TAMAT 03 FEBRUARI 2024
Demi bisnis Mahesa yang hampir bangkrut, ia harus mau menikahi anak gadis milik konglomerat yang dulu pernah menjadi tunangannya: Snowy.
Sekarang, karena ulah menolaknya dahulu, Snowy menjadi membencinya. Menjadi tak lagi respect padanya.
Tugas pertama Mahesa setelah menikah adalah, harus mengatasi banyak lelaki yang masih berstatus sebagai pacar Snowy White Rain.
Sialnya lagi adalah, Mahesa mulai menyukai gadis bermata biru itu. Gadis bodoh yang memiliki banyak pria bodoh di hidupnya.
Snowy mungkin tidak sadar, jika dia sedang dimanfaatkan para kekasihnya, diperdaya para lelaki yang mengincar sesuatu darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEPULUH
"Aaaa!"
...Bugh!...
Snowy menendang perut Mahesa yang sedari tadi dipeluknya. Saking kagetnya gadis itu, Snowy sampai sekonyong-konyong pada tubuh suaminya yang kini terjatuh di lantai.
Bayangkan bagaimana tak shock, Snowy terbangun dalam kondisi yang kacau, polos tiada berbusana, dan parahnya dia juga harus memeluk Mahesa yang hanya mengenakan singlet hitam.
Kaget, di bawah sana Esa meringis sambil beranjak dan mengelus pinggang yang terasa retak. "Encok, sial!" umpat serapahnya.
Snowy buru-buru menutup tubuh polosnya dengan menarik kembali selimut. "Siapa yang sial? Kamu kan? Ngapain tidur meluk Snowy hah?!"
Tidak, Snowy sadar dia yang tadi memeluk Mahesa. Tapi, aturan tetaplah aturan, wanita tidak pernah salah dan lelaki selalu salah.
"Semalam."
"Cukup!" Belum selesai penjelasan Mahesa Snowy mencegatnya. "Nggak usah ngomong! Snowy tahu, semalam Snowy minum sama Rick, terus pulang-pulang nggak sadar! Bye!"
"Ya Tuhan." Mahesa mendengus, belum juga menjelaskan, istrinya sudah berlari ke kamar mandi tanpa meminta maaf atau sekedar berterima kasih.
Coba saja jika tidak ada dirinya, mungkin Rick sudah membuatnya menangis tersedu-sedu karena hilangnya keperawanan. Tapi terserah saja lah, yang lebih Mahesa pikirkan sekarang hanya pinggangnya yang nyeri.
"Baru tinggal berapa hari sama tuh cewek, pinggang udah encok, mungkin kalo setahun cacat seumur hidup kali," gerutunya.
Mahesa meluruskan kembali pinggangnya dengan berbaring di ranjang. "Ya Tuhan, patah sudah tulang-tulang ku," gumamnya memelas.
Meski harus beradu mulut soal siapa yang salah untuk insiden semalam, drama bergantian mandi pun selesai. Lagi pula, jika tidak ribut, sudah pasti bukan pasangan couple gesrek ini.
Snowy datang ke meja makan yang disiapkan petugas hotel. Mahesa sudah duduk acuh menatap hitamnya kopi di cangkirnya.
Se-elegan mungkin Snowy duduk di depan Mahesa, tanpa mau mengingat apa yang terjadi semalam tadi. Lupakan, yah, lupakan saja hal yang tidak penting.
-Ah, ah, ah, ah! Lagi Kak Esa, Sayang.
Snowy melirik ponsel milik Mahesa yang bergerak karena bergetar dengan diiringi suara desah familier. Sementara Mahesa dengan sepele mengangkat panggilan dari Roland.
"Tunggu!" Snowy mencegahnya, merebut ponsel itu dari telinga suaminya. "Suara apa tadi itu hah?!" tanyanya ketus.
"Suara desah kamu, apa lagi memangnya hmm? Kamu lupa kamu semalam desah begitu?" enteng Mahesa.
"Ngapain dijadiin nada panggilan hah?!"
Benar- benar Suami gila, mungkin cuma Mahesa yang menjadikan desah istrinya sebagai nada dering.
"Bagus, aku suka desah mu! Kamu gila semalam, sangat gila." Mahesa menyengir sambil berkedip meledek istrinya.
"Aku? M-menggila?!"
Snowy bersumpah tak mengingat apa pun selain terbangun dari tidur yang membuat tubuhnya pegal-pegal semua.
Snowy menggigit bibirnya hingga terasa pedih di satu titiknya. "Kita beneran, anu?"
Mahesa membuka kancing kemeja putih big size miliknya. "Kamu mau lihat ulah kamu yang lainnya hmm? Nih lihat!"
Taram ... Snowy ternganga sambil menutup mulutnya terkejut, banyak sekali gigitan merah di dada suaminya.
"Kau memperkosa ku semalam!" kata pria itu dengan entengnya.
"Apa?!" Snowy mendelik.
"Sudah lupakan, aku ikhlas!" Mahesa merebut kembali ponselnya, lalu mulai menjauh dari meja makannya. Dia bicara dengan Roland yang masih dalam mode sambungan telepon.
Di meja makan Snowy terpaku, ia mencoba mengingat kembali agenda apa saja yang dia perbuat semalam tadi. Minum jus jeruk di bar bersama Rick lalu paginya terbangun tanpa busana di sisi Mahesa.
"Tunggu, jadi Rick yang kasih aku minuman mabuk kan? Terus, gimana bisa si manusia g4y ini bawa aku pulang, coba?" gumamnya.
:Guk, guk, guk, guk...
Smartphone berbunyi, sebuah pesan singkat dari kekasih Snowy buka. 📥 "Nanti malam ketemu ya, Sayang," ajaknya.
📤 "Ok," jawab Snowy. "Di tepi pantai saja, tidak ada bar tidak ada hotel," tambahnya.
Snowy sedikit trauma dengan insiden semalam, takut pacar berikutnya pun memiliki trik yang sama. Sumpah, Rick si baik hati mungkin membubuhkan banyak sekali racikan yang membuatnya demensia.
Dia bahkan melupakan yang terjadi semalam bersama suaminya. Sialan dan benar- benar sialan.
Setelah menelepon, Mahesa duduk lagi di kursi meja makannya. Dia meletakan ponsel di sisi piring lalu memulai kembali ritual sarapan paginya.
"Siapa yang chat?" Mahesa diam diam memperhatikan gerakan jari istrinya.
"Pacar Snow!" Snowy melirik wajah datar Mahesa yang jauh dari ekspresi cemburu.
Ingin rasanya Snow bertanya, "apa Kak Esa cemburu sama pacar Snowy?" Namun, apa boleh buat, dia takkan berani menanyakan itu pada makhluk hidup yang tak mau mengenal cinta ini.
Yang jelas, dari bahasa tubuh dan raut wajah Mahesa, tidak ada setitik pun ketakutan yang menandakan jika lelaki itu mencintainya.
"Kali ini Kak Esa nggak usah ngintilin Snowy, Kak Esa nggak usah jemput Snowy!" Snowy bicara ketus sebagai ultimatum.
"Hmm." Mahesa bergumam sebab saat ini, pria itu sudah sibuk dengan sarapannya.
Mahesa tampak menikmati nasi campur Bali meski masih terlalu pagi baginya. Acuh, tak ada raut penasaran walau barusan Snow izin ketemu dengan kekasih ke empatnya.