WANTED DILARANG JIPLAK !!! LIHAT TANGGAL TERBIT !!!
Karena ketidaksengajaan yang membuat Shania Cleoza Maheswari (siswi SMA) dan Arkala Mahesa (guru kimia) mengikat janji sehidup semati di hadapan Tuhan.
Shania adalah gadis dengan segudang kenakalan remaja terpaksa menikah muda dengan gurunya Arka, yang terkenal dingin, angkuh dan galak.
Tapi perjuangan cinta Shania tak sia sia, Arka dapat membuka hatinya untuk Shania, bahkan Arka sangat mencintai Shania, hanya saja perlakuan dingin Arka di awal pernikahan mereka membuat lubang menganga dalam hati Shania, bukan hanya itu saja cobaan rumah tangga yang mereka hadapi, Shania memiliki segudang cita cita dan asa di hidupnya, salah satunya menjadi atlit basket nasional, akankah Arka merelakan Shania, mengorbankan kehidupan rumah tangga impiannya ?
Bagaimana cara Arka menyikapi sifat kekanakan Shania.Dan bagaimana pula Arka membimbing Shania menjadi partner hidup untuk saling berbagi? ikuti yu asam manis kehidupan mereka disini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sah tanpa rasa
"Yang sabar bro," ucap Dimas menepuk pundak Arka menyalurkan kekuatan dan ketenangan pada sahabatnya ini.
"Kalo loe emang dah mantep sama pilihan loe, sebaiknya loe bilang sama Alya, kalo loe mau married. Jangan loe gantung anak gadis orang, " lanjut Dimas memberikan sarannya.
Arka mendial nomor Alya, namun tak ada jawaban, malah nomor nya non aktif, Arka baru ingat jika sudah 2 hari mereka tak berkabar. Terakhir mereka berkabar saat ia ke rumah Shania untuk melamar gadis berisik itu, Alya bilang jika ia akan pergi seminar ke luar kota, tapi setelah itu tak ada kabar lagi darinya, ditambah Arka yang mengurusi masalahnya, membuat Arka lupa pada Alya.
"Ga biasanya dia ga ada kabar sama sekali, biasanya juga kalo keluar kota buat seminar selalu ada kabar, " gumamnya lirih.
"Sibuk kali bro," jawab Dimas menimpali ucapan Arka, Arka mengangguk setuju.
"Nanti malam gue coba buat hubungi lagi, tuh ada pelanggan !" tunjuk Arka pada beberapa orang yang baru masuk ke cafe.
*****************
Arka memakai jas berwarna dongkernya dipadukan celana bahan berwarna hitam dan kemeja putihnya, ia mematut penampilan gagahnya di cermin. Ia memang ingin menikah, tapi tidak dengan Shania, pernikahan yang seharusnya ia langsungkan karena cinta dengan orang yang diidamkan harus pupus di tengah jalan. Ibunya bersama beberapa saudara dari ayah dan ibunya ikut mengantarkan Arka ke rumah Shania.
"Anak ibu gagah," Ibu Arka merapikan kerah jas anak tunggalnya, ia menitikkan air matanya. Tak ada sosok sang suami menemani sungguh sangat membuatnya sedih. Ayah Arka meninggal di usia 40 tahun karena penyakit diabetes.
"Ibu menangis?" Arka mengusap jejak air mata di pipi ibunya.
"Ibu merasa terharu sekaligus sedih, sedih karena alm. ayah tidak disini untuk mendampingimu, " Arka tersenyum. "Ibu akan selalu bersama Arka, terimakasih ibu selalu ada untuk Arka. Setelah ini kita ziarah ke makam ayah !" jelas Arka menatap ibunya nanar. Ibunya mengangguk.
"Ya sudah cepat, mungkin keluarga Shania sudah menunggu," ibu buru buru mengusap dan merapikan penampilannya.
********
"Cantik Sha, " puji Inez dengan mata berbinar. Shania memang sempat memimpikan ingin menikah dengan laki laki seperti Arka, tapi bukan sekarang dan dengan alasan ini. Allah memang mengabulkan do'a nya, tapi ini terlalu cepat pikirnya. Ia tarik kembali ucapannya yang memuji dan memuja seorang laki laki, namun sepertinya terlambat.
