Sistem Kekayaan Warisan Keluarga
.
.
Graham Group merupakan perusahaan besar milik keluarga Graham yang merupakan salah satu dari sepuluh keluarga terkaya di negara ini. Bagi mereka, menggusur sebuah panti asuhan untuk dijadikan pabrik cabang baru mereka bukanlah hal yang besar, itu hanya seperti membeli permen bagi mereka.
Namun, hal itu adalah hal yang sangat besar bagi Felix. Panti asuhan itu merupakan rumah untuknya, satu-satunya tempat dia merasa memiliki keluarga. Namun... semua itu telah dihancurkan oleh perusahaan besar tersebut.
Anak yang masih 17 tahun kebawah akan dipindahkan ke panti lain, begitupun dengan pengurus panti, mereka dibolehkan pindah atau berhenti, dan tentu saja perusahaan itu memberi pesangon bagi mereka.
Lalu, bagi Felix yang baru saja menginjak usia 17 tahun, dia harus pergi dan mencari kehidupan sendiri, dia pun dibekali uang lima juta.
Lima juta itu kelihatannya saja banyak, tapi sebenarnya sangat sedikit. Felix masih SMA, dia masih harus melanjutkan sekolahnya. Memang sekolahnya sudah dibiayai yayasan di panti asuhannya dahulu sampai nanti dia lulus.
Namun, karena sekarang dia masih kelas dua SMA atau kelas sebelas, dia juga harus mencari tempat tinggal sendiri atau kos-kosan. Biaya kos perbulan paling murah mungkin lima ratus ribu? Kalau ada yang di bawahnya palingan kosnya tidak terawat atau kecil.
Satu tahun ada dua belas bulan, berarti Felix harus membayar biaya kos sekitar 12 jutaan untuk dua tahun nanti bukan? Belum lagi biaya lainnya seperti makan, beli pulsa, keperluan sekolah.
Lalu malah dari yang Felix dengar, mencari kos yang dekat dengan sekolah biayanya tambah mahal. Felix tau dia tidak sanggup... apa dia harus mencari pekerjaan? Tapi pekerjaan apa yang bisa dikerjakan anak SMA seperti dia? Walaupun ada palingan gajinya tidak seberapa.
Felix dilanda kegalauan saat ini, jadi ia masih belum pergi dari depan gerbang panti yang mau dihancurkan dalam beberapa hari ke depan itu, membawa koper besar berisi baju dan buku
pelajarannya.
TAP
Pemuda itu berjengit tatkala merasa pundaknya ditepuk dari belakang, setelah dia berbalik, terlihat seorang wanita cantik dengan senyuman yang indah.
Namanya Nana, biasanya Felix memanggilnya mbak Nana. Nana ini masih berumur dua puluh empat tahun, selesai kuliah dia langsung membantu di panti ini alih-alih mencari pekerjaan. Padahal dari yang Felix tau, banyak perusahaan yang siap menerima Nana sebagai karyawannya. Karena Nana memang terkenal dulu di kampusnya dan lagi dia sangat cantik, dia juga di kejar banyak pria berduit.
Nana ini adalah salah satu pengurus panti yang tidak mau pindah, dia berhenti dan Felix menebak mungkin akhirnya Nana ingin membuka usaha atau menerima kerja di salah satu perusahaan yang menawarinya itu.
“Felix satu-satunya yang berumur 17 bukan?” tanya Nana, Felix hanya mengangguk untuk menjawabnya, namun senyum Nana semakin lebar melihat anggukan itu.
“Mbak tau Felix bingung saat ini, meski sudah berumur 17 tapi menurut mbak, Felix tetap anak yang masih dibawah umur”
Felix tersenyum kecut mendengarnya, dia sendiri masih merasa butuh bimbingan, namun perusahaan sialan itu tidak berpikir demikian, buktinya dia diusir begitu saja.
“Gak apa-apa mbak, Felix akan cari cara bertahan hidup sendiri, gak usah khawatir” mendengar ucapan itu keluar dari mulut Felix, Nana tertawa, suara tawa yang merdu hingga Felix merasa sejuk mendengarnya.
“Gak usah khawatir gimana Lix? Kamu masih mondar-mandir disini berarti belum tau mau kemana kan?”
Felix benci mengakuinya, tapi mau bagaimana lagi? Nana benar.
Nana melanjutkan “Gak apa Lix, mbak ngerti.. karena itu, mbak ingin menawarkan bantuan, mau?”
Sedikit harapan muncul rupanya, Felix tersenyum lebar lalu mengangguk cepat.
“Eh, tapi – bantuan apa ya mbak?”
“Aku mau pulang ke rumah orangtua, dan disana rumah kami dekat dengan SMA yang bagus, dan lagi ortunya mbak
membuka kos-kosan juga, kos cowok.. jadi kamu bisa tinggal disana sambil sekolah. Untuk sekolahmu juga biar mbak yang urus, biaya yang sudah dibayar juga bisa dipindah”
Felix berpikir sejenak sebelum kembali bertanya “Lalu biaya kosnya mahal gak mbak?”
Nana tertawa lagi lalu menggeleng “Tenang aja Lix, mbak udah ngomong sama ortunya mbak, mereka mau bantuin kamu juga, jadi kos buat kamu gratis, tapi tinggal makannya aja, gak apa-apa kan?”
