Naina Nurannisa seorang wanita cantik dan pekerja keras
Naina berasal dari keluarga sederhana,dia dinikahi oleh seorang Pria tampan dan mapan dari keluarga berada benama Al-Bara Adhitama Rahardian di Rahardian group
Naina dan Al-Bara saat Naina baru berusia 19 Tahun dan Bara berusia 22 tahun saat Naina bekerja sebagai seorang office girl atau cleaning service di perusahaan Papi Bara
awalnya mami Bara tidak setuju karena Naina tidak sederajat dengan mereka namun Bara tetap pada pendiriannya mau menikahi Naina karena sudah benar-benar jatuh cinta pada gadis cantik nan polos itu
awal pernikahan mereka Naina sangat bahagia karena Bara memperlakukannya sangat manis ditambah saat Naina melahirkan putra pertamanya
Azka Adithama Rahardian mereka terlihat sangat menyayangi Azka
Tuan Abraham Papi Bara sangat menyayangi cucu pertamanya itu namun berbeda dengan Nyonya Dianra Mami Bara tidak begitu antusias dengan cucunya dan masih tidak menyukai Naina
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummy phuji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 pasrah pada takdir
POV Author
setelah pulang dari kampung Naina sna dan pertemuannya dengan pak Sofyan pengacara keluarga mereka Bara memerintahkan Damar dan Leo mencari keberadaan mantan Istrinya dan juga anak-anaknya
tanpa membutuhkan waktu lama mereka sudah tau dimana Naina dan Anak-anaknya tinggal karena Damar memiliki informan
"mereka tinggal disebuah kontrakan tuan,dan bu Naina bekerja sebagai tukang masak si rumah makan sederhana milik Bu Yana"ucap informan mereka melaporkan hasil temuannya
"didaerah mana mereka tinggal ?!"tanya Bara
"mereka tinggal di pemukiman penduduk asli beberapa kompleks dari tempat tinggal anda Tuan tepatnya dekat lapangan olahraga daerah tempat tinggal tuan, Bu Naina sepertinya memilih tinggal di daerah itu karena sangat dekat dengan sekolah putra-putra ruan "jawab informan itu lagi
"baiklah terima kasih atas informasinya dan nanti Damar yang akan mengurus bayaranmu!"ucap bara para orang itu
informan itu pun meninggalkan kantor Bara
"damar kiriman surat cerai ini beserta amplop ini pada Naina"
"baik bos"jawab Damar meraih Amplop coklat yang berisi surat dari pengadilan agama yang dibawa oleh pak Sofyan tadi dan sebuah amplop putih yang berisikan buku rekening bank dan kartu ATM atas nama Naina
setelah Damar meninggalkan ruangannya disusul oleh leo karena sudah tidak ada yang harus di sampaikannya kepada Bosnya itu atau pun dikerjakannya
Bara menutup wajahnya dengan tangannya dan menangis tersedu-sedu
bara merasa hatinya tersayat sembilu saat mengingat jika dirinya sudah menandatangani berkas-berkas perceraiannya dengan wanita yang sangat dicintainya demi menuruti ke egoisan maminya
"maaf kan mas Naina hiks hiks hiks "
"mas terlalu pengecut dan tidak bisa melindungi kalian tapi saya sangat mencintai dan menyayangi kalian "ucap Bara dalam tangisannya
jika ada yang mendengar tangisannya yang begitu menyayat hati pasti orang yang mendengarnya juga akan ikut menangis
setelah puas menangis meluapkan segala sesuatu yang mengganjal dihatinya,Bara beranjak dari duduknya dan menuju toilet yang ada didalam ruangan pribadinya untuk membasuh wajahnya yang kusut setelah menangis
setelah merasa sedikit lega Bara melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda
di tempat lain
Damar menyuruh sekretarisnya untuk mengantarkan surat dari pengadilan pada Mantan istri Bosnya
Damar tidak mengantarkan langsung karena banyak pekerjaan yang harus segera di selesaikannya
Dirumah Naina
Sari dan adiknya siti sedang mengemas kue pesanan Susi yang akan diambil sebentar lagi
Naina yang semakin sulit bergerak dengan kehamilannya kali ini karena kata dokter anak Naina sangat sehat sehingga berat badannya sudah lebih dari dua kilogram
Naina yang sedang menunggu kue terakhirnya yang masih diatas oven tiba-tiba saja adik bungsu sari datang menemui Naina yang sedang berada di bangunan sebelah toko bude yana khusus untuk tempat membuat kue bolu
Naina juga sudah menambah tiga karyawan untuk melayani pembeli dan juga bagian bertugas di bagian kasir sedangkan sari dan siti khusus untuk membuat kue karena Naina sudah mengajarkan mereka cara membuat kue bolunya
