Eca Permatasari janda ditinggal mati yang harus berjuang untuk meneruskan hidup tanpa suami tercinta.
Dikenalkan dengan Eldhin, pria muda yang mengalami nasib serupa ditinggal pasangan nya.
Namun Eldhin ditinggal karena kekasih nya menikah, membuat sifatnya menjadi dingin karena frustasi yang dia rasakan.
Disaat Eca sudah mencintai Eldhin, ada sebuah kejutan besar yang terjadi di kehidupan pernikahan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofiwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Acara Perjodohan.
"Suit-suit" Goda Ayunda saat melihat kondisi tubuh Eca dan Eldhin saling bertumpukan.
"Ya ampun kebelet mau punya dede ya kamu ca?" Tiffany pun ikut menimpali.
"Sial" Umpat Eca, dia langsung berdiri di depan neneknya, meminta foto itu dihapus. Eldhin juga sama seperti itu.
"Ini yang engga seperti yang kalian pikirkan, nek tolong hapus" Kata Eca mengepalkan kedua tangan.
"I-iya ini salah paham" Ucap Eldhin.
"Nenek sudah melihat dengan mata kepala nenek sendiri, kalian masih mau mengelak?" Kata Bu Idah.
"Tapi kejadian nya tidak seperti itu nek" Kata Eca berusaha menjelaskan situasi.
"Eldhin mending kamu pulang dulu, untuk Eca kamu masuk kamar sekarang, nanti nenek akan ngomongin masalah ini ke Bu Siti dan kedua orang tuanya Eldhin" Kata Bu Idah.
"Ih nek ngapain sih? Ini hanya salah paham" Kata Eca.
"Nenek gak mau lagi ada penjelasan apa pun" Ucap Bu Idah, sambil pergi dari sana.
Eca menatap tajam ke arah Eldhin, Ini terjadi karena nya, kalau saja dia boleh meminjamkan ponsel nya, kejadian nya tidak akan seperti ini.
"Puas kamu sekarang?!" Kata Eca.
Setelah Eca berbicara seperti itu, Dia pergi ke kamarnya, meninggalkan Eldhin yang sedang mematung. Eldhin sedang mencerna kondisi yang baru saja dirinya alami.
Selama hidup dia tidak pernah merasakan ketindihan tubuh wanita, saat sudah mengalami, Eldhin justru merasa kenikmatan dunia itu ternyata nyata.
Eldhin yang terus melamun akhirnya sadar setelah dia sekarang di kerubungi oleh dua wanita yang tidak dia kenali. Fatimah Dan Tiffany sedang fokus melihat lamunan nya.
"Dari sudut mana pun kamu ganteng ya Din, perfect banget" Puji Ayunda.
"Oh" Kata Eldhin singkat, setelah itu dia langsung pergi dari rumah Eca.
"Culas banget sih tuh cowok" Keluh Tiffany yang melihat tingkah nya
Ayunda menoleh dan dia terkekeh "Pria dingin mah style nya kebanyakan seperti itu mbak, sudah gak kaget aku" Katanya.
Sementara itu, Bu Idah sedang menelpon nenek nya Eldhin yang ada dirumah. Tutt, Tutt, panggilan telepon nya belum di jawab oleh Bu Siti. Hingga beberapa kali akhirnya beliau mengangkat sambungan telepon darinya.
📞 "Hallo Assalamualaikum Ti" Ucap Bu Idah
📞 "Walaikumsalam Bu, maaf tadi habis ngambil jemuran, ada apa ya?" Jawab Bu Siti.
📞 "Oh iya maaf ganggu ti, ini saya mau bahas masalah Eca dengan Eldhin" Kata Bu Idah.
📞 "Oh... Mau ngomongin apa Bu?" Jawab Bu Siti.
📞 "Kamu lihat foto yang barusan saya kirim ya" Kata Bu Idah.
📞 "Foto apa emang Bu?" Kata Bu Siti dengan penasaran.
📞 "Coba lihat saja, sudah saya kirim tuh barusan" Jawab Bu Idah.
📞 "Oke tunggu, jangan dimatikan dulu sambungan telepon nya" Kata Bu Siti.
Bu Siti langsung bergegas untuk melihat foto yang telah di kirim oleh Bu Idah.
📞 "Astaghfirullah padahal belum halal, main tidurin aja tuh bocah!" Sewot Bu Siti.
📞 "Oh iya kamu dapat foto ini dari mana Bu?" Sambung Bu Siti Berbicara.
📞 "Saya yang foto barusan" Jawab Bu Idah.
📞 "Oke nanti saya akan ke rumah ibu bawa Eldhin lusa, malam ini saya akan laporkan dulu kepada kedua orang tuanya" Eldhin" Kata Bu Siti.
Kedua wanita paruh baya berusia enam puluh tahunan itu begitu sangat heboh, sisi lain Eca dan Eldhin masih dalam keadaan syok berat.
Setelah panggilan ditutup, Bu Idah akan mempersiapkan hidangan yang sangat lezat untuk menyambut keluarga dari Eldhin, dalam hidangan masakan itu nantinya akan dibantu oleh kedua cucu nya yang ada dirumah, yang jelas bukan Eca.
Dua hari kemudian, kebetulan hari itu adalah hari Minggu, orang-orang kerja kantoran dan anak sekolah pada libur.
Termasuk Eca yang mendadak dibangunkan oleh Ayunda, setelah keadaan nya masih terdampar di alam mimpi.
"Eumhhh...." Desah Eca sambil merentangkan kedua tangan nya ke atas, mengedip mata guna menyesuaikan pandangan, menatapi Ayunda yang berada di depan ranjang nya.
