Beberapa orang tidak percaya adanya reinkarnasi. Tetapi inilah yang di alami seorang Angel Zhao. Bukan! lebih tepatnya perpindahan jiwa.
Angel Zhao mendapati dirinya bangun di tubuh wanita bernama Julia Brasco. Gadis polos dan lemah yang juga meninggal akibat kecelakaan. Gadis yang ada di mobil yang menjadi lawannya.
Angel dan Julia yang sama-sama menjadi korban keserakahan, sama-sama korban penghianatan, dan sama-sama menjadi korban penjebakan.
Angel yang bodoh dan naif membuat seluruh keluarganya menanggung penderitaan. Penyesalan yang begitu besar membuat Angel meminta pada yang kuasa untuk memberikannya kesempatan sekali lagi.
Angel yang menginginkan kehidupannya lagi, menempati tubuh Julia yang sudah menyerah dengan hidupnya sendiri.
Angel berusaha untuk memperbaiki hidupnya lewat tubuh Julia.
Dia akan melakukan semua, meski harus menjadi boneka dari pria kaya yang menjadi suami kontraknya. Pria inilah yang mengantarkan Angel kepada pembalasan dendamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sanggar Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tugas Baru Ben
Jordan mengerutuk dalam hatinya saat melihat Julia telah duduk di dalam kelasnya dan terlihat serius mengerjakan tugas kuliahnya. Hal yang paling membuatnya kesal adalah tatapan para pria yang tertuju pada sosok Julia. Dia sangat tidak suka. Apalagi membayangkan bila pertunangan mereka benar-benar dibatalkan. Entah apakah karena sosok Julia sekarang yang sangat mempesona atau karena aset Julia, yang membuat dia tidak rela adanya pembatalan pertunangan itu.
Melihat tak ada peluang, akhirnya Jordan memilih pergi ke kantor. Dia akan memeriksa laporan keuangan perusahaan Brasco. Dia harus tau semua rincian pengeluaran yang sekretarisnya laporkan. Karena itu bukanlah jumlah yang sedikit. Hal yang dia pertanyakan akhirnya terjawab, dia melihat mobil sport Ferari LaFerari merah yang terparkir di parkiran universitas. Pikirannya tertuju pada Julia. Entah mengapa perubahan Julia membuatnya khawatir.
Waktu berlalu begitu cepat. Menjelang sore hari, Julia mengendarai mobil sport merahnya menuju salah satu kantor polisi. Dia bermaksud menjemput sepupunya Ben, yang sesuai prosedur baru bisa dibebaskan hari ini setelah pencabutan berkas tuntutan tersebut. Selama polisi memeriksa semua kelengkapan berkas, Julia menunggu Ben di ruang tunggu kantor polisi.
Seorang pria berjalan pelan menyusuri lorong sel. Kemudian polisi membuka pintu sel dan menyuruhnya keluar. Julia melihatnya dan melangkah mendekat. Tubuhnya bergetar dengan rasa khawatir yang mencuat. Dia melihat tubuh yang memakai pakaian tahanan yang tipis dan tubuh yang makin mengurus. Ben berjalan sedikit membungkuk dan menunduk. Seakan takut oleh paparan sinar matahari yang menerpa tubuhnya.
"Sepupu" panggil Julia lirih.
Panggilan lirih itu cukup terdengar oleh Ben. Membuat Ben bergerak dan mengangkat kepalanya.
"Sepupu bagaimana keadaanmu?" sapa Julia lagi.
Hatinya sangat lega saat mellihat wajah tampan Ben baik-baik saja, Walau terlihat sedikit terlihat tua karena ditumbuhi jenggot dan kumis yang tidak terawat.
"Ben menyipitkan matanya saat suara merdu itu terdengar tak asing di telinganya. Ia menoleh dan mendapati Julia tersenyum padanya. Sekali lagi dia pejamkan mata, berpikir bahwa semuanya hanya mimpi. Tidak mungkin gadis ini hadir di hadapannya. Tidak,, gadis ini tidak pernah menemuinya dua tahun ini di penjara. Kenapa tiba-tiba ada gadis yang begitu mirip dengan sepupunya di hadapannya. Jadi dia bertanya dengan acuh.
"Nona siapa?"
"Aku Julia sepupumu" jawab Julia lirih.
"Sepupuku? mana mungk--" ucapan Ben tertahan saat dia melihat dengan jelas dari jarak yang sangat dekat. Mata mereka bertemu dan saling menumpu. Julia tersenyum lebar dengan rasa suka cita. Di matanya ada rasa bersalah yang sangat terlihat.
"Sepupu, ini aku Julia. kau masih mengingatku kan?"
