Setelah dikhianati sang kekasih, Embun pergi ke kota untuk membalas dendam. Dia berusaha merusak pernikahan mantan kekasihnya, dengan menjadi orang ketiga. Tapi rencanya gagal total saat Nathan, sang bos ditempatnya kerja tiba tiba menikahinya.
"Kenapa anda tiba-tiba memaksa menikahi saya?" Embun masih bingung saat dirinya dipaksa masuk ke dalam KUA.
"Agar kau tak lagi menjadi duri dalam pernikahan adikku," jawab Nathan datar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BUKA MATA, NANTI NYESEL
Selesai mengepel, Embun duduk selonjoran dilantai yang terasa dingin. Bosan, itu yang dia rasakan. Sudah seminggu dia dirumah karena Nathan memutuskan untuk merumahkannya dulu. Tapi yang ada, Embun malah stres karena kesepian dan bosan.
Dia sudah mirip sekali dengan art sekarang. Dari mulai bangun tidur, hingga tidur lagi, yang dilakukan hanya memasak, bebenah, nyuci dan nungguin majikan pulang. Gimana gak kayak majikan, Nathan berangkat pagi pulang malam. Dirumah hanya makan, ngobrol bentar, lalu masuk kamar masing-masing. Benar-benar tak seperti suami istri, tapi majikan dan art.
Tidak, bukan kehidupan seperti ini yang dia mau. Sejak dulu, dia sudah terbiasa berinteraksi dengan banyak orang. Apalagi dulu saat di Malang, profesinya sebagai guru SD, meski hanya guru honorer.
"Aku akan ngomong sama Kak Nathan nanti. Aku mau cari kerja. Ya, cari kerja ditempat lain."
Embun segera membuka ponsel, mencari-cari info lowongan pekerjaan. Matanya langsung berbinar saat melihat ada lowongan kerja untuk tenaga pengajar disebuah tempat bimbel.
"Besok aku harus kesana, semangat!" Nyawa Embun seperti kembali lagi. Dia berlari kehalaman belakang untuk membersihkan area itu. Hari ini, dia harus menunjukkan pada Nathan jika semua pekerjaan rumah bisa dia handle dengan baik, agar besok Nathan mengizinkan dia melamar kerja.
Sementara di kantor, Nathan yang sedang meeting tiba-tiba merindukan Embun. Tak tahu kenapa, sekarang dia mulai sering merindukan wanita itu.
Menatap laptop yang menunjukkan grafik penjualan selama 1 bulan sungguh membosankan. Mungkin melihat Embun akan lebih menarik. Dia membuka cctv rumah dari laptop miliknya, mencari-cari keberadaan Embun saat ini. Senyumnya merekah saat melihat Embun berada dihalaman belakang. Istrinya itu terlihat sedang menyapu sambil bergoyang. Tak hanya goyang, gerak bibirnya seperti orang yang sedang bernyanyi. Bahkan sesekali, terlihat Embun menggunakan gagang sapu sebagai mic.
Nathan menahan tawa melihat Embun goyang ngebor. Dia tak mengira jika Embun yang terlihat kalem tapi galak, bisa bergoyang seperti itu. Saat ini, ketimbang jadi guru SD, dia terlihat lebih cocok jadi biduan dangdut. Nathan sampai lupa jija saat ini dia sedang meeting, fokusnya hanya tertuju pada Embun.
"Bagaimana menurut, Bapak?" tanya Imelda setelah dia selesai mempresentasikan gagasannya tentang pemasaran untuk mendongkrak penjualan.
Bukannya merespon pertanyaan Imelda, Nathan malah senyum-senyum menatap layar laptopnya. Tak pelak, semua peserta meeting saling tatap dan bisik bisik.
"Pak Nathan, gimana menurut Bapak?" Imelda kembali bertanya.
Tapi masih sama, Nathan tak merespon. Pria itu bahkan tak tahu jika Imelda sudah selesai presentasi.
"Hem, hem," Anisa berdehem cukup keras agar Nathan tersadar.
Ternyata berhasil, Nathan melihat kearah peserta meeting. Dan seketika dia menjadi salah tingkah karena semua orang melihat kearahnya.
"Bagaimana menurut, Pak Nathan?" Imelda sampai capek karena harus kembali mengulang pertanyaanya.
Terang saja Nathan bingung. Sejak tadi, bukannya fokus pada meeting, dia malah fokus pada Embun.
"Nanti saya pertimbangkan lagi. Anisa," Nathan menoleh kearah Anisa. "Tolong nanti berikan pada saya cacatan kamu tantang hasil meeting siang ini. Ok kalau begitu, meeting sampai disini. Terimakasih semuanya," dia menutup laptop lalu beranjak pergi.
Kalau biasanya mereka akan langsung bubar saat Nathan keluar, kali ini mereka masih bengong ditempat. Sepanjang kerja disini, rasanya baru pertama kali ini mereka melihat Nathan seaneh ini.
.
.
"Kenapa gak sambil goyang?"
Embun yang sedang masak sambil dengar musik dan ikut nyanyi terkejut mendengar suara Nathan. Saat menoleh, ternyata Nathan ada dibelakangnya.
