Cerita cinta Aira yang berujung balas dendam, menjadi saksi bisu untuk dirinya. Kematian sang ibunda, bukanlah hal yang mudah dilalui gadis desa itu.
Ia disered paksa diperjual belikan oleh sang ayah, untuk menikah dengan seorang CEO bernama Edric. Lelaki lumpuh yang hanya mengandalkan kursi roda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 meminta tolong.
Aira berjalan menuju kamar mandi, mulai mengendalikan diri, membuka pintu dan tak lupa mengunci kamar mandi. Jantungnya terasa tak karuan, ia beberapa kali memukul mukul dada secara perlahan, agar detakan terkontol.
Menyalakan keran air, Aira mulai membasuh wajah dengan pancuran air yang keluar begitu deras. Segar dan begitu terasa sejuk, mengambil handuk untuk membersihkan air agar menyapu bersih pada wajah.
Menarik napas, Aira mulai membuka gaun perlahan. Sampai dimana," ya tuhan. Ini kacing baju kok bisa kaya begini. "
Aira tak tahu jika membuka kancing baju belakang perlu meminta bantuan, karena dari awal make-up yang memakaikan baju tentulah si perias.
"Kalau aku meminta bantuan pada Edric? "
Aira membayangkan apa yang akan terjadi jika ia meminta bantuan pada suaminya sendiri.
"Ahk, tidak, tidak. "
Memikirkan cara berusaha agar tidak mengandalkan orang lain, "Eh tunggu Edrickan suamiku, tapi."
Aira sepertinya malu meminta bantuan, walau Edric itu sudah menjadi suaminya.
"Ahk, sial. Kenapa coba buka gaun begini harus minta bantuan. "
"AIRA." Kini terdengar Edric berteriak memanggil nama istrinya. Aira yang menyadari semua itu. Berusaha menjawab. " Ya, saya masih di kamar mandi. "
Edric mengerutkan dahinya, melihat jam tangan sudah menujukkan sebelas malam, tapi Aira tak kunjung keluar dari kamar mandi. Rasa tak enak hati masuk ke dalam jiwa Edric, mengkhawatirkan istrinya.
Pada saat itulah, Edric mulai meraih kursi roda untuk turun dari tempat tidur. Perlahan dan ia dengan mudahnya duduk, karena terbiasa.
Edric perlahan menggerakan kursi roda yang ia duduki untuk berjalan ke kamar mandi.
Pintu kamar mandi masih tertutup rapih, membuat Edric perlahan mengetuk pintu. Tok .... Tok ....
"Aira, apa kamu ada di dalam? " teriak Edric.
Mendengar suara Edric dari luar kamar mandi, membuat Aira tentu saja kaget. Ia masih memikirkan cara melepaskan kancing baju yang berada di belakang punggugnya.
"Edric, ke sini lagi. "
"Aira, kamu kenapa? " Terdengar Edric terus memanggil nama Aira, ia mengkhawatirkan istrinya yang sudah lama berada di dalam kamar mandi.
"Aku tidak kenapa kenapa!" Jawaban Aira membuat suaminya tak puas. ada rasa takut terjadi apa apa dengan istrinya.
"Aira, jangan bohong kamu. Kudobrak pintu kamar mandi ini. " Acaman terlontar dari mulut Edric.
"Ya elah, si mesum ngapain coba pakai acara mau dobrak pintu. "
Aira benar-benar panik dengan ancaman yang terlontar dari mulut suaminya, karena ia belum juga melepaskan gaun pengantin yang dari tadi pagi. Masih terpakai pada tubuhnya.
"Aira, cepat keluar. " Teriak lagi Edric.
Sampai di mana Aira harus pasrah membuka pintu kamar mandinya, memberitahu bahwa ia begitu kewalahan membuka kancing pada gaun yang ia kenakan.
"Kamu kenapa? Begitu lama berada di kamar mandi, dan lagi Kenapa kamu belum mengganti pakaianmu itu, Aira."
Aira sedikit ketakutan jika suaminya marah kepada dirinya, terlebih lagi, Aira malu meminta bantuan terhadap Edric untuk membuka gaun yang ia kenakan.
Wanita dengan rambut ikal ujungnya kini sudah berhadapan dengan Edric, hanya menundukkan pandangan. tentulah membuat sang pemilik bola mata biru itu bertanya kembali. " kamu kenapa? Ayo jawab. "
Aira perlahan mulai membalikkan badannya membelakangi sang suami," Apa kamu bisa membuka kancing yang berada di belakang gaun ini?"