Ben meneliti wajah Julia sekali lagi. Gadis di hadapannya benar-benar sepupunya, Julia Brasco. Gadis yang memasukkannya ke dalam jeruji besi. Tanpa mendengar penjelasannya terlebih dahulu, Julia membuatnya menjadi tersangka pembunuhan orangtuanya, dan membuat ayah ibunya kesulitan.
"Pergi! aku tidak mengenalmu."
Kata-kata dingin dan penuh permusuhan dilayangkan pada Julia.
"Sepupu, kumohon dengarkan aku dulu. Aku tahu kesalahanku. Aku benar-benar bodoh di masa lalu. Aku yang sudah menghancurkan dirimu dan keluargamu. Aku benar-benar menyesal. Maaf.."
Ben tertawa kecil. "Apa kau habis terbentur? Julia yang sombong dan bodoh meminta maaf padaku? Nona Julia yang terhormat bahkan bersedia mengunjungi sel ku. Aku jadi bertanya-tanya hal apa yang terjadi sampai membuatmu berakhir di sini?"
"Kau benar. Kepalaku terbentur karena kecelakaan dan koma selama tiga bulan. Aku baru sadar beberapa hari yang lalu. Dan baru menyadari banyak kesalahan yang aku perbuat."
Mata Ben terbelalak sesaat namun kembali normal. Dia merasa khawatir dan menatap Julia dari atas sampai bawah untuk memastikan tak ada satupun luka di tubuhnya. Dia bernafas lega setelahnya.
"Oh,,kupikir kau akan mati." kata Ben dingin.
"Maaf mengecewakanmu" Julia tertawa tipis.
Tapi kurasa kata-katamu ada benarnya. Aku memang sudah mati. Julia yang dulu sudah mati. Julia yang bodoh sudah tergantikan dengan Julia yang hebat."
Ben menatap sepupunya dengan tatapan dingin. Namun hatinya jelas tersentuh dan khawatir dengan keadaan Julia. Tapi kali ini dia melihat sosok Julia terlihat sangat percaya diri dan tidak mengenal takut. Dia menyukai perasaan ini, bahwa mungkin saja gadis di hadapannya ini memang sudah berubah.
Alih-alih menanggapi dengan baik Ben malah mengusirnya. "Kembalilah aku tak membutuhkan kehadiranmu."
Namun tiba-tiba seorang polisi datang dan membuka kunci borgolnya. Membuat keningnya mengkerut tak mengerti. "Tuan Benjamin Casson, nona Julia telah mencabut tuntutannya dan menjamin kebebasanmu."
Julia mundur selangkah dan tersenyum saat melihat wajah Ben tertegun, "Kau tak ingin keluar? Ah,,lupakan kalau kau memang ingin di sini selamanya."
Ben yang tadinya sangat merah dengan kedatangan Julia, berubah seketika. Dia merasakan keanehan pada sikap Julia. Senyumnya terkembang saat mendengar nada bicara Julia yang tajam dan langsung pada tujuan. Gadis ini sejak kapan berubah menjadi gadis dewasa yang berakal? Kenapa baru sekarang gadis ini berpikiran logis. Kemudian dia mendekati Julia dengan senyum cerah dan menepuk kepalanya. "Kau ini benar-benar--"
canda Ben.
Tanpa banyak bicara Ben melangkah keluar dan menukar pakaiannya. Dia berjalan keluar dan menoleh kesanasini untuk mencari keberadaan sepupunya. Tapi dia tak menyangka bahwa sepupunya telah menarik perhatian seorang pria tampan ber jas rapi dan mereka terlibat pembicaraan serius. Melihat itu Ben tersenyum tipis.
Ya...dia sekarang menyadari tugas barunya. Dengan penampilan Julia yang sekarang, akan ada banyak lebah tak tau diri yang akan mendekatinya. "Oke...tampaknya menjadi bodyguard untuk sepupunya sendiri tidak ada salahnya." ujar Ben dengan senyum tipis.
Pria yang bicara dengan Julia adalah Jason William, pengacara yang menyelesaikan urusan hukum Ben. Setelah segala urusannya selesai, jason meninggalkan kantor polisi. Julia sudah merasa lega menyelesaikan masalah yang di akibatkan dari kebodohannya terselesaikan satu per satu. Dan dia akan segera mengantarkan Ben pulang ke rumah pamannya. Lalu melihat senyum bahagia keluarga pamannya.
Jika dia tahu bisa berbuat banyak di masa lalu untuk membahagiakan keluarganya, maka akan dia lakukan tanpa menunggu. Tapi nyatanya dia terjerat dalam dunia yang dia pikir selalu baik. Cinta yang dia pikir akan membuatnya bahagia, ternyata membuat mereka menemui neraka. Benar-benar miris.