Embun langsung nyengir. Selama ini hanya konser dikamar mandi, tapi barusan, ternyata Nathan mendengarnya bernyanyi dengan suara pas pasannya.
"Kok sudah pulang?" Embun meraih ponsel dimeja lalu mematikan mp3. Sekarang masih jam 4, bukankah biasanya selalu pulang diatas jam 7.
"Emang kenapa, suka-suka aku mau pulang jam berapa?"
Selalu menyebalkan sahutannya.
"Mau dibikinin minuman apa? Kopi, teh, susu, jus, atau apa?"
"Jus."
"Jambu, jeruk, nanas, mangga, melon, se_" Embun tak melanjutkan kalimatnya melihat tatapan tajam Nathan. "Hehehe, jambu ya. Iya jambu." Harusnya dia tak perlu bertanya karena sudah tahu kesukaan Nathan.
Embun mengambil jambu dalam kulkas lalu membersihkannya. Memotong kecil kecil sambil memasukkan kedalam blender.
Nathan meninggalkan Embun yang masih sibuk. Dia naik ke kamarnya untuk mandi lebih dulu.
Setelah jus siap dan masakannya matang, Embun membawa jus tersebut menuju kamar Nathan. Beberapa kali dia mengetuk tapi tak ada sahutan. Iseng dia menarik gagang pintu, ternyata tidak dikunci.
"Kak, aku masuk ya," Embun mendorong pintu lalu masuk. Tapi didalam, dia tak menemukan Nathan. "Apa mungkin dia mandi? Tapi kenapa gak terdengar suara air?"
Embun meletakkan jus diatas meja lalu berjalan kearah kamar mandi. "Ka_" Baru saja Embun hendak memanggil, pintu kamar mandi terbuka dari dalam. Muncul Nathan yang hanya memakai handuk dililit dipinggang sambil menggosok rambutnya.
Glek
Raflek Embun menelan ludah melihat dada bidang dan perut kotak kotak yang masih sedikit basah. Terlihat air yang masih menetes disana, membuat kesan sekksi.
"Kamu kenapa disini?" Nathan kaget melihat Embun berdiri didepan pintu kamar mandinya. "Mau ngintip aku mandi?"
Embun menggeleng cepat. "A-aku, aku, aku," dia mendadak gagap. Pemandangan didepan mata membuat konsentrasinya buyar.
Nathan geleng-geleng sambil berjalan melewatinya begitu saja. Matanya tertuju pada jus yang ada dimeja. Duduk disofa lalu meneguknya hingga habis setengah.
"Kok langsung minum?"
"Emang kenapa?" Nathan menatap gelas berisi jus ditangannya. "Kamu gak masukin racunkan disini?"
Embun mendesis pelan lalu mendekati Nathan. "Pakai baju dulu napa, emang gak malu?"
Nathan terkekeh mendengar ucapan Embun. "Ini kan kamarku. Harusnya kamu yang malu karena masuk kesini saat aku tak pakai baju. Atau jangan-jangan?"
"Jangan-jangan apa?"
Nathan meletakkan jus keatas meja sambil tersenyum. "Jangan-jangan...." Dia berjalan mendekati Embun.
Embun bisa mencium wangi sabun dan sampo dari tubuh Nathan. Jantungnya berdebar sangat kencang. Apalagi saat Nathan mendekatkan wajahnya, jantung Embun rasanya mau copot.
"Jangan-jangan kamu sengaja pingin lihat aku tak pakai baju," bisik Nathan tepat ditelinga Embun.
"Eng-enggak, apaan sih," Embun menjauhkan tubuhnya dari Nathan. Bisa-bisa dia pingsan kalau jantungnya dipaksa kerja keras terus. Wajah wanita itu memerah, membuat Nathan tak kuasa menahan senyum.
"Mau lihat juga boleh kok." Nathan menyentuh simpul handuknya, membuat Embun langsung menutup mata menggunakan telapak tangan.
"Buka, entar nyesel karena pengen lihat tapi gak kesampaian," goda Nathan.
Embun menggeleng cepat dengan mata masih tertutup telapak tangan.
"Kalau nanti malam gak bisa tidur karena kepikiran, bukan salah aku. Makanya buruan buka," desak Nathan. "Mbun, udah kubuka loh ini," bohongnya sambil menahan tawa.
"Kak Nathan por no," teriak Embun. Tubuhnya panas dingin. Gak bisa dibiarin, harus segera keluar dari tempat ini.
Embun memutuskan untuk segera pergi. Dengan mata yang masih tertutup, dia mulai berjalan menjauh dari Nathan.
Brukk
Sial, kakinya malah menabrak meja. Melihat itu, Nathan reflek menahan tubuh Embun yang hendak terjatuh. Keduanya saling tatap karena Embun sudah membuka matanya. Baik Nathan maupun Embun, jantung keduanya berpacu sangat cepat.
"Waawwww." Teriak Embun saat melihat sesuatu yang belum pernah dia lihat secara langsung. Nathan yang mengikuti arah pandang Embun langsung melotot menyadari jika handuknya sudah terjatuh.
/Grin/
🥳🥳🥳🥳
🤣🤣🤣🤣🤣
Nathan 🤣🤣🤣