Bunda memeluk Shania dan menggenggam tangannya, menyalurkan kekuatan di tangan sedingin es milik putrinya. Tak percaya ia akan menikahkan putri tunggalnya secepat ini. Seharusnya jika anak tunggal, pernikahan yang di selenggarakan adalah pernikahan mewah dengan penuh sukacita.
"Bun, apa ini ga bisa dibatalin ?" tanya Shania, bunda terhenyak, tatapan Shania seperti Shania saat berusia 5 tahun, meminta sesuatu yang sangat diinginkannya. Ataupun tatapan menolak yang ia tidak suka. Bunda tersenyum getir pada putrinya.
"Anak bunda pasti bisa, " masih terngiang ucapan suaminya, mau ditaruh dimana muka kita bun, anak kita sudah seperti jal*ng, jika laki laki itu tidak mau menikahi Shania, laki laki lain akan memandang rendah Shania, dengan wajah yang memerah karena kesal.
"Saya terima nikah dan kawinnya Shania Cleoza Maheswari binti Malik Sahari dengan mas kawin tersebut yang diatas, tunai !"
Sekali tarikan nafas Arka melafadzkan ijab nya dan sah. Tapi tak ada rasa gugup yang membuncah atau sampai ingin pingsan, karena tanpa adanya cinta. Tak banyak yang hadir hanya kepala sekolah, pak Wahyu dan pelatih volinya bu Ninda, juga ada beberapa orang lainnya selain Inez yang melihat.
Setelah kata sah terdengar, Shania keluar dari kamarnya, berbalut kebaya putih sederhana tapi mampu menyihir siapapun mata yang memandangnya, tak percaya jika pemilik paras elok dan leku kan tubuh yang tidak bisa dipungkiri telah matang dan ranum di beberapa bagian yang menjadi penggoda iman lelaki ini milik gadis 17 tahun ini.
Bahkan Arka mengakui kekagumannya pada gadis yang ada di hadapannya.
Shania berjalan menuju kursi di sebelah Arka, yang sudah sah menjadi suaminya ini.
Tanpa menoleh sedikit pun tangannya meraih punggung tangan Arka untuk mengecupnya. Sejurus kemudian sesuatu yang kenyal menempel di dahi Shania. Shania memberanikan diri menatap imam masa depannya, Cih..imam masa depan.
Masa ?
Pernikahan ini saja hanya pernikahan pura pura.
Mata bulat nan bening sebening air galon itu mengerjap indah, membuat Arka terkesiap dan memalingkan wajahnya mencari kesadaran. Shania yang melihat hanya mendelik sinis. Setidak menarik itukah dirinya ? sampai sampai lelaki ini harus memalingkan wajahnya, muak.
"Nanti malam kamu berkemas, besok pagi kita pulang ke rumah saya," ucapnya membuka jasnya di kamar Shania. Tak tau kah lelaki itu, kini Shania mati kutu dibuatnya, satu kamar dengan lelaki membuat hatinya dag dig dug tak jelas, sungguh ide yang buruk.
"Hah ?! maksudnya pindahan gitu pak ?" tanya Shania berseru.
Arka mengangguk, "iyalah, kita kan sudah ada ikatan, kamu istri saya !" jawabnya dingin, bukannya Shania takut ataupun mengharu biru, ia malah seperti asyik asyik saja, Arka jadi semakin yakin jika gadis ini kurang waras, buktinya ia malah merona.
"Cih, bapak ! jangan keras keras ngucapin kata istrinya ! Shania jadi malu !" kenapa rasanya menggelitik saja dengan kata istri.
Arka jadi tak yakin sebenarnya Shania mengerti atau tidak dengan artian dari seorang istri dan pernikahan.
Arka melangkahkan kakinya menuju keluar kamar, membuat Shania bertanya.
"Bapak mau kemana?" tanya Shania.
