Callista merupakan salah satu murid yang menjadi korban pem-bully-an. Ternyata dalang dari semua itu adalah Zanetha, adik kesayangannya sendiri. Sampai suatu hari Callista meninggal dibunuh oleh Zanetha. Keajaiban pun terjadi, dia hidup kembali ke satu tahun yang lalu.
Di kehidupan keduanya ini, Callista berubah menjadi orang yang kuat. Dia berjanji akan membalas semua kejahatan Zanetha dan antek-anteknya yang suka melakukan pem-bully-an kepada murid yang lemah.
Selain itu Callista juga akan mencari orang tua kandungnya karena keluarga Owen yang selama ini menjadi keluarganya ternyata bukan keluarga dia yang asli. Siapakah sebenarnya Callista? Kenapa Callista bisa menjadi anak keluarga Owen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Pembalasan Untuk Zanetha
Bab 8. Pembalasan Untuk Zanetha
Callista berangkat ke sekolah lebih pagi karena Charlie menghubungi dirinya semalam sebelum tidur. Ternyata dia berhasil menangkap pelaku bertangan kidal dan memiliki bekas luka di siku. Hal ini lumayan mudah karena sangat jarang murid bertangan kidal. Jadi, dengan melakukan beberapa penyelidikan akhirnya ketemu juga si pelaku.
"Siapa dia?" tanya Callista ketika melihat seseorang duduk di kursi dalam keadaan terikat.
"Dia adalah Robert. Si tangan kidal. Dia sudah mengaku kalau dirinya yang menyiksa Lucan," jawab Charlie.
"Wah, dengan begini akan menjadi mudah ketika dihadapkan ke sidang dewan guru nanti. Lalu, siapa seorang lagi?" tanya Callista.
"Tunggulah sebentar lagi. Dia sedang dalam perjalanan kemari," jawab Charlie sambil duduk di kursi kebesarannya sebagai ketua OSIS.
Tidak lama kemudian ada dua orang anggota OSIS membawa seorang murid laki-laki yang diikat tangannya. Dia adalah si pelaku kedua yang memiliki tinggi tubuh hampir sama dengan Charlie.
"Dia adalah Niel. Aku tidak menyangka seorang anak dari keluarga bangsawan kelas atas mau-maunya disuruh menjadi eksekutor," ujar Charlie dengan senyum mengejek.
"Aku rasa dia mau melakukan hal itu karena butuh uang," ucap salah seorang anggota OSIS.
"Wow, kamu butuh uang! Memangnya uang yang diberikan oleh orang tuamu itu sedikit?" tanya Callista tidak percaya.
"Ternyata dia suka mengkonsumsi obat terlarang. Dia membutuhkan banyak uang untuk membeli barang itu," jawab rekan sesama anggota OSIS.
***
Megan mendatangi Zanetha di ruang kesenian. Di sini markas gadis itu. Tempat dia menyusun rencana dan bermain bersama teman-temannya yang satu circle dengannya.
"Tolong aku! Tolong aku, Zanetha!" teriak Megan.
"Ada apa?" tanya Zanetha menghentikan permainan pianonya.
"Robert tertangkap oleh OSIS dan dia diinterogasi. Aku dengar dia mengaku disuruh oleh orang lain untuk mencelakakan Lucan. Aku takut dia menyebut mana aku. Aku harus bagaimana?" tanya Megan dengan berderai air mata.
"Bukannya keluarga kamu merupakan bangsawan kelas atas yang dihormati oleh banyak orang. Manfaat kekuasaan keluarga Louis. Aku yakin kamu tidak akan apa-apa," ucap Zanetha dengan santai, kemudian dia melanjutkan lagi memainkan pianonya.
***
Sesuai dengan yang diduga oleh Megan. Dirinya di panggil oleh dewan sekolah karena terbukti sudah menyuruh Robert dan Niel untuk mencelakai Lucan sampai terbaring di rumah sakit.
"Kejahatan Anda sudah tidak bisa ditolerir lagi, Nona Megan Louis. Anda harus mendapatkan hukuman?" ucap ketua dewan Sekolah Alexandria.
"Aku keberatan putriku di hukum karena Lucan tidak akan melaporkan hal ini ke pihak kepolisian," ucap Tuan Louis yang baru saja tiba di ruangan itu.
Pihak Sekolah Alexandria mempunyai satu ruang sidang. Jika terjadi sesuatu kejahatan di lingkungan sekolah, mereka akan mengadakan sidang di sini demi menjaga nama baik keluarga bangsawan dan sekolah.
"Aku sebagai ketua OSIS menuntut Megan, Robert, dan Niel diberikan hukuman. Jika, tidak maka kejahatan yang serupa akan meraja rela di lingkungan sekolah. Mereka bisa saja melakukan kejahatan lebih parah lagi dari ini. Tentu saja ini sangat berbahaya bagi semua orang," kata Charlie.
Semua orang yang berada di ruang sidang yang luas itu langsung terdiam dan melihat ke arah Charlie. Mereka tahu kalau keluarga pemuda sangat berpengaruh di negeri ini. Jika berani mengusiknya, maka tidak ada kemungkinan orang itu akan berurusan langsung dengan Felix Kinsey.
