"Uang lima puluh ribu masih kurang untuk kebutuhan kita, Mas. Bukannya Aku tidak bersyukur atas pemberian dari mu dan rezeki kita hari ini. Tetapi itu memanglah kenyataannya." kata Zea, dia wanita berusia 25 tahun yang sudah memiliki dua anak, istri dari Andam pria yang sudah berusia 37 tahun ini.
"Apa katamu?" geram Andam. "Lima puluh ribu masih kurang? Padahal Aku setiap hari selalu memberi kamu uang Zea, memangnya uang yang kemarin Kamu kemana'kan, Hah!" tanya Andam, dia kesal pada Zea karena menurutnya dia sangatlah boros menggunakan uang.
Setiap hari dikasih uang masa selalu habis, kalau bukan boros, apa itu namanya? Setiap hari padahal Andam sudah mati-matian bekerja menjadi pedagang buah dipasar pagi, tentu saja dia kesal karena Zea selalu mengeluh uangnya habis.
"Mas, Aku sudah katakan! Uang yang setiap hari Kamu kasih untukku belum cukup untuk kebutuhan kita! Kamu mendengar tidak sih!" teriak Zea, dia sudah lelah memberitahukan pada suami tentang hal ini.
penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ZTS 22
"A-aku bisa jelasin, Ze. Ka-kamu jangan salah paham dulu," Kendra semakin gugup dia sibuk merangkai kata dikepalanya agar bisa membuat Zea percaya padanya.
Zea mendekati Kendra dengan sorot mata tajam dan mendorong dada Kendra dengan jari telunjuknya. "Mau menjelaskan apa lagi kamu? Sudah jelas-jelas kamu bu.nuh dia dan kamu masih mau berkelit!"
"T-tidak Ze, bukan begitu. Kamu harus mendengar penjelasanku dulu. Lihat dan tatap aku," Kedua tangan Kendra menyentuh bahu Zea agar dia mau menatapnya.
Zea berusaha melepas cekalan tangan Kendra tapi tidak berhasil, cekalan kendra dibahunya sangat kuat. "Kendra tolong lepaskan! Aku tidak mau berhubungan dengan kamu yang pembu.nuh!"
Kendra menatap kedua mata Zea dengan lembut. "Zea, aku mencintai kamu. Jangan benci aku." katanya.
Zea melengos dan mengibas tangan Kendra dengan kasar, dia berlari keluar apartemen dan tidak ingin berhubungan dengan Kendra lagi. Zea berinisiatif mencari manager baru saja.
Tetapi, baru sampai didepan apartemen Kendra telah berhasil mencegahnya dan mencekal lengan tangannya. Zea berusaha melepaskan tapi lagi-lagi genggaman Kendra sangat kuat.
"Kendra, tolong biarkan aku pergi dan cari manager baru. Kamu pembu.nuh!" kata Zea diantara takut dan khawatir. Jika Kendra segampang itu membunuh Jihan kemungkinan besar Kendra juga akan membunuhnya.
"Dia yang mau membu.nuh aku Ze! Alasannya karena uang manggung dia belum cair, dan Jihan pikir uang itu ada di aku. Disaat Jihan akan membu.nuhku dengan pi.sau aku tidak mungkin tinggal diam dong, aku ce.kik dia juga dong," Kendra berusaha membela diri. Dia tidak mau orang yang dia cintai membencinya karena telah membu.nuh Jihan. Kendra berharap Zea percaya padanya.
Zea menghela dan ada setitik kelegaan setelah mendengar pengakuan Kendra. Semoga saja benar apa yang dikatakan Kendra. Terus terang saja Zea tidak ingin terlibat jika ada seseorang yang mengetahui tentang kema.tian Jihan.
"Zea, kamu percaya sama aku, kan?" tanya Kendra dengan menyentuh kedua bahu Zea karena sejak tadi Zea hanya diam saja.
Zea menghela lalu mengangguk.
Kendra tersenyum senang dan memeluk Zea. "Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu dan sangat mencintaimu. Please kita ulangi yang semalam," katanya dibalik punggung Zea
Zea berdecak dan mendorong dada Kendra hingga pelukan terlepas. "Gi.la kamu Ken, lakukan itu jika kita sudah menikah." Zea kesal dengan Kendra karena kejadian semalam yang memaksanya dan dirinya diperlakukan dengan kasar.
Bayangkan saja, Zea ditampar beberapa kali karena menolak saat diajak berhubungan dengan Kendra yang jelas masih sangat berdosa karena belum halal. Apalagi status Zea masih istri Andam dan itu sungguh dosa besar.
Tapi, itu memang kesalahan Zea dari awal. Demi ingin menjadi seorang artis terkenal Zea rela memalsukan identitasnya yang sudah bersuami tertulis lajang yang masih ada orangtua tertulis yatim piatu. Zea menyesal akan hal tersebut tetapi semuanya sudah kadung terjadi lagi pula sekarang Andam juga sudah mengusirnya jadi Zea memilih meneruskan kebohongan ini saja, semoga lancar dan tidak ada kendala.
