamela dari belakang. Ia tidak peduli jika kulitnya kembali lengket karena keringat yang menempel dari tubuh Pamela.
Pagi hari Leon terbangun lebih dulu karena sinar matahari masuk memantulkan cahayanya ke dalam kamar. Ia melihat isi ruangan ini, pertama kalinya Leon tidur di kamar sang istri meski telah beberapa bulan menikah dan tak jarang menggagahi Pamela di kamar ini namun meninggalkannya sampai pagi, tidur terpisah seperti biasanya.
Ditatapinya wajah sendu Pamela yang masih damai dalam tidur, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir ranum dan pipi yang selalu memberi perintah pada otak Leon untuk melabuhkan ciuman di atasnya.
“Pamela jangan buat aku menghukum mu lagi”, ucap Leon, ia mengecup kedua kelopak mata yang masih terpejam, isak tangis Pamela semalam terekam jelas dalam kepalanya, beralih mengecup bibir ranum yang tertutup rapat, menyesap lembut benda kenyal itu. Leon membuka lebar kedua matanya, lalu menyentuh pipi dan kening sang istri, ia terkejut karena Pamela demam.
“Pamela, kau demam”, ucap Leon sedikit cemas
**
Sementara di tempat lain, Dylan yang tengah terlelap dalam balutan mimpi bersama Pamela terpaksa harus membuka matanya dan menerima telepon dari salah satu tangan kanannya.
“APA? Katakan sekali lagi? Mungkin kau salah”, Dylan menggelengkan kepala cepat, menolak apa yang disampaikan oleh pegawainya.
“Berapa banyak? Cepat katakan”, bentak Dylan langsung turun dari atas ranjang dengan keadaan tubuh polos. “Kirimkan datanya sekarang juga, aku tunggu 5 menit”, pria itu bergerak gelisah dalam kamar berjalan mondar mandir.
Tring
Suara smartphone yang menandakan notifikasi diterima, Dylan langsung membuka email yang masuk dan matanya terbelalak melihat rentetan angka dalam berlembar-lembar laporan yang dikirim.
“Aarrrggh”
BRUK
Melempar hiasan yang terpajang di dekatnya, mengamuk luar biasa, mengepalkan tangan hingga kuku menancap pada telapak tangan. Perusahaan yang dirintisnya dari bawah tiba-tiba dalam satu malam mengalami kerugian besar karena seorang investor penting menarik seluruh sahamnya serta beberapa klien memutuskan kerja sama dengan Dylan.
“Sial, siapa yang melakukan ini padaku?”, Dylan memasuki kamar mandi dan merapikan penampilannya.
Matanya di penuhi kilat amarah apalagi melihat Megan hanya tertidur pulas di atas ranjang besar miliknya, “Bangun kau Megan”, menarik dan menghempaskan selimut tebal yang menutupi tubuh polos tunangannya.
“Ada apa? Berisik sekali”, keluh Megan masih menutup rapat kedua matanya.
“Bangun cepat. Kirimkan aku uang yang ada di rekening mu !”, perintah Dylan seketika membuat Megan membuka lebar matanya.
“Apa? Mana mungkin Dylan, kau itu ada-ada saja”, Megan mengira Dylan hanya bergurau.
“Aku tunggu 15 menit, perusahaan ku membutuhkan sekarang”, nada suara Dylan meninggi.
“APA? Kalau membutuhkan uang kau bisa kan minta pada keluarga mu. Lagi pula hanya perusahaan kecil saja kenapa harus sampai seperti ini, lebih baik kamu memimpin perusahaan keluarga”, kata-kata yang keluar dari bibir Megan seakan membangunkan sisi kejam Dylan. Ia merasa di injak harga dirinya.
“Perusahaan kecil kau bilang?”, tatap Dylan tajam, mengapit pipi Megan dan menghempasnya kasar.
Meskipun terlahir dari keluarga kaya raya, Dylan telah berusaha mandiri dengan mendirikan perusahaan yang berdiri di atas kakinya sendiri. Dylan pun keluar apartemen meninggalkan Megan yang terusik tidurnya oleh suara teriakan Dylan.
“Aaargh”
...TBC...
...****...
Boleh kan minta dukungannya untuk Pamela dan Leon?
ditunggu like, komen, hadiah, vote dan rate nya
pokoknya terima kasih banyak untuk temen-temen semua 🥰🥰🥰🥰
../Good/
juga kelahiran putera ke dua Pamela dan Leon dilanjutin thor ditunggu juga karyamu yang lain semangat