Bekerja sebagai pelayan di Mansion seorang Mafia???
Grace memutuskan menjadi warga tetap di LA dan bekerja sebagai seorang Maid di sebuah Mansion mewah milik seorang mafia kejam bernama Vincent Douglas. Bukan hanya kejam, pria itu juga haus Seks wow!
Namun siapa sangka kalau Grace pernah bekerja 1 hari untuk berpura-pura menjadi seorang wanita kaya yang bernama Jacqueline serta dibayar dalam jumlah yang cukup dengan syarat berkencan satu malam bersama seorang pria, namun justru itu malah menjeratnya dengan sang Majikannya sendiri, tuanya sendiri yang merupakan seorang Vincent Douglas.
Apakah Grace bisa menyembunyikan wajahnya dari sang tuan saat bekerja? Dia bahkan tidak boleh resign sesuai kontrak kerja.
Mari kita sama-sama berimajinasi ketika warga Indonesia pindah ke luar negeri (〃゚3゚〃)
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMLMM — BAB 27
FAILED AGAIN
Tatapan lekat Vin membuat Grace terbungkam. berulang kali wanita itu mengerjapkan matanya, antara hilang dan muncul, begitulah saat dia melihat ke arah Vincent.
“You made a mistake.” Ucap Vin mengeratkan tangannya sampai Grace semakin mencondongkan tubuhnya hingga menempel ke tubuh Vincent.
Tiba-tiba senyuman terukir di bibir Grace hingga wanita itu tertawa terbahak-bahak sampai mendongak. Melihatnya, Vincent mengerutkan keningnya heran dengan tingkah wanita di depannya itu.
“Kau selalu menggertak musuhmu sehingga mereka takut. Aku takut ketika kau membunuh seseorang dengan kejam! Apa sebutan mu??? Heartless!” ujar Grace mengusap-usap dada Vincent yang masih tertutup kemeja hitamnya.
Manik Vin hanya melirik ke arah pergerakan tangan Grace lalu kembali menatap ke wajah Grace.
“Kau tidak takut?”
Suara tawa Grace berhenti lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Vin. “Tentu saja aku takut!” bisiknya hingga napas nya terasa di kulit Vin.
Pria itu geram sendiri akan tindakan Grace yang terus menggoda birahinya. Namun entah kenapa dia sangat menikmatinya. Sampai Grace bersandar di bahu lebar Vin sehingga bibirnya begitu dekat dengan leher pria itu.
Tak ada penolakan dari Vin, pria itu masih membiarkannya.
“Hhaaaa— aku tidak tahu kenapa aku berimajinasi tentang dirimu?” lirih Grace dengan wajah sendu.
Kini Vin sadar bahwa rupanya Grace menganggapnya hanya bayangan saja. Tangan kiri Grace bergerak menyentuh leher Vin lalu mencium ringan hingga menempel di bibirnya.
Pria itu masih diam. Bukankah itu sama saja kesempatan dalam kesempitan? Ya! Vin membiarkan wanita itu sampai Grace kembali menatapnya lekat. Jujur saja, pesona Vin tak bisa luntur begitu saja dari ingatan Grace juga wanita lain.
Grace bergerak lebih dulu, menempelkan bibirnya ke bibir Vin karena dia penasaran dengan rasa ciuman yang sesungguhnya bukan karena paksaan seperti malam itu.
-‘Dingin dan lembut!’ batin Grace ketika dia berhasil menempelkan bibirnya ke bibir Vin tanpa bergerak.
Hanya ciuman singkat sampai wanita itu kembali melepaskannya. Namun tangan Vincent bergerak cepat menekan tengkuk leher Grace hingga kembali mencium bibir ranumnya, ciuman yang memaksa sampai Grace mencoba menghentikannya namun tak bisa.
Vin memperlembut lumatan nya sehingga wanita itu kembali diam karena menikmatinya. penasaran yang sudah terpenuhi. Grace merangkul leher Vin sehingga ciuman mereka lebih dalam.
Sementara bibir mereka menyatu, kedua tangan Vin mulai bergerak masuk ke kaos Grace, mengusap kulit telanjang wanita itu hingga dia menemukan kain bra yang masih menempel di gundukan seorang wanita.
Terlalu lama bila harus mencari pengait bra, Vin memilih menariknya hingga putus dan kendor. Tangannya yang berurat mulai bergerak intens melingkar hingga menyentuh benda bulat nan kenyal milik Grace. Refleks Grace sedikit membuka bibirnya ketika remasan dia rasakan.
Ciuman mereka berhenti ketika remasan yang Vin berikan begitu kuat sampai-sampai Grace tak bisa berhenti mendesis.
“You like it?” tanya Vin menyeringai licik.
Oh, bagaimana tidak menyukainya. Grace yang tadinya wanita polos tanpa pernah dijamah oleh siapapun hingga Vin datang ke kehidupannya dan merenggut mahkotanya. Kini, Grace menjadi lebih penasaran dengan hubungan seks romantis yang sesungguhnya.
