Kisah Cinta antara seorang duda beranak satu dengan gadis cantik yang ternyata adalah adik dari asistennya sendiri.
Semuanya berawal ketika Ghea bertemu dengan bocah tampan bernama Gathan. Dilanjutkan dengan pertemuan Ghea dengan Gavin, yang ternyata adalah ayah dari Gathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BatagorAci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 4
"Bang Sat, gimana nih. Sesek gua nggak bisa napas." Ucap Ghea sambil menatap Satya melas minta dikasihani.
"Biar gua yang bawa boss muda, lu bangunin bos gua." Usul Satya. Ghea pun mengangguk setuju dengan ide abangnya. Baru saja Gathan akan diangkat Satya, bocah itu lebih dahulu memeluk lebih erat tubuh Ghea.
"Bang Sat." Rengek Ghea karna dirinya tak bisa lepas dari kedua pria beda generasi itu. Apalagi saat Ghea merasa jika lehernya diterpa udara hangat dari nafas Gavin. Membuat bulu kuduk nya merinding karna geli.
"Nasib lu dah ini mah, gua ramal lu besok bakal nikah ama duda, percaya dah ama gua." Ucap Satya pada adiknya.
"Abang, gua kan masih ting ting, yang bener aja dapet duda. Nggak adil dong." Gerutu Ghea tak terima.
"Eugh....
Perdebatan kakak beradik itu berhenti saat Gavin mulai menggeliatkan tubuhnya. Sepertinya sebentar lagi pria itu akan segera terjaga dari tidurnya.
Dan benar saja, mata Gavin yang semula terpejam mulai mengerjap ngerjap pelan.
"Eughh...... Udah sampe rumah pak?" Tanya Gavin sambil mengucek-ngucek bola matanya, Ia belum menyadari jika posisinya sangat intim dengan ghea.
"Sudah tuan." jawab pak sopir.
"Gath- "
"Astagfirullah, maaf-maaf saya nggak sengaja, saya nggak ada-
"Nggak papa pak, saya paham bapak pasti capek karna kerja, belum lagi ngurusin Gathan kan." potong Ghea sambil menampilkan senyum manis, Ia memaklumi Gavin yang tertidur di bahunya mungkin karna kelelahan.
Gavin yang tersadar karna tubuhnya menempel dengan Ghea langsung menjauhkan dirinya menjaga jarak dengan gadis itu.
Gavin malah salah tingkah saat melihat Ghea tersenyum, begitu manis dan indah. Namun keindahan itu hanya ia nikmati sesaat karna asistennya menyadarkan lamunan Gavin yang mulai liar.
"Saya yang bawa atau boss yang bawa masuk tuan muda Gathan kerumah?" Tanya Satya pada Gavin.
"Eeee biar coba saya yang bawa masuk, bentar kamu jangan turun dulu, dek." Gavin segera turun dari mobil dan menghampiri pintu mobil samping Ghea guna mempermudah mengambil Gathan dari Ghea.
"Masih nggak mau, gimana ya?" Guman Gavin.
"Sayang, ayo ikut daddy, kakak nya mau pulang dulu." Ucap Gavin pada Gathan yang masih mengumpulkan nyawanya. Dan akhirnya tanpa perlawanan Gathan jatuh diperlukan ayahnya.
"Huftt....makasih Sat, dek, kalian udah mau bantuin saya. Padahal Gathan nggak biasanya kaya gini, apalagi sama orang baru. Ini malah nempel banget sama kamu dek, sekali lagi makasih karna udah mau saya repotin." Ucap Gavin dengan tulus.
"Sama-sama Boss, tugas saya juga kan direpotin sama bos xixixi." Balas Satya.
"Sama-sama pak." Ucap Ghea dengan senyum ramah.
"Ya udah kita balik duluan kalo gitu boss, udah sore soalnya, cacing di perut adik saya pasti udah demo minta dikasih makan." Pamit Satya mengatasnamakan Ghea sebagai alasannya.
"Yeu, mana ada itu mah anda sodara yang udah laper, gua mah masih kenyang kali!" bantah Ghea tak terima dengan ucapan abangnya.
"Kalian bisa istirahat dulu kalo mau, kalian bisa makan dulu atau mampir minum, silahkan mau nginap disini pun saya persilakan. Jangan sungkan-sungkan anggap saja ini rumah kalian sendiri." Tawar Gavin dengan murah hati.