"Bangun, terus mandi ca, kamu sudah ditunggu dibawah" Kata Ayunda, membuat Eca langsung mengusir selimut dan gulingnya. Dia ingin keluar kamar untuk melihat keluarga Eldhin telah sampai dirumah, namun langsung dicegah oleh Ayunda.
"Ada apa sih?" Kata Eca sambil mengucek mata, karena rasa kantuk nya masih menempel dimata.
"Mandi dulu makanya, nenek mau adain acara pertemuan kedua keluarga" Kata Ayunda. Setelah Ayunda bilang seperti itu mata Eca langsung segar
Langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya guna menghindari bau yang tak sedap.
Dua puluh menit sudah Eca melakukan rutinitas paginya, kali ini wanita itu masih sibuk berdandan. Dari bawah terdengar teriakan kakak nya yang memanggil namanya.
"ECAAA!" Pekik Tiffany.
"Iya sabar, lagi pakai bedak" Jawab Eca dengan nada tinggi. setelah menjawab Eca menutup bedak itu dan langsung kebawah.
Sampai nya di bawah Eca terkejut melihat kedua orang tua Eldhin juga ikut hadir.
Eca dengan senyuman langsung menyalami kedua punggung mereka, lalu duduk di tengah-tengah keluarga nya. Tiffany, Ayunda, Tante Lusi dan juga Bu Idah.
Sedangkan diseberang sana, ada Eldhin bersama Bu Siti, Daffa, Pak Syarif Dan Bu Neli. Pak Syarif memulai acara sebagai perwakilan, Eca dan yang lain langsung terdiam.
"Duh gimana nih kedua orang tua nya sampai datang segala" Batin Eca menatap tajam Eldhin yang menjadi penyebab pernikahan ini semakin terealisasi.
"Saya dapat kabar tidak sedap kemarin, saya buru-buru terbang ke Kota Cirebon, kalau anak saya telah menodai cucu anda ya Bu?" Tanya Pak Syarif kepada Bu Idah.
"Iya betul pak" Jawab Bu Idah.
"Nek, tapi kejadian nya gak begitu" Kata Eca.
"Nenek sudah melihat secara langsung, kamu mau ngelak lagi?" Kata Bu Idah.
"Yang dikatakan Eca beneran, tidak begitu kejadian nya" Eldhin ikut membantu bicara.
"Kita ini gak akur sama sekali loh nek" Timpal Eca.
"Bisa aja kalian lagi pura-pura tidak akur" Jawab Bu Idah.
"Bener itu Bu, pura-pura mungkin" Timpal Bu Siti, kedua nenek yang terlihat memiliki wajah masih muda ini sudah rencanakan perjodohan mereka dari awal, mereka disini hanya akting biar menciptakan suasana seru.
"Sudah-sudah jangan ribut lagi, kita cari solusinya saja gimana sekarang" Kata Pak Syarif melerai keributan.
"Iya, kita bicarakan lewat kepala dingin, tidak perlu pakai emosi" Timpal Bu Neli.
"Jadi menurut kalian gimana enaknya? Dari pihak wanita?" Kata Pak Syarif.
"Kita langsung mengurus pernikahan mereka, sebelum mereka bertindak lebih jauh lagi dan jika itu sudah terjadi, pihak wanita akan merugi, jadi saya mau tanggung jawab nya" Kata Bu Idah.
"Bu! Itu kita..." Kata Eldhin menggantung kalimat, hanya saja Pak Syarif langsung memotong.
"Eldhin diam! Kalian berdua tidak kami izinkan untuk mengutarakan pendapat" Kata Pak Syarif.
"Gimana menurut kamu de?" Tanya Pak Syarif kepalanya menoleh ke Bu Neli
"Oke saya setuju dengan apa yang dikatakan Ibu Idah" Kata Bu Neli.
"Mama sendiri bagaimana?" Tanya Pak Syarif ke Bu Siti.
"Setuju!" Dengan lugas dan bersuara serak Bu Siti langsung menjawab tanpa mikir panjang.
"Daffa setuju pah" Kata Daffa tanpa diberi pertanyaan.
"Hmmm... Yang lain, dari pihak keluarga wanita?" Tanya Pak Syarif.
"Dari saya, setuju" Kata Tante Lusi.
"Aku setuju om" Kata Ayunda.
"Saya setuju" Timpal Tiffany.
"Eldhin Eca?" Kata Pak Syarif.
Eldhin menoleh, dengan satu tarikan nafas dia bilang setuju. Membuat Eca membelalak mata, sorotan mata tajamnya itu seolah berkata tadi nolak kenapa sekarang menerima?
"Ca?" Panggil Bu Siti untuk Eca jawab, karena dia sendiri yang belum menjawab.
"Mau nolak tapi takut dosa" Batin Eca melirik ke arah Pak Syarif Dan Bu idah yang sedang menunggu jawaban. Dengan satu tarikan nafas akhirnya Eca berbicara dengan lantang.
"Aku setuju" Jawab Eca, Eca sebenarnya munafik kalau dia benci dengan acara pertemuan ini. Dalam hatinya dia senang banget.
"Oke, semua sepakat untuk menikahi mereka secara hukum agama yang sah, acara pernikahan akan berlangsung dalam tiga bulan, untuk mahar Eca butuh berapa dari anak saya?" Kata Pak Syarif.
"Eh mahar? Apa acara ini sekalian dengan acara pertunangan?" Batin Eca, terkejut sekali rasanya kalau mendadak bertunangan, terus juga dia melihat sepasang cincin berlian yang sudah dibeli oleh Eldhin.
"Pria ini sebenarnya maunya apa sih? Gak bisa ditebak banget" Sambung Eca dalam hati, menatapi wajah Eldhin yang begitu datar.