"Ada benarnya apa yang dikatakan oleh ketua OSIS. Jika kita membiarkan hal ini, kedepannya bisa terjadi kembali," ucap ketua dewan.
Masih terjadi perdebatan sengit antara Charlie dan Tuan Loius. Keduanya bersikukuh dengan pendapat masing-masing. Bagi kaum bangsawan sebisa mungkin mempertahankan harga dirinya, apalagi di depan umum seperti ini. Maka tidak heran jika mereka terlihat egois dan keras kepala.
Tuan Louis tidak bisa menekan Charlie yang bersikukuh untuk memberikan hukuman kepada ketiga orang itu. Maka ketiganya mendapatkan hukuman skorsing dan pelayanan sosial di beberapa panti asuhan selama dua minggu.
Banyak yang hadir kagum ketika melihat Charlie berdebat dengan Tuan Louis. Kemampuan bicara dan bernegosiasi pemuda itu diacungi jempol oleh murid-murid.
"Aku harap kejadian ini tidak terjadi kembali. Jika sampai terjadi, aku akan langsung melaporkan ke polisi agar semua orang di negeri ini tahu," ucap Charlie mengakhiri sidang.
***
Zanetha memasukkan paku payung ke dalam sepatu sekolah milik Callista. Senyum licik terlukis di wajahnya. Wajah cantiknya itu terlihat sangat menyeramkan saat ini sebagaimana buruk hatinya.
"Sudah lama sekali aku tidak bersenang-senang denganmu, kakak," batin Zanetha.
Gadis itu tidak tahu kalau Callista memperhatikan di balik lemari hias yang terbuat dari kaca. Tentu saja perbuatan Zanetha itu tidak akan berhasil mencelakai sasarannya.
Callista pun mengeluarkan paku payung itu dan memindahkan ke sepatu milik Zanetha. Kini giliran dia yang tersenyum puas.
"Rasakan sendiri bagaimana sakitnya ketika kaki mulusmu terkena tusukan paku," batin Callista sambil pergi ke luar rumah.
Callista dan Zanetha pergi dan pulang sekolah selalu dijemput oleh supir. Kedua nona muda itu terlihat akur dan akrab di depan orang lain. Namun, tanpa mereka tahu sebenarnya saling menyerang diam-diam dan bersandiwara jika sedang berhadapan.
Callista sudah duduk manis di dalam mobil. Sementara Zanetha masih di dalam rumah. Tidak berapa lama, terlihat gadis itu berlari menuruni anak tangga di latar rumah.
Zanetha merasa ada yang aneh dengan kakinya. Dia merasa ada rasa sakit dan perih. Namun, gadis itu mengabaikan kejanggalan ini karena harus buru-buru masuk ke dalam mobil.
"Kenapa kaki aku sakit sekali, ya?" batin Zanetha.
Hari ini Callista yang terlihat begitu cantik, dengan rambut tergerai panjang. Lalu, mengambil sedikit di bagian kanan dan kiri kemudian disatukan di tengah kepala diberi hiasan cantik berwarna silver. Rasa iri dan cemburu kembali memancing diri Zanetha.
"Kak, bisa tolong garuk punggung aku!" ucap Zanetha dengan manja.
Mau tidak mau Callista harus menggaruk punggung Zanetha. Ketika itu terjadi, diam-diam Zanetha mengeluarkan gunting dan hendak merobek seragam milik kakaknya. Namun, perbuatan dia ketahuan oleh Callista. Ketika tangannya meraba rok bagian bawah, sang kakak mengganti dengan sapu tangan miliknya, bersamaan dengan itu tubuhnya mundur.
"Aku tidak sabar ingin melihat ekspresi wajah kamu yang menahan malu karena roknya aku sobek," batin Zanetha.
Zanetha tidak sadar kalau yang sudah dia gunting adalah sebuah sapu tangan. Sementara itu, Callista merobek resleting rok milik Zanetha dengan pisau kecil, sehingga terbuka lebar.
"Rasakan! Mau berbuat jahat sama orang lain, kamu sendiri yang kena," batin Callista.
Zanetha merasa sangat senang karena merasa sudah dua kali di pagi ini berbuat sesuatu kepada Callista. Dia sampai mengabaikan rasa sakit di kakinya. Karena baginya kemalangan nasib sang kakak bisa membuatnya bersemangat.
Begitu keluar dari mobil, Callista sengaja lewat jalan samping karena ada beberapa anggota OSIS di sana sedang menertibkan murid yang tidak sempurna dalam memakai seragam.
Senyum lebar Zanetha menghiasi wajahnya yang cantik bak seorang dewi. Dia melihat beberapa orang menatap ke arahnya dan berbisik-bisik. Namun, dia abaikan karena kakinya terasa sangat sakit sekali.
"Apa ada sesuatu di sepatu aku, ya?" batin Zanetha dengan ekspresi meringis karena merasa kesakitan.
jngan lengah ya callista... karena boom wktu menunggumu... apalgi dngan perbhan si zanet nntinya yg hbis oprasi...
semoga saja...
sehat slalu...
ku tunggu karyamu yang lainnya...
smoga callista bahagia slalu...
orang ko bener2 iblis kamu zanetta
semoga segera terungkap kejhtan kluarga owen...
lanjut kak...
si zanetta jadi orgil