Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya berubah semenjak kematian sang ayah, membuat dirinya berkamuflase. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
" Apa maksud kamu???," Tanya Puteri, sambil menggebrak meja kala mendengar kata-kata Nino.
"Dengar, jangan emosi dulu!!! . Maksud aku, sekarang karier kamu lagi naik sayang, terus tiba-tiba kamu hamil, mau tidak mau kamu harus resign kan, sedangkan kamu masih ada tanggungan keluarga, begitupun aku. Jujur aku belum siap untuk menjadi seorang ayah!!!. Bagaimana kalo kita gugurkan saja, mumpung kamu baru telat 2 bulan!!!." Jelas Nino berharap Puteri mau mendengarkan sarannya yang gila.
Puteri yang terkejut mendengar penuturan Nino, reflek langsung menamparnya lagi di depan umum, sehingga menjadi pusat perhatian pengunjung foodcourt.
PLAAAAAAAAK!!! " Kamu bener-bener gila, gak punya hati Nino, ini anak kamu, dan kamu tega ingin membunuhnya??," Jawab Puteri dengan lantang.
" Lalu kamu ingin aku bagaimana Puteri??," Tantang Nino.
"Aku ingin kamu tanggung jawab, ini anak kamu Nino, darah daging kamu," Jelas Puteri sambil terisak.
"Dengar sayang, aku akan bertanggung jawab, aku tidak akan meninggalkan kamu, tapi aku benar-benar belum siap untuk menjadi seorang ayah!!!." Bujuk Nino sambil menggenggam kedua tangan Puteri seraya menenangkan.
Puteri yang kecewa mendengar kata-kata Nino tadi benar-benar merasa tidak habis pikir, bahwa pria yang ia cintai bisa berkata sekejam itu.
Seolah musnah semua harapan Puteri, ia hanya bisa terduduk membisu sambil berlinang air mata, pasalnya ia begitu kecewa mendapati kenyataan hari ini.
Hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya, begitu meluluh lantahkan hidupnya, menghancurkan rasa cinta dan kepercayaannya kepada Nino, sang pujaan hati.
Hiks... Hiks... Hikssss.... Isak Puteri sambil tertunduk lesu.
"Tolong mengertilah sayang, kita coba keluarkan dulu, jika dengan cara ini masih tidak bisa, maka aku akan menerimanya, dan akan menikahi kamu." Bujuk nino meyakinkan.
" Cara apa??," Tanya Puteri berusaha pasrah mendengar keinginan kekasihnya itu.
Kemudian Nino pun membisikan sesuatu padanya, tiba-tiba membuat ekspresi Puteri menjadi serius.
"Tapi aku takut!!! Aku pernah dengar hal itu bisa menyebabkan pendarahan, selain membahayakan janin nya juga membahayakan ibu nya," Tutur Puteri dengan wajah yang panik.
"Enggak sayang gak separah itu, kan memang niatnya hanya untuk menggugurkan janinnya, aku akan menjamin kamu baik-baik saja." Bujuk Nino.
"Tapi..." Puteri hendak melanjutkan penolakannya, tetapi Nino langsung memberi ultimatum.
"Jika kamu menolak, maka jangan salahkan aku, jika aku pergi, silahkan kamu urus bayi itu sendiri." Ancam Nino dengan wajah acuh.
Puteri terdiam seketika, setelah mendengar ancaman Nino, bingung dan bimbang yang sedang ia rasakan kini, tak bisa berpikir jernih membuatnya menjadi semakin dilema, pilihan yang dihadapkan padanya begitu sulit.
Di satu sisi ia pun memang belum siap untuk menjadi seorang ibu muda, tapi disisi lain, dia tidak bisa melakukan kesalahan lagi dengan menggugurkan janin tak bersalah yang kini sedang tumbuh di rahimnya.
Dilema semakin melanda kala tadi ia mendengar ancaman dari Nino, tak terbayang olehnya, bagaimana ia harus melahirkan dan mengurus anak itu seorang diri, terlebih belum lama ayahnya baru saja meninggal dunia, lalu apa kata orang-orang dengan keadaannya kini yang berbadan 2 tanpa suami.
