Ketika seorang perempuan tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan yang baru seumur jagung, Humairah rela berbagi suami demi mempertahankan seorang pria yang ia cintai agar tetap berada dalam mahligai yang sama.
Aisyah Humairah menerima perjodohan demi balas budi pada orangtua angkatnya, namun siapa sangka pria yang mampu membuatnya jatuh cinta dalam waktu singkat itu ternyata tidaklah seperti dalam bayangannya.
Alif Zayyan Pratama, menerima Humairah sebagai istri pertamanya demi orangtua meski tidak cinta, obsesi terhadap kekasihnya tidak bisa dihilangkan begitu saja hingga ia memberanikan diri mengambil keputusan untuk menikahi Siti Aisyah sebagai istri keduanya.
Akankah Alif adil pada dua
Aisyahnya? atau mungkin diantara dua Aisyah, siapa yang tidak bisa bertahan dalam hubungan segitiga itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wheena the pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Alif menangkap tangan Humairah, pria itu menatap istri pertamanya ini semakin dalam seolah sedang menyampaikan pesan lewat sorot matanya.
Humairah masih membalas dengan senyum, "Ada apa? Ayo makanlah selagi hangat," kata Humairah sambil membelai genggaman tangan Alif dengan ibu jarinya.
"Maafkan aku," ucap Alif tanpa sadar.
"Sejak tadi hanya bilang maaf maaf dan maaf, memangnya ada apa mas Alif ada masalah?"
Lelaki itu diam lagi sebelum menjawab, "Iya, masalahnya aku banyak salah padamu, kau wanita baik dan sempurna Humairah, aku malu padamu," ucap Alif pelan, ia bahkan menghentikan aktivitas makannya.
"Manusia tempatnya salah, aku juga tidak sesempurna yang mas Alif kira, aku hanya berusaha menjalankan seperti seharusnya saja, jika maksudmu tentang kita bertiga, percayalah aku sudah lebih ikhlas menerima semua ini seiring waktu, kecewa itu hal yang biasa terjadi dalam hubungan segitiga, aku harap kita akan lebih baik lagi untuk kedepannya. Aku percaya sama mas Alif."
"Tidak semua poligami itu buruk, hanya saja kita baru mengarunginya jadi bisa saja kita belum cukup mengerti satu sama lain, juga belum bisa mengontrol ego ingin lebih memiliki dari yang lain, aku mengerti posisi kak Aisyah selama ini dia menjadi satu-satunya wanita dalam hidupmu, tidak mudah pula ia menerima wanita lain seperti ku."
"Aku hanya berharap kau akan lebih ingat lagi untuk menyempatkan pulang kemari, agar aku bisa melayani suamiku ini dengan baik, ketahuilah mas Alif aku sungguh bahagia kau mau makan masakan tanganku, percayalah kita hanya butuh waktu dan pengalaman dalam menjalani hubungan ini, aku percaya kita bertiga bisa melewati ini."
Lagi-lagi Humairah tersenyum pada tatapan Alif yang tampak berkaca-kaca.
Entah kenapa kata-kata yang keluar dari bibir tipis milik Humairah itu sungguh membuat dada Alif menjadi nyeri yang mirip dengan rasa nyeri yang dialami oleh penderita penyakit jantung.
Sesak, ada rasa sulit bernapas saat menatap mata bening istrinya ini, sungguh sabar Humairah menghadapinya, Alif mengerti perlakuannya tidaklah baik selama mereka terikat bertiga, ia kerap mengabaikan bahkan tidak pernah pulang dalam waktu yang cukup lama, tapi jawaban Humairah saat ini benar -benar membuatnya tidak bisa menyakiti perempuan itu lagi.
Humairah tidak pantas bersanding dengan lelaki pecundang seperti dirinya, sedang Daffa begitu mendamba memiliki Humairah hingga rela melepaskan motor berharga miliaran rupiah hanya untuk membujuk Alif melepaskan istri pertamanya ini.
Namun jauh dari itu, entah oleh karena apa pria ini menjadi tidak rela jika harus menyudahi pemandangan ini, pemandangan istri yang menyejukkan hatinya meski tidak ada cinta di sana, bahkan tidak ia rasakan ketika bersama Aisyah. Alif merasa tentram dan ringan bedan hatinya saat mendengar Humairah bicara.
Jika bersama Aisyah, Alif merasa obsesi dan cinta yang menggebu menjadi satu. Lain pula ia rasakan ketika bersama perempuan yang satu ini, perempuan yang dijodohkan oleh ibunya, seorang bidadari yang menyelamatkan hubungannya dengan Aisyah yang tidak memiliki restu dari mamanya, karena Humairah mereka bisa menikah.