Grace masih mendongak dan menikmati permainan tangan Vincent yang enggan melepaskan dua p*y*d*r*nya. “Ssshhh~ hahhh~” tubuh Grace berasa lemas saat dia mulai terangsang. Namun tiba-tiba Brugg! Grace pingsan dan hampir jatuh kebelakang untungnya Vin langsung menariknya sampai wanita itu lemas di pelukannya.
“Again.” Gumam Vin tak habis pikir. Akhir dari kebersamaan mereka selalu diakhiri dengan Grace pingsan.
Karena pengaruh alkohol wanita itu tak kuat menahan dirinya.
...***...
Di Mansion VincentDo. ketika semua para maid sibuk dengan pekerjaan mereka seperti biasanya. Tapi tidak untuk salah satu maid yang berjalan cepat sambil terus menatap ke sekitarnya dengan waspada.
Sia— maid berkulit cokelat dengan rambut cokelat itu tengah bersembunyi, tepatnya di halaman belakang Mansion yang tak ada penjaga di sana.
[“Halo?”] panggil Sia berbisik agar tak ada yang mengetahuinya.
Ya! Ada seseorang yang dia ajak bicara di balik ponselnya. Terlihat wajah Sia sangat serius hingga sedikit marah.
[“Aku sedang berusaha. Ini tidak mudah, lagipula dia juga akan mengerti.”] Ucap Sia kesal namun masih bisa menjaga suaranya agar tetap pelan.
Sementara di dalam Mansion. Maida masih mengamati pekerjaan yang para maid lakukan. Hingga ia beralih menatap ke arah maid yang sibuk mengobrol tanpa fokus.
“Hei! Lakukan pekerjaan dengan benar.” Tegas Maida.
Tak berselang lama, Maida menoleh ke arah kanan dan melihat Sia baru saja tiba dengan wajah sedikit gugup. Melihat tatapan Maida tentu saja dia semakin salah tingkah. “Maaf.” pamit Sia yang langsung melanjutkan pekerjaannya. Namun Maida masih menatapnya penuh tanda tanya
.
.
.
Pria dengan kemeja hitam itu baru saja membaringkan tubuh Grace di atas sofa, memandanginya sejenak lalu beranjak dari tempat itu. Dia tidak keluar melainkan melihat-lihat isi dalam rumah minimalis yang banyak sekali orang-orang idamkan dibanding rumah mewah seperti Mansion nya.
Sampai langkah Vin berhenti ketika dia melihat foto keluarga Grace. Ciiiittttt..... Bruakkk!! Suara-suara gaduh itu mengingatkan Vin lagi.
Dertt! Dertt!! Hingga dering ponsel membuat Vin langsung meraih ponselnya dalam saku celananya. Sangat aneh jika seorang mafia mengantongi ponsel di saku celana, namun Vin hanya mengenakan kemeja saja.
[“What?”] tanya Vin seraya mengutak-atik wadah vas kecil tanpa bunga dengan warna ungu muda yang terlihat mengkilat.
[“Bos. Tuan Rocco membuat gaduh di casino Anda! Dia menunggu Anda di sana, jika tidak maka Casino akan dibakar.” ] Jelas Jack.
Tangan Vin langsung meremas kuat vas tadi hingga meletakkannya kasar. [“Katakan padanya, aku akan datang.”] Ucap Vin sembari berjalan keluar sambil mematikan panggilan tersebut sampai ia berhenti dan menoleh ke arah sofa.
Grace masih ada di sana.
Vincent memilih pergi karena dia bisa mengurus wanita itu lagi nanti, toh tidak akan sulit mengurusnya bahkan untuk mencarinya pun tak akan sulit bagi seorang Vin.
Dengan marah yang tertahan, pria itu berjalan ke arah mobilnya. Dia tak akan melepaskan siapapun yang berani menyentuh bisnisnya, jika itu terjadi maka jangan katakan kalau Vin tak punya hati ketika dia menyiksa musuhnya.
...***...
Langit semakin gelap. Matahari berganti bulan, seorang wanita cantik berambut panjang dengan bibir merah merona tipisnya, tengah bersiap mandi dan berendam air di bathtub yang penuh lilin.
Di saat semua pekerjaan selesai. Wanita itu berjalan dengan kaki jenjangnya, bertelanjang bulat dengan rambut tergerai sambil menikmati wine dan mulai masuk ke bathtub.
“Haaah— I like it!” lirih wanita itu tersenyum penuh kepuasan saat dia bisa berendam di kamar mandi milik Vincent Douglas saat semuanya tak ada yang curiga dengan keberadaannya.
Wanita itu meniup lilin yang ia raih, lalu menatapnya tajam. “Sekarang semuanya akan dimulai!” ucapnya tersenyum miring.
Bruak!! Pintu dibuka dengan sangat kasar hingga wanita tadi menoleh marah ketika melihat sosok wanita yang lebih tua darinya menghancurkan ketenangannya.