Bagaimana perasaanmu jika kamu di madu di saat pernikahanmu baru berumur sepekan? Itu yang aku alami, aku di madu, suamiku menikahi kekasihnya yang teramat di cinta olehnya.
Aku tak pernah dianggap istri olehnya, meski aku istri pertamanya. Namun cintanya hanya untuk istri keduanya
Aku menjalani pernikahan ini dengan begitu berat. mungkin ini cara ku untuk membalas kebaikan pada Ayah Mas Alan, beliau begitu baik membiayai kuliahku selalu menjaga dan melindungiku setelah Ayah dan Ibuku meninggal saat diriku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Aku tak habis pikir jika kisah hidupku akan serumit ini, di tinggal orang tua, menikah pun di madu. Sungguh tragis kisah hidupku.
Hingga akhirnya Ayah sangat membenci Mas Alan setelah tahu kelakuan anaknya, dan Ayah membawaku pergi jauh dari kehidupan Mas Alan dan Maduku setelah aku dan Mas Alan bercerai.
Cerita ini karena terinspirasi tapi bukan plagiat! Bacalah, dan temukan perbedaannya🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winda W.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18. Rencana Lena
Sesampainya di dalam kontrakan. Aku ingin segera menghardik Lena, karna tega sudah meninggalkanku bersama Mas Alan. Namun saat aku masuk ke dalam kamar, ternyata Lena tertidur pulas di ranjang. Ku mendengar dengkuran halus dari Lena, itu tandanya dia benar benar tidur. Ku urungkan niatku tadi, ku beranjak menuju kamar mandi.
Sesudah membersihkan diri dan sholat Ashar. Ku berbaring di samping Lena, ku lihatnya yang masih tertidur dengan nyenyaknya. Ku menggelengkan kepalaku, merasa heran dengan sahabatku ini. Bisa bisanya dia tidur, setelah mengerjaiku tadi.
Aku berpikir lagi, apa yang sedang di rencanakan oleh Lena. Jangan sampai rencana itu membuatku susah. Kenapa Lena yang tadinya selalu mendesakku, untuk meninggalkan Mas Alan. Justru kini bertolak belakang, dengan sikapnya dulu.
Ku menatap langit langit kamarku, mengingat kejadian tadi pagi dan sore pulang kerja tadi. Mencoba mencerna apa yang Mas Alan katakan. Sebenarnya Mas Alan mengajakku pulang karna Lala atau karna tulus dari hatinya. Dan ingin memperbaiki dan memulai semua dari awal, ah...mana mungkin. Apa itu benar benar tulus atau hanya sekedar ucapan saja.
Gimana jika aku sampai ikut pulang, dan ternyata Mas Alan hanya memanfaatkan aku saja. Agar Lala tidak lagi marah dengannya. Aku tak bisa membayangkan, betapa hancurnya aku dan betapa bodohnya aku.
"huwah..h...," suara ngulet Lena.
"Nia, kamu sudah pulang. Aku pikir akan di ajak jalan jalan dulu sama Si Al," tanyanya sambil mengucek kedua matanya.
"dari satu jam yang lalu," ucapku jutek.
"apa...kenapa gak bangunin aku," ucapnya terkejut.
"kau terlihat lelah, mana mungkin aku tega bangunin kamu." ucapku dengan tersenyum tipis.
"wah...kau memang sahabat yang baik hati Nia," ucap Lena. Lalu hendak memelukku, aku segera menghindar dan langsung berdiri.
"Nia...," lirihnya.
"kenapa tadi kamu tega meninggalkan aku bersama Mas Alan?" tanyaku tanpa menoleh padanya.
"aku hanya ingin kamu menyelesaikan masalahmu dengan Alan secepatnya," jawabnya.
"aku tahu bukan itu maksutmu. Len,"
"aku gak ada maksut lain. Siapa tahu setelah masalah kalian clear, kalian bisa baikkan. Karna Alan kelihatannya sudah mencintaimu," ucap Lena.
"kenapa kau bisa plin plan Len. Dulu kamu minta aku berpisah dengan Mas Alan, sekarang kamu seolah mendesakku. Agar bisa bersama Mas Alan,"
Ku pandangi Lena, dan terus mendesak Lena. Untuk bisa menjelaskan semuanya, tidak mungkin Lena berubah tanpa ada sebabnya.
Lena terus saja mengelak jika tidak ada rencana apa apa.
"aku yakin kamu merencanakan sesuatu Len. Atau, kamu bosan aku tinggal bersamamu. Jika iya, aku akan pergi dan mencari kontrakan lain," ucapku kesal. Aku tak habis pikir, Lena bisa bisanya menyuruhku kembali bersama Mas Alan.
"bukannya aku bosan tinggal bersamamu Nia. Tapi aku sadar, kau harus kembali bersama suamimu. Inget Ayah Ilham," ucap Lena. Dia tahu kelemahanku di Ayah Ilham.
"Ayah....," lirihku. Ku mengingat Ayah, bagaimana kabar Ayah? Padahal aku sudah janji akan sering ke Bandung.
"kembali bersama Mas Alan, dan terus terusan melihat kemesraannya bersama Lala. Itu maksutmu," lanjutku. Ku menatap tajam Lena.
"aku yakin itu gak akan terjadi lagu. Dan aku yakin kamu dengan Alan akan bahagia. Dia akan mencintaimu Nia, buat Mas Alan mencintaimu dan meninggalkan Lala. ," ucapnya. Dia memperlihatkan senyuman lebar, senyuman agar aku yakin pada ucapannya.
"Lena, aku tidak setega itu. Lala itu wanita baik, wanita lembut dan juga bijaksana. Dia juga sangat sangat dan sangat di cintai Mas Alan. Jadi jangan harap bisa menggeser Lala dari hatinya." tegasku padanya. Berharap Lena bisa mengerti.
"Jika Lala, wanita baik baik. Mana mungkin dia mau menikah dengan suami orang," ketus Lena.
"Lena kamu tahu sendiri kan, jika Lala itu pacar Mas Alan. Mereka saling mencintai, aku yang sudah jahat hadir di tengah tengah mereka." tanpa terasa, air mata pun menetes. Mengingat kejadian itu.
"aku tahu, seharusnya mereka tidak menikah. Seharusnya Alan berusaha mencintaimu agar kalian bahagia," ucapnya.
"lebih baik mereka menikah Len, dari pada mereka berhubungan di belakangku. Dengan berselingkuh dan bisa bisa melakukan zinah. Lebih baik begini, aku bisa tahu dan tidak sesakit di selingkuhin Len," ucapku.
"tetep aja Nia. Kau harus bisa mengambil hati Alan, singkirkan Lala dari kehidupan kalian," ujar Lena. Aku yakin jika inilah yang Lena rencanakan.
"jadi ini rencanamu Len?" tanyaku.
"rencana apa....aku...aku gak rencanain apa apa Nia," jawabnya terbata bata.
"kamu gak usah mengelak Lena. Kau tidak bisa membohongiku," ucapku. Lalu memalingkan pandanganku dari Lena.
"Nia, aku tak mungkin membohongimu." jawabnya serius. Lalu meninggalkanku menuju kamar mandi.
krn lala wujud iblis berbentuk manusia.
lala sudah menghancurkan pernikahan nia dan alan.