Sinopsis: Namaku Ebby Zahran. aku seorang OB di sebuah rumah sakit besar, aku selalu di salahkan oleh kakak tiriku, bahkan aku selalu di jadikan layak nya seorang babu. padahal aku putra kandung keluarga mamah. aku putra kedua dari mamah, papah ku sudah tiada, aku kira setelah mamah menikah lagi aku akan bahagia mempunyai kakak tiri . kakak tiriku putra kandung dari papah tiriku. mamah dan papah tiriku belum di karuniai anak.
aku juga belum pernah mendapatkan kebahagiaan dari kakak ku. dia selalu acuh, aku tak tau apa yg membuat nya seperti itu.
Ikuti kisah ku ini, semua tak mudah untukku.
hanya untuk hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 24" Cemas
Papah mengusap rambut ku yg mulai tipis , air mata nya tak lagi dapat di bendung , beliau memang bukan siapa - siapa di keluarga ku, tapi karna kesalahan mamah yg terlalu dalam tidak bisa mengikhlaskan papah Zahran beliau semakin sedih ketika aku seperti ini.
" Sayang maafkan papah ya, belum bisa melindungi mu dengan baik, papa akan berusaha membuat mu sembuh dari luka hati dan fisik yg terus - terusan terjadi di hidup mu" Papah berucap lirih di iringi suara isak tangis yg tak dapat di tutupi lagi.
Kak Ryan mematung di balik pintu ruangan ku. Aku masih memejamkan mata di temani alat medis terpasang di tubuhku.
Di luar, nenek berjalan membawa makanan dari arah pintu gerbang mendekati kak Ryan yg hanya diam mematung melihat ku.
" Ayo masuk!" Nenek merangkul kakak, hingga tak ada pilihan lain kak Ryan pun masuk , sebenar nya dia enggan karna masih mengingat kata - kata mamah.
" Eugghhhh" lenguhku lalu membuka kedua mataku dengan perlahan, aku melihat wajah kakak, papah dan nenek yg sangat khawatir , namun kak Ryan enggan untuk mengakui nya.
" Sayang masih sakit?" papah mengusap kepala ku dengan lembut penuh air mata membasahi pipi, nenek duduk di samping papah , sementara kak Ryan hanya diam mematung .
" Masih pah" Suara lirih ku dari balik masker oksigen. Nafas ku sedikit sesak karna aku memgingat semua nya yg terjadi.
" Sabar ya, sekarang jangan banyak bicara dulu,lebih baik istirahat" Papah mengusap kepala ku, tanpa banyak bicara aku terlelap kembali .
Kak Ryan melenggang pergi meninggalkan ruangan ku . Hatinya tak karuan. Antara sedih dan acuh padaku, karna di satu sisi dia mulai tak tega melihat ku yg seperti ini tapi di sisi lain bayangan itu masih menghantui nya.
Kak Ryan duduk di kursi panjang dekat taman belakang rumah sakit . Dia melamun tanpa kata pun terucap.
" Kenapa? Kalo kamu sayang ama Ebby terus terang aja , dari pada nanti kamu menyesal lebih jauh lagi" nenek mendekati sambil tersenyum tipis , duduk di sebelah kiri kakak.
" Nek, aku nggak bisa , aku masih teringat terus sama semua itu" Kak Ryan menjawab sambil memalingkan muka , kini butiran hangat telah berhasil jatuh membasahi pipi nya.
" Kalo kamu masih belum sanggup, jangan paksakan, kasian Ebby, dia sampai seperti ini, karna kamu dan mamah, dia itu nggak pernah salah, hanya takdir lah yg memberikan nya ujian seberat ini, coba sekarang kamu tenangin dulu diri kamu, baru temui Ebby, bicara pada nya dengan sikap acuh mu itu , jangan menunjukkan kasih sayang mu kalau itu tak ikhlas buat nya" nenek mengangkat bahu nya lalu meninggalkan kakak sendirian .
Kak Ryan hanya diam sambil melihat punggung yg tak lagi tegak itu.
Ellena menemui ku di rumah sakit setelah dia dapat kabar dari papah, rupa nya papah menghubungi nya untuk memberikan kesempatan selagi kak Adi sibuk dengan urusan nya.
Motor nya sudah sampai di pelataran rumah sakit , dia turun dengan senang hati membawa buah untuk ku.
Sampai lah di ruangan ku, aku masih terpejam rapat , dia langsung mendekati ku.
" Mas Ebby kenapa om?" Ellena cemas sambil menaruh buah itu di meja . Lalu duduk di samping papah.