Naina membangun sebuah ruangan di samping toko Bude Yana atas izin pakde Rojak dan Bude yana tentunya
karena jika Naina membuat kue didalam toko maka pembeli akan berdesak-desakan karena bangku tidaklah cukup untuk para pembeli
pintu belakang toko juga diberi dinding dari papan sebagai pembatas yang terhubung langsung dengan ruangan yang baru jadi ruangan baru berbentuk L jadi pintu belakang toko semakin dekat dengan teras rumah Bude yana
pakde Rojak juga membuatkan Naina Dapur hingga semua kegiatan masak memasak Naina dilakukan dbangunan baru itu mempermudah untuk Naina memasak karena Naina menambah menu sarapannya yaitu Nasi goreng
walaupun perut Naina kini semakin membuncit tak menyurutkan semangat Niana untuk berjualan
pelanggannya pun semakin banyak
bahkan Ada pesanan dari Clarissa yang sudah menjadi pelanggan tetap bahkan Clarissa menjadi reseller untuk Naina
Clarissa menerima pesanan dari teman-teman kuliahnya,baik berbagai macam sarapan maupun kue dan kopi
setiap hari Clarissa mengambil pesanannya dengan menggunakan mobilnya lalu membawa kekampusnya
Naina memberikan harga reseller pada Clarissa dan Clarissa menjualnya diatas harga karena Clarissa memakai sistem ongkir untuk teman-temannya
bahkan kakak Clarissa menjadi pelanggan tetapnya setiap hari wajib ada sarapan dari toko Naina
"ada Apa Sania !?"tanya Naina pada adik bungsu sari itu
"itu bu ada mas-mas dan mbak-mbaknya yang nyariin ibu katanya ada perlu sama ibu"ucap Sania
"ya sudah,sar ibu kedepan dulu ya "ucapku pada aari
"iya bu"jawab sari
saat sampai ditoko,memang benar ada dua orang pria dan wanita yang sudah di jamu dengan kopi dan kue khusus untuk tester dan mereka duduk di meja yang ada di teras toko
"maaf mas mbak,ada apa ya cari Saya " tanya Naina
"oh dengan bu Naina ya!?" tanya Sofia sekretaris Damar
"iya benar mbak ada Apa ya !?"jawab Naina
"oh ini bu titipan dari pak Bara "ucap Sofia menyerahkan dua amplop yang di bawanya
"ini apa ya mbak !?"tanya Naina
"oh kalau itu kami juga tidak tau bu,kami hanya menjalankan tugas "ucap Sofia
"oh begitu ya mbak !!?"ucap Naina
"iya bu"jawab Sofia lagi
"oh iya bu kami mau pesan kopinya sama kue bolunya "ucap Sofia
"oh boleh-boleh "jawab Naina
"Rahma tolong layani mbak dan mas ini ya, mereka mau pesan kopi dan kue bolunya "ucap Naina pada karyawannya
"oh iya Bu "jawab Rahma
"mari mbak mas silahkan mau pesan yang mana"ucap Rahma ramah
"oh iya mbak"jawab sofia
"silahkan ya mbak saya pamit kedalam dulu "ucap Naina pada Sofia
"iya bu Naina silahkan "jawab Sofia
Naina pun kembali kedalam tapi sebelumnya dia membuka amplop coklat terlebih dahulu karena rasa penasarannya
degg
"ternyata mas Bara benar-benar sudah membuang Kami, baiklah mas jika itu yang kamu inginkan,saya dan anak-anakmu sudah terbiasa tanpamu "ucap Naina dalam hatinya
Tanpa berfikir panjang Naina langsung menanda tangani surat cerai itu dan membawanya kembali kedepan dimana sofia masih ada disana menunggu pesanannya
"oh iya mbak,ini suratnya, sampaikan ucapan terimakasih saya pada pak bara "ucap Naina menahan rasa sesak di dadanya
Naina merasakan sakit dihatinya karena bukan hanya diceraikan suaminya secara agama tapi sebentar lagi akan resmi bercerai secara negara dan Naina sah menjadi singgel parents
"oh sudah ditanda tangani ya bu!?"jawab Sofia
"iya mbak"sahut Naina
"oh iya sebentar ya mbak"ucap Naina lagi lalu naina melangkah masuk ke dalam dan memasukkan beberapa jenis kue bolu
Naina kembali menemui Sofia dengan dua buah paper bag ditangannya
"mbak saya minta tolong berikan ini pada pak Bara dan pak Damar ya sampai kan juga ucapan terima kasih ku"ucap Naina dengan suara bergetar
"baik bu saya akan sampaikan,kalau begitu kami pamit dulu bu karena masih banyak pekerjaan yang harus kami selesaikan"jawab sofia
"iya mbak, sekali lagi terimakasih banyak ya "ucap Naina
"iya bu sama-sama "jawab sofia
setelah berpamitan Sofia dan pacarnya meninggalkan toko Naina kembali kekantor nya
sedangkan Naina kembali menyibukkan dirinya dengan pesanan-pesanan pelanggannya agar bisa melupakan kesedihannya
Naina berusaha untuk menahan air matanya agar tidak keluar
naina sudah pasrah pada takdir hidupnya dan yang terpenting dalam hidupnya sekarang adalah berjuang agar bisa membesarkan anak-anaknya dengan kehidupan yang jauh lebih baik
Naina