Felix merasa terharu mendengarnya, ternyata di dunia ini ada juga orang yang baik seperti Nana, udah cantik jelita, pintar, sopan santun.. hatinya baik pula. Beruntung banget jodohnya di masa
depan.
“Tapi emang gak apa-apa di gratisin biaya kosnya? Gak ngrepotin?”
“Kamu ngomong apa sih Lix? Sebenernya
gak gratis sih masih ada syaratnya”
Felix meneguk ludahnya kasar, kalau syaratnya dia harus kerja di rumah itu jadi pembantu dia rela! Asal dia punya tempat tinggal gratis dan ada orang dewasa yang mengawasinya.
Dengan yakin Felixpun menganggukkan kepalanya “Siap mbak! Aku rela kerja disana”
Mendengar itu kembali tertawa, membuat Felix mengerutkan dahinya bingung.
“Felix.. Felix.. kamu lucu banget sih, siapa yang nyuruh kamu kerja? Syaratnya itu, kamu hanya harus rajin belajar dan lulus dengan nilai baik”
Kalau Felix perempuan, dia pasti sudah menangis keras saking terharunya, Nana dan keluarganya baik sekali ternyata.
Setelahnya, Felix dan Nana pun pergi dengan mobil milik Nana, menuju pusat kota tempat Nana tinggal.
Sepanjang perjalanan, senyum merekah tidak kunjung luntur dari bibir Felix. Dia pindah ke pusat kota, dan akan masuk sekolah baru! Itu artinya, kehidupan barunya akan segera dimulai.
Sejak kecil, Felix tak mempunyai orangtua. Dia sudah di masukkan panti saat dia berumur dua tahunan. Satu-satunya yang dia punya adalah akte kelahirannya, yang di dalamnya tertulis
nama kedua orangtuanya. Namun, tidak ada yang mengenal orangtuanya siapa.
Kata ibu panti yang dulu menerima Felix, dulu Felix hanya tiba-tiba berada di depan pintu dengan mengenakan ransel kecil, itu saja.
Saat ini Felix sudah tidak penasaran lagi dengan siapa keluarganya, mereka pasti sengaja membuangnya, pasti mereka punya alasan juga untuk itu. Tapi Felix sudah tidak peduli, hidup sendirian juga tidak masalah, toh masih banyak orang baik yang peduli dengannya disini... seperti Nana.
Akan tetapi, Felix berbohong jika bilang merasa tidak iri melihat sebuah keluarga bahagia. Dan mungkin nanti, dia juga akan iri melihat Nana bersama kedua orangtuanya.
Tapi tak apa, dia sudah 17 tahun, dia tidak butuh keluarga lagi bukan?
Mobil Nana kini telah memasuki pusat kota, hiruk-pikuk perkotaan terlihat sangat menyesakkan. Semuanya sibuk sendiri
dan memiliki urusan sendiri-sendiri.
Felix menatap gedung-gedung pencakar langit, pertokoan mewah, rumah-rumah besar, mall... dia berpikir, itu bukan dunianya.
Dia hanyalah seorang remaja miskin yang tak memiliki apapun, tak punya orangtua, teman, uang... dan bahkan mimpi.
Benar, Felix tak memiliki mimpi.
Paling tidak, untuk saat ini.
Mobil Nana berhenti di depan rumah minimalis, lalu masuk ke halamannya.
“Kamu lihat rumah di depan itu Lix?”
tanya Nana setelah mereka keluar dari mobil, Felix berbalik, melihat rumah besar didepan yang memiliki spanduk kecil dengan tulisan ‘menerima kos pria’
Felix kembali menoleh pada Nana dan mengangguk.
“Kamu akan tinggal disana, tapi setiap pagi kemari untuk sarapan ya? Oh, tapi hari ini masuk ke rumah dulu, ketemu mama sama papa”
Setelah mengeluarkan koper Felix dari
bagasi mobil, merekapun masuk rumah, mereka langsung disambut oleh seorang wanita
paruh baya yang masih terlihat cantik.
“Ini nak Felix ya? Aduh, gantengnya..
kalo tau Felix ganteng gini harusnya mama adopsi felix biar jadi adeknya Nana, kan lumayan mama punya anak ganteng..” ujar mamanya Nana.
“Hehe, bibi bisa aja” balas Felix malu-malu,
jarang sekali ada seseorang memujinya ganteng begini. Boro-boro muji, dekat-dekat dengan Felix saja mereka malas, hanya jika ada butuhnya saja. Karena itu, Felix tak punya teman.. dia sering jadi bahan bullyan juga di
sekolah lama.
“Ayo masuk nak, pasti laper kan? Mama udah siapin makan malem buat Felix, oh iya.. panggil mama aja ya? Biar akrab” Mama menggiring Felix menuju ruang makan.
“Mama, kok cuma Felix sih? Anak mama
kan Nana” Nana pura-pura cemberut sambil menyilangkan tangan di dada, baru kali ini
Felix melihat Nana seperti itu.
“Enggak, anak mama sekarang Felix, Felix suka ayam geprek gak?”
Nana hanya tertawa melihat mamanya sangat bersemangat seperti itu, maklum saja, sudah lama mamanya itu menginginkan anak laki-laki, karena satu-satunya anak mereka ya cuma Nana.
“Felix makan yang banyak ya, biar gede” ucap Nana setelah bergabung makan dengan Felix.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
Anonymous
k
2024-12-06
0
Anonymous
keren
2024-11-03
0
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу᭄
. ..
2024-10-17
0