Ia semakin bergelut dengan pikirannya sendiri, ingin menangis sejadi-jadinya, ingin teriak sekencang-kencangnya, andai bu*uh di*i itu tidak berdosa, dia sudah pasti memilih ingin mengakhiri hidupnya.
Tapi ia sadar, dan teringat kata-kata Alm. Ayah, apabila kita sudah berbuat suatu kesalahan, kita harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya dan tidak melakukan kesalahan yang lain. Mungkin ini maksudnya, ia sudah melakukan zina, sampai ia hamil, jika ia melakukan abor*i maka ia melakukan kesahan lain, tapi karena pikirannya sedang kalut ia benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih.
"Apa kamu benar-benar bisa menjamin, aku akan baik-baik saja??," Lirih Puteri .
" Percayalah sayang, aku jamin!!" Jawab Nino meyakinkan Puteri sambil memegang tangannya dengan tatapan sendu.
Puteri semakin bimbang, entah apa yang harus ia lakukan, perasaan yang berkecamuk, membuatnya semakin takut. Jika suatu saat Nino meninggalkannya, apa masih ada pria lain yang mau menerima kekurangannya??.
"Apa kau mau berjanji tidak akan pernah meninggalkanku, jika aku mengikuti saran mu??," Tanya Puteri meminta kepastian.
"Aku berjanji sayang!!!." Ungkap Nino dengan penuh keyakinan.
Sebenranya entah Puteri yang bodoh karen cintanya, atau memang kekalutan membuatnya tidak bisa melihat kenyataan. Pasalnya Nino bukan orang baik seperti yang pernah Wulan katakan, ketika dalam keadaan begini ia justru berusaha lari dari tanggung jawab.
Disisi lain Wulan cemas akan keadaan Puteri, takut bila juniornya itu mengambil jalan yang salah, pikirannya jadi ikut berkecamuk, perasaan bersalah hadir setelah mengingat kembali kata-kata ayah dahulu. Wulan merasa gagal telah menjaga Puteri.
Rasa sayang Wulan terhadap Puteri memang lebih besar dibandingkan kepada temannya yang lain, itu karena Wulan juga pernah merasakan kasih sayang ayahnya Puteri, walaupun ia bukan anak kandungnya, sehingga Wulan ingin menjaga Puteri dengan inisiatifnya sendiri, mengingat kebaikan dan kasih sayang yang dulu pernah ayah Puteri berikan padanya.
Jam sudah menunjukan pukul 20.30. Selvi yang mulai khawatir juga karena tidak ada kabar dari Puteri berusaha menghubunginya, tetapi Puteri tidak mengangkat telpon dari Selvi. Akhirnya ia memutuskan untuk menyusul ke foodcourt saja.
Pada saat ia hendak naik lift menuju lantai atas, bersamaan pintu terbuka keluar lah sosok Puteri seorang diri didalam lift. Tadinya Puteri akan menghubungi Selvi jika sudah berada di lantai dasar saja.
"Ya amput Put, kamu kemana aja. Aku khawatir!!!, barusan aku mau nyusul kamu keatas, abisnya kamu ditelpon gak diangkat!!," Sewot Selvi.
"Iya maaf, tadi habis ngbrol langsung masuk lift, aku baru keingetan ngabarin kamu pas didalem lift, kupikir nanti aja deh pas udah di bawah baru aku telpon kamu!!!." Jelas Puteri sambil merapatkan kedua tangan seraya meminta maaf.
"Terus gimana obrolan kalian?? Udah beres??," Tanya Selvi sambil berjalan disamping Puteri menuju pintu utama.
"Nanti aja deh kita ngbrolnya dirumah aja, sekarang kita pulang dulu, keburu gak ada angkot." Ajak Puteri
"Yaudah yuk!!!". Mereka pun berjalan melalui Pintu keluar utama menuju tempat angkot biasa mangkal.
Pada saat mereka sudah masuk ke dalam angkot yang sedang ngetem, tiba-tiba dibelakang mereka masuk seorang pria tinggi dengan membawa tas ransel, mengenakan jeans dan sepatu kets dan kemeja kotak-kotak biru, duduk berhadapan dengan mereka.