" Dia kelelahan, mungkin karna kerja terus" papah beranjak mundur sambil menjawab memberikan kesempatan untuk Ellena dekat dengan ku..
" Sampe kayak gini? Aku takut kalau mas Ebby kenapa - kenapa" Ellena mengecup tangan kurus ku.kecupan nya begitu hangat , kecemasan nya sangat terlihat jelas .
" Iya, tapi udah di tangani kok tenang aja" papah mengelus lembut punggung Ellena yg tengah cemas .
Ellena hanya tersenyum sambil mengusap kepala ku, ketulusan nya sangat terlihat dan terasa untuk ku.
Cemas nya begitu nyata ,karna aku segala nya bagi Ellena.
Kak Ryan memilih pulang, di perjalanan nya kakak terus terbayang akan ucapan nenek dan papah, ucapan itu seperti nyamuk yg mengusik benak nya.
Sampai lah di rumah, Mamah sedang asik duduk sambil memakan roti bakar buatan nya .
" Mamah kira kamu mau nginep" mamah melirik sedikit ke arah kak Ryan ,lalu menyodorkan roti bakar itu.
" Nggak mah, aku masih belum sanggup buat melupakan itu, walau dia sekarang lagi sakit, tapi sungguh hati ini tak karuan" Kak Ryan duduk di sebelah mamah, lalu memakan roti bakar isi coklat keju itu.
" Bagus, sekarang kita ke acara temen mamah yuk!" mamah menghabiskan cepat roti bakar itu . Kak Ryan hanya mengangguk.
" Ikut boleh mah" Kak Adi sudah rapih memakai setelan coklat, sepatu sport hitam dan topi. Rambut nya di pangkas lebih tipis.
" Ayo!" Mamah meraih tas selempang nya, akhir nya mereka pun pergi bersama, tanpa memperdulikan kondisi ku yg sedang menurun.
Sungguh aku sangat sedih ketika mereka bersenang - senang di atas penderitaan ku.
Kembali ke Rumah sakit, Aku membuka kedua mataku lalu melihat sosok cantik yg ada di sampingku sedang terlelap.
" Eh maaf kan aku mas, aku ketiduran" Ellena langsung bangun ketika aku membelai rambut nya , mata indah itu memberikan sebuah kebahagiaan untuk ku.
" Nggak papa, maafkan aku ya, karna belum bisa membalas cinta mu" Aku tersenyum sambil memandangi wajah cantik nya.
" Soal itu nggak masalah, yg terpenting sekarang adalah kesembuhan mu dulu mas, aku paling nggak bisa kalo liat kamu sakit" Ellena membenarkan rambut nya , tiap gerakan itu membuat ku bahagia.
" Makasih ya, aku harap kita bisa bersatu, walau ujian cinta menghadang, jujur aku ingin memiliki mu seutuh nya tapi kak Adi menjadi penghalang nya" Aku menarik nafas ku dengan pelan.
" Iya, aku juga, jujur aku ingin menikah dengan mu secepat nya tapi aku takut Adi berbuat nekat pada mu mas" Ellena mengusap rambut ku dengan penuh kasih.
" Nih tante ada di sini ternyata, om imut kenapa?" Irwan muncul langsung mendekati aku. Di susul Eza di belakang nya.
" Om sakit , karna terlalu capek" Aku mengusap pipi halus Irwan , aku sangat bersyukur ketika aku di pertemukan dengan mereka.
" Sakit nya nggak parah kan? Aku pengen main" Irwan mengecup kening ku ,di pojok papah hanya tersenyum melihat Irwan yg sangat menyayangi ku.
" Nggak kok, tenang aja, kita jajan es krim yuk!" jawab papah sambil mendekati , papah paling suka dengan kecil yg pintar seperti Irwan .
" Asik, tapi om imut mau pesen apa?" Irwan mengecup lagi kening ku, aku tertawa tipis melihat tingkah lucu nya.
" Nggak , om cuma mau istirahat aja" aku menolak lembut sambil mengusap pipi halus Irwan , aku belum boleh lepas dari alat medis ini karna kondisi ku masih lemah.
" Oke" Irwan menarik papah lalu melangkah keluar untuk jajan . Eza dan Ellena hanya tertawa melihat papah yg di tarik seperti itu oleh Irwan.
Ellena tersenyum mengelus lembut tangan ku, aku baru kali ini mendapatkan kasih sayang yg tulus dari orang lain selain papah dan nenek.
