Samuel adalah seorang mantan atlet bela diri profesional, selain itu ia juga bekerja paruh waktu sebagai kurir makanan, namun semuanya berubah saat kiamat zombie yang belum di ketahui muncul dari mana asalnya membawa bencana bagi kota kota di dunia.
Akankah Samuel bertahan dari kiamat itu dan menemukan petunjuk asal usul dari mana datangnya zombie zombie tersebut?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby samuel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Jebakan Berdarah di Cave City"
Matahari pun kembali terbit dengan di halangi awan tebal di langit yang menjadikan suasana suram. Terlihat Samuel dengan timnya sedang duduk di kedai sederhana, namun kali ini suasananya nampak berbeda, karena tim Samuel tidak sendirian, ada tim 1 dan tim 2 bersama mereka, juga tak lupa dengan penjaga gerbang yang memimpin percakapan itu.
Dengan tatapan yang serius Samuel, tim 1 dan tim 2 memperhatikan perkataan penjaga gerbang tersebut.
"Baiklah... Silahkan kalian berkenalan satu sama lain dulu, aku akan jelaskan misi penting ini setelah kalian berkenalan ! Di mulai dengan tim 1" ucap penjaga gerbang tersebut mempersilahkan mereka untuk saling mengenal lebih dekat agar performa kerja sama tim mereka lebih kuat.
Terlihat seorang wanita cantik membawa pedang yang tersarung rapi di pinggangnya, bermata biru dengan rambut panjang bergelombang berwarna pirang dan tubuhnya di tutupi armor baja seolah ia adalah prajurit handal dari tim 1
"Baiklah... Aku akan mulai memperkenalkan diri kepada kalian, namaku adalah kamari lindegard dan aku adalah pemimpin dari tim 1, keahlianku adalah melawan musuh langsung dari depan dengan pedangku ini !" Ujar wanita cantik yang juga tangguh tersebut bernama kamari.
Samuel yang mendengar keahlian wanita itu pun sempat terkejut dan sedikit tertarik ingin melihatnya beraksi di Medan perang melawan zombie mutasi, dengan tatapannya yang tertuju pada kamari ia bergumam dalam hatinya "Jadi dia adalah pemimpin tim 1?! Hebat sekali ! Seorang wanita bisa menjadi pemimpin pasukan adalah hal yang langka, di tambah ia juga cantik" gumamnya memandang paras kamari yang bagaikan bidadari dari langit yang kelabu.
Setelah itu anggota tim 1 lainnya memperkenalkan diri mereka kepada orang yang berada satu meja di kedai sederhana tersebut.
Yang satu bernama Edward dan ia ahli dalam menembak, mungkin bisa disebut penembak jitu dari tim 1.
Edward membawa satu kantong penuh anak panah beserta busurnya di punggung, badan tegapnya menggambarkan bahwa ia adalah orang yang fokus dan konsisten.
3 lainnya bernama rookie, Baron dan emeth
rookie adalah pembawa barang barang seperti amunisi panah, persediaan makan dan minum juga barang lain dari hasil membunuh zombie mutasi, contohnya, dia suka mengoleksi bagian tubuh dari zombie mutasi yang terlihat keren baginya, seperti kalung dari taring zombie mutasi yang terlihat di lehernya.
Selanjutnya Baron, ia ahli dalam bidang memprovokasi musuh untuk menjadi umpan agar timnya bisa menyergap bersama saat perhatian zombie mutasi tertuju padanya.
Dan terakhir emeth, ia adalah penyusun strategi yang handal di tim 1. Terbukti dari keadaan tim 1 yang terlihat sehat walaupun mendapat luka, hanya luka kecil di badan mereka, emeth adalah seorang yang cerdik dalam menyusun berbagai strategi.
Lalu lanjut ke perkenalan pemimpin tim 2.
pemimpin dari tim 2 adalah laki laki berusia 25 tahun yang sangat perkasa, terlihat dari otot ototnya yang kekar menggambarkan ia adalah pria tangguh yang berkekuatan besar, namanya adalah Triad. Ia ahli dalam bidang membuat jebakan mematikan untuk para zombie mutasi dan zombie biasa.
Ia pun menjelaskan kepada mereka bahwa cara dia dan timnya membasmi zombie mutasi adalah dengan membuat jebakan dengan memanfaatkan Medan di sekitar.
Tak lupa dengan 4 orang timnya yang bernama Drake,Lunar,Goro dan Rocket.
Drake adalah seorang lelaki bertubuh ideal dengan tinggi 180cm. Kemampuannya adalah menyergap, terlihat dari 2 belati yang tergantung di pinggang kiri dan kanan layaknya seorang assassin handal yang mengutamakan kecepatan juga ketenangan dalam berburu.