"Baiklah, aku berjanji kita akan segera menikah. Tapi ... ." ~ Kendra
"Tapi apa?" tanya Zea.
"Kamu harus join 150 juta ke aku biar kamu bisa dapat projek bagus di luar negeri," kata Kendra.
Zea melotot. "150 juta !?" Zea menggeleng. "Itu terlalu banyak Ken, dan apa hubungannya sama pernikahan kita?!" Zea melipat kedua tangan didada dan melirik Kendra penuh selidik.
Apa hubungannya nikah sama join 150 juta? Tidak masuk akal!
"Gini ... aku ada tawaran kerjasama di luar negeri sama teman aku, dia namanya Kairo. Dia sedang membuka lowongan pendaftaran artis buat manggung di job-job besar. Biaya pendaftarannya itu 150 juta dan kalau kamu join 150 juta sekarang juga kamu bakal dapat Kontrak 1 tahun dengan bayaran tinggi. Otomatis pendapatan kamu akan naik begitu juga dengan aku. Setelah itu kita bisa segera menikah."Jelas Kendra.
"Bayarannya berapa?" tanya Zea dia agak kurang percaya dengan penjelasan Kendra. Mulai sekarang dia harus hati-hati dengan Kendra.
"Dua kali lipatnya dari uang join kamu, Ze. Menarik, kan?" Kendra menatap Zea dengan antusias seolah mengatakan jika Zea pasti akan benar-benar mendapatkan bayaran sebanyak itu.
Zea menghela lalu menatap Kendra dengan intens masih dengan kedua tangan terlipat didada. "Janji ya? Awas kalau kamu berbohong,"
Kendra tersenyum semakin lebar, dia mengacungkan dua jari disisi telinga. "Demi pernikahan kita Ze. Kamu cinta aku, kan?"
Zea melengos lalu membelakangi Kendra. "Aku tidak pernah mengatakan seperti itu,"
Kendra tersenyum dan memeluk Zea dari belakang. "Dan aku akan membuatmu mengatakannya,"
Zea tersenyum. "Tidak ada salahnya jika Kendra jadi suamiku. Dia terlihat sangat mencintaiku. Mulai sekarang aku harus melupakan mas Andam,"
"Ya sudah. Ayo ditranfer uangnya Ze. Nanti keburu--" ~ Kendra.
"Iya-iya aku kirim sekarang juga, dasar tidak sabaran." Zea mengeluarkan ponselnya dan segera mengirim uang 150 juta ke nomor Kendra. "Nih, sudah kukirim. Awas saja kalau hasil akhir tidak sesuai." Ancam Zea sambil memperlihatkan layar ponselnya.
Kendra tersenyum. "Janji."
Setelah itu, Kendra mengajak Zea kembali masuk ke dalam apartemennya dan disana ma.yat Jihan masih ada disofa. Kendra mulai gelisah dan dia meminta Zea untuk mencarikan solusi untuk menghilangkan jejak Jihan.
Zea menurut dan ikut berpikir, dia tahu ini salah tapi ya mau bagaimana lagi. Zea tidak tahu harus melakukan apa. Ini pengalaman pertama bagi Zea.
"Aha! Aku tahu, kita buang ma.yat Jihan ke jurang saja, Ze. Gimana?" ide Kendra setelah lama berpikir.
"Terserah kamu saja aku tidak tahu." jawab Zea.
Akhirnya Kendra dan Zea membawa ma.yat Jihan dengan mobil milik Kendra ke salah satu tempat dan akan membuangnya ke jurang. Setelah membuangnya disana mereka berdua kembali ke apartemen Kendra.
Pukul 19:00, malam.
Kendra dan Zea sedang berada di salah satu restoran. Mereka sedang menikmati makan malam bersama, dan di sela menikmati makan malam Zea tidak bisa tenang sedikitpun.
Zea menaruh sendok dan garpu di atas piring lalu menatap Kendra yang terlihat tenang dan santai. "Kamu yakin ma.yat Jihan tidak akan di temukan Ken?" tanya Zea, dia gelisah.
"Aku yakin banget. Ya sudah sih, ngapain dipikirkan mending kita nikmati makan siang kita." jawab Kendra tanpa beralih dari makanannya.
Zea meneguk ludah berusaha tenang dan santai seperti Kendra. "Tenang Ze, tenang."
...----------------...
1 bulan kemudian.
Zea mendorong dada Kendra dengan kasar. Zea menatap Kendra dengan wajah merah marah. "Balikin uang 150 juta aku!"
tapi belum terlalu tua
tapi sudah tua?
thor ngakak baca itu hhaaaa
hiiiii