Lelaki yang bergelar CEO muda itu malah tertawa di depan istrinya sendiri, membuat Aira memajukan kedua bibirnya.
" Aira, Kenapa tidak dari tadi kamu menyuruh saya membukakan kancing baju kamu ini? padahal tinggal menyuruh saja apa salahnya, saya kan sudah menjadi suami kamu. " Ucap Edric membuat Aira menampilkan pipi merah merona karena malu.
"Saya belum terbiasa. "
Edric mulai menyuruh Aira mendekat walau ada keraguan pada hati wanita itu, ia takut jika Edric menerkam dirinya dari arah belakang yang belum siap memasang aba-aba.
Terlihat Aira ragu-ragu melangkahkan kakinya ke arah belakang, membuat sang pemilik bola mata berwarna biru itu menarik legan Aira.
Hingga tanganya perlahan memegang kancing baju yang akan dibuka, menelan ludah, Aira berusaha berjaga-jaga, jika nanti lelaki di belakangnya membuat sesuatu yang tidak tidak.
Satu persatu kacing baju terbuka, Edric lelaki yang terlihat cool tetap saja takut saat membuka kancing baju Aira. Ini pertama kalinya ia melakukan hal yang membuat dirinya terus menerus menelan ludah.
Aira hanya menutup mata dalam rasa takut, jika tangan sang suami akan meraba punggungnya. Dan tubuh yang selama ini ia jaga akan terekpos juga di depan kedua mata lelaki yang baru pagi tadi mengucap janji suci.
Keringat dingin bercucuran pada akhinya ....
"Selesai."
Edric pergi begitu saja setelah kancing baju Aira sudah terlepas , tentu saja membuat Aira menohok dan kebingungan. Pikiran negatip yang merasuk otaknya ternyata salah.
"Cepat mandi, aku tunggu kamu di atas kasur."
Tetap saja perkataan Edric membuat Aira berkata. " Dasar mesum. "
Selesai membuka baju, Aira mulai membasuh badan dengan air yang begitu dingin. Ia tak mengerti cara mengontrol air agar terasa hangat. Karena ini pertama kalinya Aira berada di hotel.
Melingkarkan handuk pada tubuh, Aira mulai megambil baju yang sengaja diberikan Edric tadi kepadanya. Melebarkan baju ke atas melihat dengan kedua mata Aira, baju yang diberikan Edric berwarna silver begitu terlihat transparan.
"Bagaimana bisa aku memakai baju seperti ini. Yang ada aku masuk angin kali. "
Menarik napas, melihat pada kaca. Aira mencoba memakai baju yang menurutnya kurang bahan, seperti kain yang selalu ia gunakan di desa sebagai alas menanak nasi.
"Manusia jaman sekarang aneh, masa ia bahan kain buat nanak nasi di jadikan baju. "
Lekuk tubuh Aira terlihat begitu seksi. Ia merasa malu jika tidur harus mengenakan baju yang menurutnya kurang bahan itu.
"Aira."
Teriakan Edric kini terdengar kembali oleh kedua telinga Aira. Tentulah membuat Aira sangat kesal.
Dengan memberanikan diri, Aira keluar. Menghampiri Edric yang sudah menunggunya di tempat tidur. Perasaan tak karuan menyelimuti hati Aira, perlahan mendekat dimana sang suami sudah merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Waw, Sexsi. "
Kedua mata Edric membulat, sebagai lelaki normal. Ia begitu suka dengan tubuh Aira yang terpangpang nyata di depanya.
Sedangkan Aira hanya berdiri mematung, sembari menundukkan wajah. Bingung dengan apa yang harus ia lakukan di depan Edric.
"Suamiku, kenapa kamu membelikan baju terawang seperti ini. " Aira mencoba memanggil Edric dengan sebutan mesra, agar lelaki yang menjadi suaminya tak marah lagi seperti tadi.
"Mendekatlah Aira."
Walau sebenarnya Edric juga merasa ragu, tapi ia berusaha mencobanya. Ia tak mau jika nanti Aira menganggapnya tak normal. Karena Edric baru pertama kali berdekatan dengan seorang gadis.
crrita carlos ma welly terus