~ Zifara Meisha Rabbah ~
" Hidup ini harus berdasarkan keyakinan bukan? bagaimana bisa aku yang seorang putri seorang Pendakwah kondang tak memakai hijab??? tidak hanya satu kali dua kali Ummi dan Abi mengingatkanku namun aku tetap merasa belum yakin akan sebuah hijab.
sehingga suatu hari Abi menjodohkanku dengan salah satu jamaahnya dari kesatuan tempat militer di mana Abi berceramah. Dari sanalah aku mengenal Ahmad Sulaiman Al Faroby. Dia mulai membuatku berubah namun dengan proses tak mudah tentunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernahkah jatuh cinta???
Belum saatnya aku mengatakan.
Ahmad hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. Sejujurnya dia ingin menceritakan sesuatu namun tidak hari ini.
" Akan ku katakan hal itu di waktu dan tempat yang benar Dokter Zifa tidak hari ini. Kamu bahkan juga belum mengatakannya walau aku beberapa kali menggodamu," jawab Ahmad dengan spontan. Merona gak tuh pipi Zifa kala Ahmad mengatakan hal itu.
" A ... Aku bukan seperti itu. Tapi ... " Zifa lagi - lagi di buat gugup oleh suaminya itu.
" Sudahlah! Istirahat siang saja. Atau mau aku tinggal keluar menemui saudara - saudaramu? Biar kamu bisa istirahat," jawab Ahmad. Dia khawatir Zifa belum terbiasa ada orang lain di kamarnya.
" Di sini saja tidak perlu ke mana - mana," ucapnya kemudian merebahkan tubuhnya setelah tadi bersandar di head board.
Ahmad menatap istrinya yang sudah memejamkan mata. Tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini tapi jujur Ahmad sangat bahagia. Tak berselang lama ponselnya itu berdering ada nama Aisyah di sana.
" Ya ... Aisyah! Ada apa?" tanya Ahmad mengangkat panggilan telponnya.
" Apa yang kamu lakukan padaku kak! Kamu tahu aku mencintaimu dan berusaha memantaskan diri menjadi istrimu. Tapi kenapa kamu menikahi perempuan lain di saat aku sedang mengambil pendidikan di Yaman," tangisan Aisyah pecah kala itu.
Zifa memang memejamkan mata tapi telinganya itu masih aktif mendengarkan. Dia mendengar suara perempuan menangis di panggilan seluler suaminya.
Siapa dia? Kenapa seperti ada suara tangisan?? Apakah dia pernah jatuh cinta sebelumnya??? Dan dia terpaksa menikahiku karena mamanya? Oleh sebab itu dia tak mau mengatakan cinta karena tidak siap??!!!
" Maafkan aku Aisyah. Sebelumnya kita memang belum terikat apapun. Aku hargai kebaikanmu untuk memantaskan diri, percayalah kamu akan menemukan jodoh yang baik pula," jawab Ahmad dengan sangat sopan dan terdengar perhatian.
" Kamu berjanji akan membantuku dan selalu ada untukku kak!" rengeknya.
" Jika aku bisa ... Akan aku bantu," jawabnya ambigu. Ahmad nampak menoleh ke arah sang istri. " Aku tidak seleluasa dulu Aisyah, mengertilah saat ini ada istri di sampingku. Kamu perempuan baik insyaallah memahaminya," lanjut Ahmad dengan penuh hati - hati. Ahmad tahu putri Mayornya ini begitu menaruh harapan besar padanya dirinya. Tapi dia tak bisa kembali seperti dulu.
Saat Ahmad masih mengobrol dengan gadis itu Zifa yang mulai risih itu akhirnya memilih bangun dan mengambil hijabnya. Dia memberikan tanda stop pada Ahmad yang akan mendekatinya.
" Lanjutkan saja! Aku keluar dulu ... " ujarnya dengan dingin. Zifa memilih keluar. Bukan sikap Zifa yang jadi perhatian Ahmad tapi dia memakai hijab saat akan keluar kamar. Itu adalah hal luar biasa. Dia benar - benar mengindahkan ucapannya.
" Harus aku tutup dulu ponselnya, istriku agak merajuk Aisyah. Maaf ... " ucap Ahmad mengakhiri panggilannya.
" Tapi .... " belum selesai Aisyah mengatakan sesuatu. Ahmad sudah salam dan menutup ponselnya itu.
Dia langsung keluar untuk menemukan istrinya. Saat Ahmad melangkah keluar dia melihat Zifa sedang di dapur mengupas buah. Nampaknya dia hendak membuat salad buah. Gadis itu sangat cantik kala berhijab.
" Kak ... Alerginya udah baikan???" inara yang nampak sayang sekali pada kakaknya itu terus saja menanyakan hal itu. Zifa memegang pipi adeknya itu.
" Udah kok Cantik ..." jawab Zifa. " Mau gak? Kakak buat salad nih," Zifa menawari adiknya salad buah. Inara melihat Ahmad di balik pintu tembok dapur yang memperhatikan kakaknya.
" Ah ... Gak deh kak! Abang Ahmad aja tuh ... Kelihatannya dia begitu tidak bisa di tinggal olehmu! Hehehe, dahhh kak ... " adiknya itu pergi dengan tertawa riang. Semua orang juga sedany di depan mempersiapkan acara besok.
" Kenapa sudah selesai? Bukankah ku katakan lanjutkan," ujar Zifa sambil membuat saos saladnya.
" Bagaimana bisa ku lanjutkan jika istriku salah paham seperti ini," jawabnya kemudian mendekati Zifa.
" Makanlah salad ini! Aku mau ke depan dulu ... " ucap zifa membuat Ahmad gemas. Dia menarik pergelangan tangan istrinya.
" Kita ke kamar ... " ajak Ahmad membawa salad buah di tangan satunya dan membawa Zifa bersamanya ke kamar. Zifa mencoba melepaskan tangannya namun cengkraman Ahmad begitu kuat.
Tap.
Tap.
Tap.
( lah .... Udah aku kasih beberapa bab hari ini semoga suka dan dukung author supaya makin semangat nulisnya dan selalu membersamai pembaca )
semangat Nara 💪💪