Pria itu memandangi Puteri seolah sedang mengingat-ingat wajah itu."Eh kamu Puteri kan??," Tanya pria dengan logat cadel nya.
"Iya, maaf kamu siapa ya??," Sambil mengingat-ingat wajah pria yang ada dihadapannya, seolah tidak asing karena logat cadelnya sangat khas di kuping Puteri.
"Aku Riyad, teman seangkatan kamu dulu waktu SMP, lebih tepatnya kita pernah pacaran waktu kelas 2 dan kelas 3, masih inget gak??," Sambil tersenyum malu lalu mengusap tengkuknya yang tidak gatal, pria itu menjelaskan.
"Oh, ya ampun Riyad yang cadel itu, haiiii apa kabar kamu??." Puteri pun baru teringat dengan sosok lelaki itu, pantas saja ia pun merasa tidak asing.
" Aku baik Put, kamu sendiri apa kabar?? Wah makin cantik dan bening aja ya kamu sekarang, habis dari mana nih,By the way??." Gombal Riyad pada Puteri, pasalnya Puteri yang sekarang memang jauh lebih cantik dan terawat, beda dengan kala itu yang masih remaja.
"Aaah kamu bisa aja, kamu juga makin ganteng sekarang, udah mulai lancar ngomong R nya??, ini aku baru pulang kerja!!," Jawab Puteri tersipu malu mendengar gombalan Riyad.
"Oh kerja dimana??," Tanya Riyad penasaran.
"Disitu. Oia ini kenalin sodara aku, Selvi ini Riyad." Sambil menunjuk ke arah gedung kantor. Lalu ia pun memperkenalkan saudari dan mantannya itu.
Selvi dan Riyad pun bersalaman. Kemudian Riyad membuka obrolan kepada Selvi." Selvi kerja disana juga??,"
" Enggak, aku masih kuliah, cuma iseng aja tadi pengen main sekalian jemput Puteri." Jawab selvi.
"Ouh gitu, aku juga ini baru pulang nonton ama temen-temen, cuma pulangnya masing-masing karena beda jalur. Oia Put, boleh tukeran no hp gak, ya buat silaturahim aja, itu juga kalo gak keberatan." Ungkap Riyad tanpa basa basi.
Mereka pun bertukar no telpon, tak berapa lama tujuan Riyad hampir sampai."Makasih ya Put, aku turun di depan!!," Sambil memasukan Hp kedalam saku celananya. Kiiiiriiii " Duluan ya.. Mari!!!." Pamit Riyad yang turun dari angkot.
Angkot pun kembali berjalan. Diperjalanan Selvi bertanya kepada Puteri dengan antusias."Itu mantan kamu waktu smp??"
"Iya, kenapa??" Jawab Puteri sambil mengeluarkan ongkos dari dalam dompetnya.
"Kalo gak salah denger tadi dia bilang, mantan waktu kelas 2 dan kelas 3, maksudnya kalian 2x pacaran gitu?? apa pacaran dari kelas 2 sampe kelas 3??." Tanya Selvi yang penasaran.
" Kepo deh!!," Jawab Puteri yang masih berkutat dengan dompetnya, tanpa menoleh kearah Selvi.
" Iih penasaran Put, cerita dong!!," Rengek Selvi sedikit memaksa.
" Iya jadi waktu kelas 2 itu aku pernah sekelas sama dia, terus kita pacaran, gak lama putus karena ada orang ketiga!!!, abis itu pas kelas 3 nyambung lagi, dan gak lama putus lagi!!!," Jelas Puteri, yang kali ini sambil memandang lawan bicaranya.
"Hah orang ketiga gimana?? Dia selingkuh atau kamu selingkuh??" Tanya Selvi antusias.
"Ah panjang ceritanya, lagian kenapa sih kepo banget deh, hmmm jangan-jangan kamu suka sama dia ya??," Ledek Puteri yang aneh melihat kelakuan saudarinya.
" Iih nggak gitu, cuma penasaran aja, aku gak nyangka waktu smp kami udah punya pacar," Elak Selvi.
" Aku pacaran dari SD kaliii..." Sambung Puteri keceplosan.
"Haaaah" Jawab Selvi sambil menganga.