Krystal, gadis berusia 22 tahun terpaksa menikah dengan kakak iparnya sendiri karena sebuah surat wasiat, yang kakak kandungnya tinggalkan satu hari sebelum dia meninggal.
Mau tidak mau, Krystal menerimanya meski sebenarnya hatinya menolak.
“Berpura-pura lah menjadi istriku. Dan tanda tangani surat perjanjian kontrak ini. Tapi, kamu harus ingat, jangan sampai jatuh cinta padaku.” Bara Alfredo.
“Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu. Jangan sampai kamu tergoda dan jatuh cinta padaku, Kakak Ipar.” Krystal Alexander.
Akan seperti apa kehidupan rumah tangga mereka yang tidak di dasari dengan perasaan cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 007
“Kenapa lama sekali? Apa mengganti pakaian butuh waktu setengah jam?” ketus Bara yang sejak tadi jengah menunggu Krystal.
Pandangannya fokus ke depan, tanpa melirik ke arah Krystal.
“Waktuku tidak banyak! Aku ini sibuk. Jadi jangan membuang waktuku hanya untuk menunggu gadis yang tidak penting seperti kamu,” ucap Bara lagi.
Memang benar, sebelum menikah bahkan setelah dirinya menyandang status duda beranak satu, hidup seorang Bara Alfredo hanya dihabiskan untuk bekerja dan bekerja. Sisanya? Ya dia gunakan untuk istirahat.
Krystal menjejakkan kakinya ke lantai. “Ya, aku lama karena gaun yang kamu berikan ini. Aku tidak nyaman memakainya,” jawab Krystal.
Bibirnya memberengut, wajahnya terlihat tidak senang memakai gaun yang diberikan oleh orang suruhan Bara tak lama setelah pria itu keluar dari apartemen.
“Memangnya ada masalah apa dengan gaunnya?” tanya Bara penasaran. Perasaan dia surah membelikan gaun yang benar.
“Ada masalah apa kamu bilang? Aku tidak suka dengan gaunnya! Dan lihat ini, warnanya begitu mencolok. Aku benci warna pink!”
Bara memijat pelipisnya. Kepalanya mulai pusing mendengar kalimat penolakan dari bibir Krystal. “Asal kamu tahu, itu adalah gaun paling mahal yang aku beli. Bahkan gajimu sebagai model tidak akan sanggup untuk membelinya!”
Tangan Krystal mengepal kuat. Gaun yang dia pakai lebih mirip dengan bungkus lemper.
Bagaimana tidak, Krystal yang biasanya memakai gaun terbuka, saat ini dipaksa untuk memakai gaun tertutup.
Oh my god! Apa kata dunia jika gadis yang pernah di nobatkan sebagai model paling seksi tingkat internasional memakai gaun tidak modis seperti ini.
Hanya bagian kaki, telapak tangan dan wajahnya saja yang terlihat terbuka. Sisanya, tertutup oleh gaun.
“Apa kamu pikir aku ini sedang sakit. Harus memakai gaun tertutup seperti ini. Gerah tau!” Krystal melirik ke kanan dan ke kiri dimana banyak pasang mata yang menatap aneh ke arahnya.
Bara tidak habis pikir, kenapa orangtuanya harus menikahkan dirinya dengan gadis bar-bar yang sulit diatur seperti Krystal.
Sikapnya benar-benar berbanding terbalik dengan Berlian–almarhum istrinya yang penyayang dan sabar. Bahkan selalu menuruti semua ucapannya tanpa terkecuali.
“Cepatlah masuk kalau tidak mau aku tinggal!” ucap Bara.
“Tinggal saja! Aku bisa naik taksi!” Krystal melipat kedua tangannya di depan dada dan memalingkan wajah angkuh.
“Terserah kamu! Aku tidak tanggung jawab jika supir taksi itu meledek mu habis-habisan karena memakai gaun itu dan–”
“Cukup!” Krystal meminta Bara untuk diam. Memikirkan kembali ucapan Bara yang memang ada benarnya.
Krystal adalah seorang model terkenal. Dimanapun Krystal berada, dia akan selalu menjadi sorotan publik.
Mau tidak mau Krystal menuruti ucapan Bara. Untuk kali ini. Ya, kali ini!
Krystal membuka pintu belakang mobil dan hendak masuk, namun gerakannya terhenti saat Bara kembali membuka suara.
“Duduk di depan! Apa kamu pikir aku ini supir mu, hah!” sentak nya membuat Krystal mendengus kesal lalu menutup pintunya kembali dan putar balik, duduk di samping Bara.
“Pakai sabuk pengamanmu,” titah Bara seraya melajukan mobilnya.
Krystal menurut tanpa protes sama sekali. Rasanya dia sudah tidak punya kekuatan untuk mengeluarkan kalimat protes pada Bara.
Apalagi, pagi tadi Krystal hanya minum secangkir kopi dan belum sempat sarapan.
Hingga terdengar bunyi ponsel miliknya, yang membuat kedua sudut bibir Krystal tertarik ke atas. “Jimmy?” lirihnya seraya menoleh ke arah Bara sekilas lalu mengangkat panggilan itu.