"Mau ke toilet, kenapa? mau ikut ?" sengitnya tajam, Shania terkekeh dan menggeleng, selepas Arka keluar Shania merebahkan tubuhnya, dan menatap langit langit kamarnya. Ia terkikik sendiri, sebut saja ia orang gila baru saat ini, tinggal masuk RSJ fix sih ini.
"Suami...istri..." tawanya lagi. Shania mengutuk pikirannya yang sedari tadi hanya menayangkan visual Arka yang melepas jasnya, terlihat sekali jika otot otot bisepnya mencetak jelas kaya pengen digelantungin. Shania sudah seperti orang kurang waras, sekelebat bayangan teman teman berandalnya menyerukan jika ia tak lebih baik dari mereka yang sering melihat majalah pria dewasa di jam jam kosong di gudang sekolah, membayangkan Arka yang mungkin sedang melepas pakaiannya dan wowwww !!! sepertinya dada dan perutnya kotak kotak kaya pengen dijilat, apalagi wajahnya yang mirip artis artis ftv.
"Neng mau dong bang, diangkat angkat, " selorohnya sudah benar benar gila.
Apakah itu artinya Shania menyukai Arka, yang bahkan harus dikatakan apa? Arka sendiri begitu dingin padanya, tak lebih berharga dari ponselnya, terhitung dibanding melihat Shania, Arka malah lebih sering melihat benda piph itu.
Jangan sebut Shania namanya jika Arka tak dapat luluh olehnya. Ia tidak akan menyerah membuat Arka meliriknya bahkan sampai klepek klepek kaya ikan menggelepar di daratan, kejang kejang kaya orang kena setrum.
Arka masuk ke dalam kamar, mendapati Shania yang sudah membuka kebayanya berganti dengan pakaian sehari harinya. Dilihat dari sudut manapun gadis dengan rambut bergelombang dari pundak sampai punggungnya ini memang good looking.
"Mau makan ga pak ? biar Shania yang siapin ?" tanya Shania berseru, karena excited sepaket dengan ceroboh, kaki kiri Shania menabrak kaki kursi hingga ia terseok menubruk dada Arka.
"Dukkk !"
"Awww !!" Shania mengusap kepalanya, dada Arka memang liat.
"Awwsshh ! Shania ! kamu ceroboh sekali, untuk berjalan saja kamu sampai menubruk orang, apalagi melakukan hal besar ?!" desis Arka sengit.
"Aduh maaf..maaf pak ! ga sengaja nendang kaki kursi barusan, " ringis Shania seraya mengusap usap kakinya yang terasa ngilu.
"Sini Shania bantu pijitin sakit ya ?!" Shania hendak menyentuh dada Arka, tapi buru buru di tepis Arka.
"Ingat ! kamu sendiri yang meminta point tak boleh bersentuhan, jadi jangan langgar !" Arka sudah menatapnya mengilat.
"Eh, iya lupa !" Shania menutup mulutnya.
"Ya udah deh, Shania siapin makan dulu buat bapak !" Shania buru buru keluar dari kamar.
Arka part
Shania sangat ceroboh sampai sampai tak memperhatikan langkahnya sendiri, selama ia hidup, baru kali ini melihat ada gadis se ceroboh Shania.
"Dughh !!" seketika dadanya terasa terhantam yang sangat keras dan kencang meskipun tak sepenuhnya sakit, tapi serudukan Shania membuat dadanya sedikit ngilu, bersamaan dengan aroma vanilla yang menguar di indera penciuman Arka, memabukkan. Ia hanya bisa menutupi rasa lena nya dengan memarahi Shania. Selepas kepergian Shania, senyuman itu mengembang dengan sendirinya dan terkekeh kecil, gadis ceroboh, awsshh!
.
.
.
.
nyambung dimana tuh panggilan? gak ada keren"nya gak sepaket amat. mereka masih muda bagusnya mommy daddy, ayah ibu ketuaan untuk mereka terlebih sih shania. kan kalau mommy kece buat shanian...hot mommy,..lah kenapa beda sama si lakinya berasa salah satunya orang tua sambung si xia😪
baru bener😪