Felix yang tidak memiliki keluarga, teman dan uang suatu hari harus lepas dari panti asuhan karena telah menginjak umur 17 tahun. Ia hanyalah anak muda yang tidak begitu memahami dunia luar, masih naif dan juga lemah.
Suatu saat, ia menemukan sebuah ponsel pintar aneh yang entah dijatuhkan oleh siapa. Dan dari ponsel itu terdapat misi-misi aneh yang benar-benar memberinya hadiah dan membimbingnya menjadi ‘pangeran tampan dan sukses’ seperti yang dijanjikan.
Ting!
----
MISI KHUSUS:
Selamatkan seorang gadis yang kesusahan!
Hadiah: uang tunai sebesar sepuluh juta
----
Ting!
----
MISI KHUSUS:
Beli seribu koin funzone, dan dapatkan hadiah dengan semua koin itu!
Hadiah: mendapatkan satu unit apartemen di ‘BluePearl’ seharga 10 miliar
----
Berasal dari manakah sistem tersebut??
Baca juga:
sistem pemburu penjinak monster
Sistem kekayaan hukuman
reinkarnasi Menjadi Pangeran Terbuang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dee hwang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendatangi apartemen mewah
.
.
Dari yang Felix dengar, sepertinya Buk Min sedang bertelfon dengan anaknya, sepertinya anak Buk Min sedang membutuhkan uang.
“Uang sepuluh juta? Dari mana Ibuk dapat uang sebanyak itu nak? Kalau lima juta Ibuk masih ada – ya ampun.. kamu lebih memilih Ibuk hutang di rentenir? Ya sudah pokoknya Ibuk usahakan.. hari ini juga?? Astaga Rin..”
Felix menghela nafas lelah, dia tidak mengerti masalah anaknya Buk Min yang bernama Rin tadi, tapi kok Felix jadi kesal ya? Bisa-bisanya dia merepotkan Ibunya yang sudah tua dan mendesak Ibunya untuk mengirimkan uang.
Kasihan Buk Min.
Buk Min yang selesai bertelfon dengan anaknya kini duduk di kursi dengan lesu, jadi Felix langsung menemuinya.
“Buk.. totalnya berapa?” tanya Felix
“Eh, nak ganteng.. semuanya 200 ribu nak, nak ganteng ini baru ya disini?” tanya Buk Min
Felix sudah mengeluarkan uang 200 ribu dari saku jaketnya, iya, dia tidak membawa dompet. Yang Felix bawa hanya uang 300 ribu dan ponsel saja.
“Ini uangnya Buk, iya saya baru pindah disini... nama saya Felix. Maaf karena saya lancang, tapi.. saya mendengar percakapan Buk Min dengan anaknya barusan”
Buk Min tersenyum lemah pada Felix “Anak Ibuk kuliah di kota sebelah.. dia butuh uang hari ini juga katanya, tapi dari mana dapat uang uang sebanyak itu? Ibuk gak mau hutang di rentenir atau bank.. soalnya repot”
Felix mengangguk-angguk mengerti “Memangnya Buk Min gak ada sesuatu untuk dijual?”
Buk Min terlihat berpikir “Apa ya? Sekarang jual barang juga gak mudah.. kalo online online Ibuk gak ngerti juga, Ibuk cuma punya sepeda mini, masih baru belum di pake.. itu juga si Rina yang
dulu beli tapi malah sekarang gak butuh lagi, padahal belinya dulu sekitar tujuh jutaan”
Sepeda mini harganya sampai tujuh juta? Felix yang tidak pernah membeli sepeda cukup terkejut mendengarnya.
“Wah kebetulan saya butuh sepeda, biar saya saja yang beli buk”
Mendengar itu Buk Min terkejut “Eh? Nak Pilik serius?”
Felix hanya bisa pasrah namanya berubah menjadi Pilik, untung saja Handika dan yang lain masih sibuk makan sambil ngobrol, kalau tidak bisa ditertawakan dia.
“Serius Buk.. dari pada gak kepake, mending saya beli aja”
“Alhamdulillah... tapi karena udah pernah dipake harganya ibuk potong jadi setengahnya aja ya?”
“Biar saya beli tujuh juta, saya akan langsung kirim ke rekening Buk Min”
Buk Min yang mengerti jika Felix serius membeli sepedanya, akhirnya bangkit berdiri “Bagaimana jika lihat sepedanya dulu nak?”
“Oh, boleh kok”
Ternyata sepedanya masih bagus, seperti masih baru... sepeda mini dengan warna biru muda. Sebenarnya lebih cocok untuk perempuan.
Tapi demi membantu Buk Min, tidak apa Felix membelinya.
Felix akan memakainya untuk pergi melihat apartemen baru nanti.
***
Felix sudah berada di depan gedung apartemen Bluepearl sambil menaiki sepedanya. Tidak ia hiraukan pandangan-pandangan orang-orang kepo disekitarnya. Mungkin mereka heran melihat bocah SMA mendatangi apartemen mewah dengan sepeda mini.
Setelah turun dari sepedanya, dia langsung didatangi keamanan.
“Adek bisa parkir sepeda di sebelah sana” keamanan itu menunjukkan parkir khusus sepeda yang rata-rata sepeda di parkiran itu terlihat mahal semua, mungkin lebih mahal lagi dari sepeda yang Felix punya.
“Pak, saya kemari ingin melihat-lihat apartemen yang baru saya beli kemarin” kata Felix
“Boleh lihat kuncinya?” tanya keamanan itu.