Tidakkah terlalu jahat jika ia melakukan hal yang lebih buruk lagi dalam hubungan ini. Kasihan Humairah.
"Mas Alif," panggil Humairah menyadarkan Alif dari lamunan panjangnya.
Lelaki itu hanya bisa tersenyum, "Kau wanita pilihan Humairah," ucap Alif yang tangannya tergerak membelai pipi istrinya ini dengan lembut.
"Tapi sayang sekali, bukan pilihan hatimu," canda Humairah lagi.
Alif tersindir.
"Maafkan aku," jawab Alif pelan.
"Sudah, jangan dipikirkan. Aku hanya bercanda ayo lanjutkan makannya!"
"Aku ingin makan dari tanganmu, boleh?"
Humairah mengembangkan senyumnya yang menampilkan giginya yang berbaris rapi.
"Tentu saja sayang, tunggu ku cuci tangan dulu."
Betapa Humairah bersemangat untuk hal ini, hal sepele namun berarti, sungguh menyenangkan jika bisa melayani suaminya dengan baik seperti malam ini. Perempuan ini selalu optimis atas apa yang telah menimpanya, ia berpikir dengan kesabaran maka ia akan melihat hasilnya nanti.
Bukankah ada pepatah mengatakan bahwa kesabaran akan berbuah manis, Humairah menantikan buah dari kesabaran itu berharap kelak Alif bisa membalas cintanya dengan manis.
Alif merasa berbunga ketika menyantap makan malam dari tangan cantik Humairah, bahkan ia sulit menggambarkan perasaannya saat ini.
Bisa saja Alif hanya belum menyadari arti dari sebuah kata cinta yang selalu ia agungkan atas nama Aisyah selama ini, mungkin juga Alif tidak tahu membedakan antara cinta dan obsesi.
Habis sepiring penuh porsi nasi yang disuapi oleh Humairah, mereka mengobrol ringan tentang kegiatan Humairah sejak selesai magang beberapa hari lalu, cerita tentang skripsi dan rencana Humairah selanjutnya jika lulus nanti.
"Kau mengenal Daffa dari les itu?"
Humairah mengangguk, "Mas Daffa baik padaku, beberapa kali dia membantuku. Dia seorang yang humoris, pandai bernyanyi dan pandai dalam bermain lebih dari satu alat musik, aku mengaguminya ketika dia bernyanyi, aku tidak menyangka dia seorang dokter, dia bahkan lebih cocok untuk menjadi vokalis band atau penyanyi solo pria," puji Humairah tanpa sadar.
Alif menatapnya tajam.
"Maafkan aku, apa aku memujinya berlebihan?"
"Berhenti membicarakan Daffa, kepala ku sakit," ketus Alif kesal.
"Baiklah, jangan bicarakan siapapun jika sedang berdua, begitu?" goda Humairah.
Alif mencium pipi Humairah dengan gemas. Mereka menyudahi acara makan malam.
Sampai pada Alif memeluk istrinya dari belakang saat Humairah mencuci tangannya di wastafel.
"Aku menyayangimu Humairah," ucap Alif berbisik, membuat darah perempuan ini berdesir.
Humairah berbalik badan, senyum selalu menghiasi bibir tipisnya.
"Apa?"
"Aku menyayangimu," jawab Alif lagi.
"Baiklah, hari ini bilang menyayangiku. Aku akan berdoa setiap malam agar besok-besok kau akan bilang mencintaiku," ucap Humairah mengecup pipi Alif dengan mesra.
Alif tidak menjawab lagi, melainkan membalas kecupan pipi Humairah menjadi sebuah ciuman panas.
"Butuh ranjang?" tawar Humairah di sela ciuman mereka.
Alif tersenyum, "Tawaran yang menarik," seringai mesum lelaki berwajah tampan itu.
****
Baca juga, jamin suka deh... baca aja dulu, klo ga suka boleh skip.
"Bodyguardku suamiku"
"Gadis 1 milyar milik tuan muda"
😍😍
Maaf ya ga bisa up gila2annya, aku lagi flu dan batuk. Kepala rasanya mau lepas apalagi kalo bayangin si Alif. Aduh tenggorokan ku kemarau, kering kayak Humairah yang butuh dialiri kasih sayang eak eak 😅😅
fb: nurul wina
ig: @nurul.wina