Bagaimana jadinya kalau kita dijodohkan dengan orang yang kita cintai?
Pasti bahagia sekali bukan? Tapi, tidak untuk Nabila. Justru perjodohan inilah yang menjadi pintu awal penderitaannya.
Bagaimana tidak? Nadeo sang suami yang terang-terangan mengatakan tidak menginginkan pernikahan ini dan akan melakukan poligami. Parahnya lagi, nadeo membawa istri kedua tinggal satu atap bersama dengan Nabila. Wanita mana yang tidak sakit hati, melihat orang yang kita cintai bermesraan setiap hari didepan kita.
Bisakah Nabila bertahan dengan rumah tangganya? atau lebih memilih mundur dan kalah? Yuk baca selengkapnya di menepi (mencintai dalam sepi?)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon da alfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Telpon dari bude
Nabila dan nadeo sudah kembali lagi ke rumah, setelah memastikan mamanya sudah agak sehat dan mendingan. aktivitas pun dilakukan seperti biasanya. nadeo akan dilayani dan diurus oleh raya. karna akting mareka berakhir kemarin.
Sebenarnta sekarang nadeo merasa sudah nyaman juga diurus oleh nabila, tapi ia tak berani mengatakannya. ada gengsi yang menguasai dirinya karna dulu menolak nabila, ada juga perasaan tak mungkin mengatakannya, apa lagi sekarang nabila terlihat benar-benar tak peduli lagi dengannya.
Hari ini nabila mendapat telfon dari budenya. sudah sebulan ini nabila jarang berkomunikasi dengan budenya, dikarnakan kesibukannya sekarang. tak sempat sekadar menelpon untuk bertukar atau bertanya kabar.
"Assalamualaikum bude?" sapa nabila sopan.
"Waalaikum salam. gimana kabarnya nduk?"
"Baik bude, bude sendiri gimana?" balik tanya nabila.
"Alhamdulillah baik juga. lama sekali tidak menelpon bude, kenapa toh?"
"Iya, seperti nabila bilang kemarin, nabila sudah bekerja jadi sudah sibuk" jawab nabila apa adanya.
"Padahal bude kangen loh" ungkap bude
"Iya, nabila juga sama kok. oh ya transferan nabila kemaren sudah masuk kan?"
"Alhamdulillah sudah. kok repot-repot sih nduk. tapi terima kasih ya?"
"Ih,,, bude harusnya kan nabila yang bilang makasih. kalau bukan karna pakde dan bude, tak mungkin nabila bisa seperti ini"
Mareka sama-sama tertawa di telepon, melepas kerinduan dengan suara saja.
"Oh ya nduk, minggu depan pulang kesini ya, mbak anisah mu mau menikah, sekalian resepsi juga, pulang sama suami mu ya" pinta bude
Nabila diam sebentar, memikirkan apa yang dipinta budenya. tidak mungkin ia menolak untuk datang hanya karna nadeo kan, apa lagi ini adalah acara kakak sepupunya yang sekali seumur hidup.
"Nabila tidak janji bude ya, bude kan tau mas nadeo itu sibuk sekali orangnya"
"Sekali ini saja loh nduk" harap bude "setelah menikah kamu tidak pernah lagi pulang kesini, bude kangen!" tambah bude lagi.
Nabila menghela nafas, berat sekali rasanya. "kalau nabila pulang sendiri saja gimana?" tawar nabila.
"Ya jangan lah" bude menolak tawaran nabila "ajaklah suamimu. ini acara mbak mu loh, sekali seumur hidup"
"Nabila usahain ya bude" putus nabila akhirnya.
"Bude tunggu. bude harap kamu pulang, kami semua di sini meridukanmu"
"Iya bude"
"Kalau gitu bude tutup teleponnya ya, Assalamualaikum?"
"Wa'alaikum salam"
Sambungan telepon terputus. nabila menghela nafas, bagaimana caranya mengatakannya pada nadeo.
Sebenarnya hal ini yang paling ditakutkan oleh nabila selama ini. bude akan memintanya pulang. tidak masalah sih di suruh pulang, tapi kalau hanya sendiri. tapi ini nabila juga harus ikut memboyong sang suami ke kampung halaman, sungguh berat. jangankan mengajak pulang, bertegur sapa saja nabila tidak berani.
Nabila bingung bagaimana caranya untuj mengajak nadeo. karna selama ini nabila jarang berbicara dengan nadeo. sebab nadeo sangat dingin ketika berinteraksi dengannya. kalaupun nabila berani mengajak nadeo, belum tentu juga kan nadeo mau pulang.
Kebetulan hari ini nadeo tidak kemana-kemana, jadi nabila memberanikan diri untuk mengatakannya.
Nabila menuruni tangga, terlihat raya keluar dari kamar membawa piring kotor.
"Mbak!" panggil nabila
Raya berhenti "iya, kenapa bil?" tanya perempuan itu lembut.
Nabila menghampiri "ada mas nadeo gak, aku mau ngomong sebentar"
"Oh,,, ada tuh di dalam, aku panggil ya"
Nabila mengangguk. raya berbalik ke arah pintu kamar dan setengah berteriak "mas, nabila cariin kamu tuh" kemudian raya berbalik lagi untuk membawa piring kotor ke dapur.
Tak lama kemudia nadeo keluar dan tersenyum ke arah nabila. eh sebentar, tumben loh nadeo tersenyum. biasanya dia akan memasang tampang cuek, dingin, sok cool, dan satu lagi sangar.
"Ada apa nabila?" tanya nadeo ramah.
Ada apa sih dengan nadeo akhir-akhir ini, kenapa dia berubah jadi ramah begini. kemana sikap dingin dan cueknya itu. nabila sendiri bingung, nadei sekarang sudah lebih bisa bersikap manusiawi. jika mengingat profesinya yang sebagai dokter, ia memang dituntut untuk ramah dan bisa mengayomi. tapi itu berlaku untuk pasien bukan pada nabila.
"Uehmm,, itu mas mbak anisa mau menikah sekalian resepsi" jawab nabila sambil menggaruk kepalanya yang ditutupi jilbab, karna salah tingkah.
"Oh ya, kita bikin kado apa dong?"
"Apa aja sih, tapi..." nabila ragu untuk melanjutkan kata-katanya.
"Tapi apa bil?"
Nabila diam sebentar. "Pakde dan bude minta mas untuk pulang, mas bisa gak?"
"Bisa!" jawab nadeo mantap.
"Serius mas?" Tanya nabila tak percaya dengan mata berbinar.
"Iya" jawab nadeo diiringi anggukan tak lupa sedikit senyum yang membuat aura ketampanannya terpancar.
Jauh dari perkiraan nabila. padahal nabila sudah menyiapkan hatinya untuk menerima penolakan dari nadeo.
"Makasih ya mas?"
Nadeo mengangguk lagi. ia juga senang melihat nabila bahagia. selama ini nabila selalu menuruti kemauan nadeo, kali ini biarlah nadeo yang mengikuti kemauannya. selama ini nabila juga tak pernah meminta apa-apa padanya. cukuplah nadeo membuat istri kecilnya menderita, tak apa kan sekali-kali membuatnya bahagia.
sebenarnya, ini adalah kali pertama mareka berinteraksi dengan baik.
n
🥰🥰😝
🥰🥰cegukan