Felix membuka ransel yang ia kenakan dan mengeluarkan kunci apartemen yang sepertinya agak khusus, karena memiliki
gantungan kunci dengan logo BluePearl.
Setelah melihat kunci itu keamanan mengerti, dia segera membantu Felix memarkirkan sepedanya di tempat aman lalu mengantarnya sampai bertemu seseorang.
“Oh, ini tuan yang membeli apartemen kemarin? Atas nama Felix, benar?”
“Benar”
“Mari ikut saya”
Perempuan cantik yang mengantarnya selalu tersenyum dan memperlakukan Felix dengan baik, mungkin karena Felix membeli salah satu unit termahal disini.
Apartemen Felix berada di lantai sepuluh.
“Apartemen bisa dibuka menggunakan sidik jari, password atau kunci biasa. Karena belum disesuaikan, tuan Felix bisa menyesuaikannya hari ini”
Akhirnya Felix memilih untuk mengatur password saja untuk kunci apartemen, setelahnya ia melihat ke dalam apartemen.
Ternyata benar, pemandangan dari atas sini indah sekali.
Kamarnya juga sangat luas, fasilitasnya lengkap bahkan jacuzzinya juga terlihat mewah.
Felix tidak percaya semua itu sekarang jadi miliknya.
“Apartemen ini dilengkapi beberapa fasilitas, jika tuan Felix ingin berkeliling, saya akan menemani tuan Felix” usul perempuan cantik itu.
Felix mengangguk antusias “Aku ingin melihatnya”
“Baik, silahkan ikuti saya tuan”
Felixpun mengikuti perempuan itu untuk melihat-lihat fasilitas yang ada, sampai sesosok yang familiar berjalan mendekat padanya.
Apa ini seperti takdir? Bagaimana bisa kebetulan ada Lianna juga disini? Beda dengan di rumah sakit yang membawa bodyguard, saat ini Lianna sendirian.
“Felix..”
“Selamat siang nona..” perempuan yang mengantar Felix membungkukkan badannya sedikit untuk menghormat pada Lianna. Dari
sini saja, Felix bisa merasakan aura kekuasaan Lianna yang begitu kuat.
“Selamat siang..”
“Lianna, kenapa kamu bisa disini?” tanya Felix penasaran, Lianna menatap Felix bingung “Harusnya aku yang bertanya seperti itu, kenapa bocah sepertimu bisa disini juga?”
“Ku pikir kita seumuran.. jangan panggil aku bocah, aku disini karena baru membeli apartemen” Felix menunjukkan kunci apartemennya.
“Simpan kunci itu dengan baik, kalau hilang bisa bahaya. Dan kamu –” Lianna kembali menatap perempuan tadi “kamu bisa pergi, aku akan menemani Felix disini”
“Baik nona Lianna”
Perempuan itu menghormat lagi pada Lianna sebelum pergi.
“Ayo ke green house” ajak Lianna, Felixpun hanya pasrah dan mengikutinya saja.
“Aku bisa disini karena gedung apartemen ini milik kakakku, dia juga punya satu unit disini, aku juga diberi satu unit.. juga dilantai sepuluh, lalu dari yang ku dengar Jini, Danny dan
Fabian juga punya, aku aku belum memeriksa punya mereka di lantai mana” kata Lianna.
“Kalian sudah punya rumah sendiri, untuk apa membeli apartemen?” tanya Felix, ia tidak mengerti anak-anak orang kaya ini, mereka sudah punya rumah mewah yang besar dan nyaman, tapi masih membeli apartemen sendiri? Dan dengan nama mereka sendiri pula.
“Untuk investasi? Kau tau apartemen ini baru selesai dibangun tahun ini kan? Tapi, apartemen ini banyak sekali peminatnya, harga jualnya juga akan naik setiap tahunnya. Karena itu banyak yang membeli hanya untuk dijual lagi dengan harga yang lebih tinggi” jelas Lianna.
“Ah, begitu..” Felix yang sudah sejak kecil jadi orang miskin baru mengerti sekarang kenapa orang-orang kaya sering membeli gedung atau apartemen atau hunian baru, dan bukannya bangkrut mereka malah makin kaya.
Kalau orang miskin sepertinya membeli rumah baru padahal masih punya rumah seperti buang-buang uang saja.
Mindset orang miskin dan kaya memang berbeda.
“Jadi maksudmu apartemen ini punya L.I Company?” tanya Felix lagi
“Hmm, bisa dibilang.. anak perusahaan? Karena yang memiliki murni kakakku, yah.. meski masih memiliki hubungan dengan L.I Company – kita tidak perlu membicarakan itu, bicarakan
sesuatu seperti anak remaja kebanyakan”
“Kalau begitu, aku tidak tau harus membicarakan apa”
“Biasanya kau membicarakan apa dengan
temanmu?”
Felix terdiam berpikir, apa yang biasanya dia bicarakan dengan temannya? Dulu sebelum pindah kemari, Felix jarang punya teman apalagi untuk mengobrol banyak hal. Dia hanya dekat dengan anak-anak panti lainnya, itupun mereka seringnya hanya main, atau bercanda, atau membicarakan kartun, anime, game.
“Apa kau jarang mengobrol? Kau terlihat cukup pendiam.. baiklah, bicarakan apa saja boleh” kata Lianna, dia tersenyum manis, senyum yang sangat cantik hingga tanpa sadar Felix telah terpesona.
Dengan menaiki lift, mereka telah sampai di lantai 15.
Lianna sangat bersemangat, dia bahkan menarik lengan Felix agar berjalan cepat menuju green house.
.
.