Lunar adalah seorang pembawa barang logistik mereka. Perawakannya atletis berambut keriting dengan kulit sawo matang, matanya tajam dan mengenakan pakaian sederhana , kemampuan nya adalah berlari, ia adalah mantan atlet pelari handal dengan 125 medali bergelar juara 1, hal itu terbukti dari betis yang terlihat berotot dan keras. Pantas saja dia selamat dari kiamat tersebut.
"Hallo semuanya, namaku adalah lunar !" ucapnya dengan senyum lebar.
Lalu Goro adalah dokter dari tim tersebut, ia ahli dalam segala macam hal yang berbau medis "Namaku Goro... Jika kalian terluka dalam pertarungan, maka aku yang pertama datang untuk menolong kalian !" ucapnya dengan penuh percaya diri
Lalu terakhir adalah rocket, ia berpenampilan kurus dengan tinggi 169cm, menggunakan kaca mata hitam berbentuk bulat, keahliannya adalah meneliti mayat zombie, walaupun kiamat zombie baru terjadi sewindu namun ia bisa beradaptasi dengan cepat terhadap semua bagian dari tubuh zombie yang pernah ia temui. "Aku rocket, keahlianku adalah membedah mayat zombie yang sudah kami buru, terkadang aku membawa tulang zombie mutasi untuk dijadikan senjata" ujarnya
Semua tim telah berkumpul dan memperkenalkan diri mereka masing masing, tanpa basa basi lagi penjaga gerbang tersebut pun memulai pembicaraan penting dengan menceritakan apa yang terjadi di stasiun bawah Tanah cave city.
Semua mata tertuju pada perkataan penjaga gerbang yang sedang menjelaskan dengan seksama seolah hal tersebut adalah ancaman yang sangat serius, mata mereka pun terbelalak setelah mendengar cerita dari penjaga gerbang, kecuali Samuel, ia adalah sumber informasi itu sendiri.
"Nah .... Kira kira seperti itu... Dan informasi tersebut benar adanya, karena seseorang telah menyelidikinya secara langsung di tempat kejadian dengan mempertaruhkan nyawanya" tutur penjaga gerbang dengan mata yang tertuju pada Samuel seolah menunjukan kepada Mereka "Dan seseorang itu adalah Samuel ... Ketua dari tim 7 !" lanjut penjaga gerbang.
Sekali lagi, mereka di buat terkejut oleh Samuel yang gerakannya sulit di tebak
"Jadi kau orangnya ya !" Ujar ketua tim 1 sambil memandang wajah Samuel yang saat itu tengah duduk diam.
"Lalu, apa rencanamu?!" Lanjut ketua tim 2 bertanya kepada Samuel
Samuel pun menjawab pertanyaan tersebut dengan tenang dan penuh percaya diri , menandakan ia adalah ketua tim yang bijaksana dan berkepala dingin
"Baik... Aku akan langsung ke rencana pembasmian, aku butuh seseorang yang mahir membuat jebakan" matanya tertuju pada triad yang saat itu tengah duduk tegap di kursi-nya. "Lalu aku membutuhkan bom molotov sederhana buatan tangan pun tidak apa, karena kita perlu menghancurkan para mutasi yang masih belum menetas di dalam kelopak bunga yang menyerupai telur di tempat itu" sambungnya meyakinkan.
Mendengar hal itu pun Triad menjawab dengan tatapan serius pada Samuel "Aku bisa membuat bom molotov sederhana yang efektif" Tuturnya sembari menaruh kedua tangannya di meja "Namun bagiku... Ini terlalu berbahaya jika di pakai dalam ruang yang sempit, kita juga bisa ikut terbakar di dalamnya" Jawabnya dengan penuh khawatir akan rencana Samuel yang gila.
"Mungkin akan lebih baik Jika kita memancing mereka ke lorong sempit terlebih dahulu," lanjut triad. "Begitu mereka berkumpul di sana, kita bisa menyerang satu per satu tanpa terlalu berisiko."
Samuel mengangguk, menyetujui gagasan itu. "Tepat sekali, Triad. Itu sebabnya aku butuh lorong sempit sebagai jalur utama serangan kita. Dengan begitu, kita bisa mengendalikan pergerakan mereka."
Kamari, pemimpin tim 1, terlihat berpikir sejenak. "Aku bisa berada di garis depan bersama Samuel dan para petarung jarak dekat lainnya. Dengan senjata jarak dekat kami, kita bisa menahan serangan zombie yang datang satu per satu di lorong itu."