"Nggak usah didengerin pak omongan abang saya, emang gitu omongannya suka ngadi-ngadi. Kita langsung pamit aja, lagian saya juga mau ngerjain tugas kampus yang numpuk." Tolak Ghea secara halus.
"Loh kamu udah masuk universitas? Bukan masih anak SMA?" tanya Gavin dengan keterkejutannya. Ia kira adik asistennya itu masih duduk di bangku menengah atas, tapi nyatanya salah gadis itu sudah masuk universitas dan kini tinggal satu setengah semester lagi akan menyelesaikan pendidikannya.
"Saya udah kuliah pak, ini aja bentar lagi mau kelar." Balas Ghea.
"Oh gitu, baguslah saya suka sama anak muda yang semangat belajar kaya kamu, semangat belajarnya. Biar sukses kedepannya." Puji Gavin pada Ghea. Rasanya Ghea ingin terbang ke langit ke tujuh, tubuhnya seakan melayang diudara usai mendapat pujian dari bos abangnya itu.
Wajah Ghea langsung merona mendapat pujian dari Gavin. Gavin tersenyum tipis berhasil membuat anak orang merona karna malu.
"Udah bos jangan dipuji terus adek saya, ntar malah terbang nggak turun-turun, saya juga yang repot nyariin kan." Celetuk Satya menimpali.
"Abang ish!" decak Ghea.
"Iya-iya, kalian baliknya hati-hati, saya mau bawa Gathan ke kamar dulu kasian kalo kelamaan diluar, ntar badannya pegel-pegel pasti kalo bangun." Ucap Gavin.
"Silahkan boss, kita juga balik dulu kalo gitu, selamat sore, permisi." Pamit Satya, Gavin menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Sedangkan Satya langsung menarik tangan adiknya karna tak kunjung pergi dari hadapan Gavin, Gadis itu masih setia menyembunyikan rona merah diwajahnya. Gavin tertawa kecil melihat tingkah lucu adik asistennya itu.
"S s-saya pulang dulu pak, permisi." Pamit Ghea dengan gugup.
"Iya." Balas Gavin dengan ramah.
Setelah kepergian Satya dan Ghea, Gavin yang menggendong Gathan langsung masuk kedalam rumah mewahnya. Baru saja sampai didepan pintu rumahnya, Gathan terbangun karna ia merasa orang yang menggendongnya bukanlah Ghea lagi.
"Mommyh Athan mana daddy?" Tanya bocah itu dengan lirih.
"mommy ? Yang tadi sama Gathan?"tanya Gavin memastikan.
"Iyah daddy, Athan mahu bobok di puk-puk cama mommyh, dad." Ucap Gathan dengan ekspresi penuh permohonan.
"Mommy nya pulang dulu sayang, besok main sama Gathan lagi. Sekarang boboknya ditemenin sama daddy aja yah." Jawab Gavin menjelaskan.
"Mahu sama ommyh dad!! Ommyh Athan angen ommyh, Ommyh!!!" Teriak bocah itu histeris sambil menangis dan berontak dari gendongan Gavin. Namun dengan sigap Gavin mampu menahan tubuh Gathan agar masih dalam gendongannya.
"Sayang dengerin daddy, Gathan nggak boleh kayak gitu, Gathan harus jadi anak yang mandiri. Mommy Gathan sibuk, harus belajar, nanti kalo nggak sibuk pasti main lagi sama Gathan, jangan nangis yah." Bujuk Gavin menenangkan tangis putranya.
Gavin tak habis pikir kenapa putranya memanggil Ghea dengan panggilan Mommy . Apa sebegitu butuhnya Gathan terhadap kasih sayang seorang ibu, Sampai-sampai Ghea diakui sebagai mommynya.
*****
Sedangkan diperjalanan pulang, tak henti-hentinya Ghea memikirkan pria kecil yang baru ia temui tadi. Baru berpisah beberapa waktu saja, dirinya sudah rindu dengan Gathan.
"Bang, gua kok udah kangen aja ya sama baby Gathan, anaknya ngangenin banget kayaknya." Seru Ghea.
"Lu giliran ama yang ganteng-ganteng aja kangen, ama abang lu sendiri aja kagak pernah tuh bilang 'Bang gua kangen nih' Boro -boro kangen, minta uang jajan iya, kalo lu mah." Cibir Satya pada adiknya.
"Yeu ngapain kangen ama lu, orang tiap hari ketemu. Aneh lu mah, heran gua." Balas Ghea.