"Ibu, ayah apakah kalian baik-baik saja?" ujarnya sangat lirih. Jelas Angel yang sangat merindukan orang tuanya. Dia masih ingat raut kecewa ayan ibunya. Lalu tamparan yang dia terima. Itu terjadi di masa lalu, dan dia tidak bisa menahan rasa sesalnya. Ia masih tak menyangka kalau semua sudah usai. Dia mati.. pemilik tubuh ini juga mati. Hanya saja ia tak sepenuhnya mati. Melainkan dilahirkan kembali menjadi Julia.
"Julia."
Panggil Ben tiba-tiba. Dia sudah berpakaian rapi. Dan ternyata itu adalah set pakaian yang Julia belikan untuknya. Setelah ia mencoba pakaian yang pertama kali ia gunakan saat ditahan tak lagi cocok di tubuhnya, dia memutuskan menerima pakaian yang Julia tinggalkan melalui seorang polisi. Pakaian itu sangat santai, hanya celana jeans pendek selutut dengan kaos oblong warna hitam sebagai atasannya.
"Terlihat bagus saat kau memakainya. Ayo pulang, paman dan bibi pasti akan terkejut dengan kedatanganmu."
Ben tahu itu dan merujuk pada pakaian yang ia pakai. "seleramu tak buruk" ujarnya memberi balasan.
Julia memimpin jalan dan membiarkan Ben mengikutinya. Dia tak tahu saat ini Ben begitu memperhatikannya. Sekali lagi pria itu menilai penampilan sepupunya. "Apa kau benar-benar sepupuku?"
Julia terlihat tak tertarik dengan pertanyaan Ben. "Apa kau benar-benar berharap aku mati?"
ben tertawa kecil, dia baru tahu kalau sepupunya ini begitu pandai dalam berkata-kata. Tapi kemudian dia tertegun saat melihat mobil sport merah ada di depannya dan sepupunya itu masuk ke dalam mobil.
"Kau tak mau naik? Aku bisa meninggalkanmu jika itu yang kau inginkan. Tegur Julia.
Ben diam tapi dia melangkah memasuki mobil. Duduk di samping Julia dan mobil itu melaju dengan halus.
"Mobil baru?"
Julia mengangguk. "Mobil lamaku hancur saat kecelakaan."
Ben diam tertegun dengan mobil pilihan sepupunya. Dia tahu bahwa harga mobil ini tidak murah. Harganya hampir dua juta dollar, dan gadis ini membelinya seakan itu bukan masalah besar.
Di sisi lain, Jason melihat Julia bersama seorang pria yang berlalu meninggalkan kantor polisi, dari dalam mobilnya. ya...dia masih mengamati interaksi Julia dengan sepupunya Ben. Sikapnya seolah olah dia sadang menjaga kekasihnya pergi. Entah kenapa dia merasa Julia bukanlah gadis baik-baik. Penampilan Julia yang berubah tiba-tiba membuatnya berpikir Julia bukanlah gadis polos seperti yang dipikirkan orang-orang.
***
Sedangkan itu, di Internasional Mccarran terlihat sangat ramai. Di bandara internasional Las Vgas ini seorang pria dengan pakaian santai tengah berjalan menikmati kesendiriannya. Mata coklatnya menyapu setiap sisi bandara dan langkahnya kian ringan.
Dia adalah Maxilian, jelas kedatangannya yang tiba-tiba dan tanpa perencanaan ini membuat bawahannya tak menyadari. Namun itu adalah hal yang dia butuhkan. Dia menghentikan sebuah taxi dan langsung menuju salah satu apartemennya. Tepat saat memasuki apartemennya, telepon genggamnya berdering. Tanpa banyak berpikir, dia sudah tahu bahwa itu bawahannya.
"Tuan, para tetua ingin kau segera pulang ke Las Vgas."
Dia menghempaskan tubuhnya di sofa, dan menjawab santai. "Katakan aku pulang dua bulan lagi."
"Tapi tuan.." ujar bawahannya keberatan.
"Aku lumpuh! tekannya dingin. Jelas itu sebuah kebohongan yang bertujuan untuk menghindari kakek neneknya. "Lalu bagaimana dengan calon istriku? kau sudah menemukannya?"
"Tuan, kurasa itu sedikit--"
"Sejak kapan kau bisa memberikan pendapatmu?" tanya Maxilian kian dingin.
"Aku mengerti tuan," ujar suara di ujung sana yang terdengar putus asa.