Edward dari tim 1, si penembak jitu, langsung menimpali, "Aku akan berada di belakang kalian, memastikan tidak ada yang lolos dari serangan kita. Setiap yang mencoba mendekat dari belakang akan kena panahku."
Samuel tersenyum, lalu melanjutkan, "Setelah kita berhasil menahan mereka di lorong, kita akan gunakan bom molotov yang dibuat Triad di akhir serangan, memastikan semua yang tersisa terbakar habis. Tapi sebelum itu, kita harus memastikan semua tim sudah keluar dari area."
Rocket dari tim 2, si peneliti zombie, menyelutuk, "Aku bisa mengenali area mana yang paling efektif untuk menempatkan bom dan jebakan. Selain itu, jika kita menemukan spesimen menarik, aku ingin memeriksanya lebih dekat."
Triad menepuk bahu Rocket sambil tertawa kecil. "Selama kau tak membuat kami terjebak dengan koleksimu, Rocket."
Mereka semua tertawa singkat, mengendurkan sedikit ketegangan, sebelum Emeth, ahli strategi tim 1, mengusulkan sesuatu, "Bagaimana dengan rotasi serangan? Kalau lorong terlalu panjang, kita bisa kehabisan stamina. Aku sarankan agar kita bergiliran di posisi depan. Dengan begitu, jika Samuel dan Kamari mulai kelelahan, mereka bisa mundur, dan anggota lain bisa menggantikan."
Samuel mengangguk setuju. "Bagus, Emeth. Rotasi itu penting. Begitu juga menjaga stamina setiap anggota. Setiap orang harus tahu kapan waktunya mundur dan berganti posisi."
Penjaga gerbang yang memimpin pertemuan itu kemudian menyimpulkan, "Jadi, kalian punya rencana yang kuat. Pastikan kalian benar-benar siap, karena zombie mutasi ini tidak akan mudah dikalahkan."
Lunar, si pelari dari tim 2, tersenyum percaya diri. "Kalau butuh pengalihan atau umpan, aku bisa bergerak cepat. Cukup beri isyarat, dan aku akan langsung memancing mereka ke arah yang kalian butuhkan."
Samuel mengangguk puas pada timnya yang penuh semangat dan keahlian masing-masing. "Dengan taktik ini, kita punya peluang besar. Ingat, ini adalah misi hidup atau mati. Fokus, dan jangan ragu."
Setelah Samuel selesai memaparkan rencana dasar, Darius mengangguk dengan tenang. Ia menatap palu gadanya yang berduri dan mengangkat tameng dengan sikap siap bertempur.
"Kalau begitu, aku akan berada di garis depan untuk memastikan jalan kita aman. Siapa pun yang mencoba menghadang, mutasi atau bukan, akan merasakan palu ini," ujarnya penuh keyakinan.
Emeth dari Tim 1 mendekat, memeriksa lagi taktik mereka sambil berbicara kepada timnya, “Baron, siapkan mentalmu untuk memancing mereka keluar. Edward, pastikan kamu dalam posisi strategis, kita akan membutuhkan semua akurasi dari anak panahmu.”
Edward menyeringai dan menyahut, “Siap. Kalau mutasi itu keluar dari persembunyiannya, mereka tidak akan sempat menyadari apa yang menghantam mereka.”
Drake dari Tim 2, yang membawa belati, ikut menimpali, “Aku bisa menyusup lebih dalam untuk memastikan tak ada yang tersisa. Kecepatanku cukup untuk keluar sebelum ledakan bom molotov merambat.”
Samuel memberi isyarat pada Drake. “Bagus. Lakukan dengan cepat dan hati-hati. Kita semua akan bergerak serempak; jangan biarkan satu celah pun bagi mereka untuk menyerang balik.”
Kemudian, Triad berbicara dengan penuh kehati-hatian, “Aku sudah membuat bom molotov tambahan. Tapi kita harus mengkoordinasikannya dengan baik, karena sekali salah langkah, kita semua bisa dalam bahaya di ruang sempit itu.”
Samuel menatap semua tim dengan tekad yang kuat. “Ingat, kita tidak hanya menghadapi mutasi biasa. Mereka akan datang bertahap, jadi fokuslah pada tugas masing-masing dan selalu waspada. Setelah kita selesai, kita akan berkumpul di titik aman. Setuju?”
Para anggota tim mengangguk dengan penuh percaya diri. Misi kali ini bukan hanya sekadar tugas—itu adalah kesempatan mereka membuktikan keahlian dan kebersamaan mereka sebagai satu kesatuan.