Wanita kuat dengan segala deritanya tapi dibalik itu semua ada pria yang selalu menemani dan mendukung di balik nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syizha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akselia Ananta
Matahari sore melukis langit dengan warna yang sedikit memerah membara ketika Akselia Ananta turun dari kereta di sebuah kota kecil yang dikelilingi perbukitan.
"huhhh" Aksel menghembuskan nafasnya dengan perlahan,
setelah beehasil menghirup udara segar, tidak seperti saat di kota, Sebuah Gadis itu mengeratkan genggamannya pada koper pink besar yang ia bawa dan mantel cokelat panjang menutupi tubuhnya yang ramping dan seksi. Langkahnya tenang, namun pandangannya penuh kehati-hatian, seperti seseorang yang terbiasa mengawasi setiap sudut dunia di sekitarnya.
Kedatangan Aksel ke kota itu bukanlah sebuah kebetulan. Ia telah lama merencanakan untuk meninggalkan hiruk-pikuk ibu kota dan mencari tempat di mana ia bisa bernapas tanpa dihantui bayangan masa lalu. Tapi siapa yang tahu? Bayangan itu sering kali tidak peduli seberapa jauh seseorang mencoba melarikan diri.
Akselia, gadis muda berusia 24 tahun, adalah seorang konsultan strategi yang sukses. Penampilannya selalu rapi, rambut hitamnya lurus yang terurai dengan sempurna, dan ia membawa aura ketegasan yang membuat siapa pun sulit membantahnya. Namun di balik wibawa itu, ada luka yang tak pernah ia tunjukkan kepada dunia. Trauma masa lalu yang ia bungkus rapi di balik senyum profesional dan pandangan tajam.
Sejak kecil, Akselia telah mengenal kegelapan. Kehilangan orang tuanya dalam sebuah kebakaran misterius yang melibatkan konspirasi perusahaan membuatnya bertahan sendirian di panti asuhan. Dalam kesendirian itulah ia belajar bertahan, berjuang, dan menjadi wanita yang tak pernah menyerah. Tapi luka itu tidak pernah sembuh sepenuhnya. Malam-malamnya sering diwarnai mimpi buruk, dan kepercayaannya pada orang lain hampir lenyap sepenuhnya.
Di kota kecil itu, ia berniat memulai hidup baru sebagai seorang penulis. Sebuah rumah kayu sederhana di tepi danau menjadi tempat tinggal barunya. Hari ini adalah hari pertama Aksel di kota itu. Namun, sejak hari pertama, ia merasa ada sesuatu yang berbeda di kota itu. Tatapan para penduduk seolah menyembunyikan sesuatu, dan bisikan-bisikan aneh di malam hari membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar telah menemukan tempat yang aman.
Pertemuan pertamanya dengan seorang pria bernama Nathaniel terjadi secara tak terduga di toko buku kecil. Nathaniel adalah pemilik toko tersebut, seorang pria dengan senyum hangat dan mata yang seperti memahami lebih dari yang ia katakan. Meski pada awalnya Akselia menjaga jarak, ada sesuatu tentang pria itu yang membuatnya merasa... sedikit kurang waspada.
Namun, Nathaniel juga memiliki rahasia. Sebuah rahasia yang mungkin berkaitan dengan masa lalu Akselia yang selama ini ia coba lupakan.
Saat Akselia mulai membuka diri terhadap kehidupan di kota kecil itu, ia menyadari bahwa trauma yang ia sembunyikan bukanlah sesuatu yang bisa ia hindari selamanya. Kota itu, Nathaniel, dan misteri yang melingkupinya akan memaksa Akselia untuk menghadapi ketakutannya, mengungkap kebenaran yang tersembunyi, dan menemukan kembali kekuatan dalam dirinya.
Dan di saat senja terakhirnya di kota itu, ia akan menyadari bahwa bayangan masa lalu tidak selalu harus menghancurkannya. Terkadang, bayangan itu hanya menunggu untuk disinari cahaya yang baru.
Hari-hari pertama Akselia di kota itu berlalu dengan damai, meski ada rasa asing yang menggelitik di benaknya. Rumah kayu yang ia tinggali begitu sunyi, hanya suara gemericik air danau serta hembusan angin yang menemaninya. Namun, malam-malam tetap terasa berat. Suara-suara samar seperti langkah kaki di depan rumahnya sering kali membangunkannya di tengah malam. Ketika ia keluar, hanya ada bayangan pohon dan angin yang menderu pelan.
Nathaniel, pemilik toko buku, menjadi sosok yang sering ia temui. Meski Akselia awalnya berusaha menjaga jarak, ia tak bisa mengabaikan rasa penasaran terhadap pria itu. Nathaniel selalu punya cerita menarik tentang kota tersebut. Katanya, danau di dekat rumah Akselia pernah menjadi tempat di mana seorang wanita menghilang tanpa jejak bertahun-tahun lalu. Legenda itu menjadi perbincangan hangat di kalangan penduduk, tapi mereka selalu menghindari topik itu jika Akselia bertanya lebih jauh.
“Apa kamu percaya cerita itu?” tanya Akselia suatu hari saat ia sedang membolak-balik buku di toko Nathaniel.
Nathaniel tersenyum samar, mengangkat bahu. “Kota ini punya banyak cerita lama, tapi aku lebih suka berpikir bahwa setiap tempat punya rahasia yang perlu dihormati.”
Akselia memandang Nathaniel dengan curiga, tapi pria itu tidak memberinya petunjuk lebih. Ia hanya kembali merapikan buku-buku di rak, seolah jawaban tadi cukup untuk mengakhiri percakapan.
Peninggalan dari Masa Lalu
Suatu pagi, saat Akselia sedang duduk di beranda rumahnya dengan secangkir kopi hangat, ia melihat seorang anak kecil berdiri di tepi danau. Anak itu, seorang gadis dengan rambut panjang terurai, tampak memandang air dengan tatapan kosong. Ketika Akselia mencoba memanggilnya, anak itu berlari masuk ke hutan tanpa berkata apa-apa.
Rasa penasaran membawa Akselia ke tepi danau. Di sana, ia menemukan sesuatu yang membuat jantungnya berdegup kencang—sebuah liontin emas dengan inisial A.A. terukir di bagian belakangnya. Liontin itu persis seperti miliknya yang hilang bertahun-tahun lalu dalam kebakaran yang merenggut keluarganya.
“Bagaimana mungkin…?” gumamnya dengan tangan gemetar.
Liontin itu seperti membawa kembali semua ingatan yang selama ini ia coba lupakan. Suara api yang melalap rumahnya, jeritan ibunya, dan bayangan seorang pria misterius yang ia lihat sebelum semuanya berubah menjadi abu.
Malam itu, Akselia tidak bisa tidur. Ia menatap liontin itu di bawah cahaya lampu kecil, mencoba mencari penjelasan. Ia merasa ada kaitan antara kota ini, danau itu, dan masa lalunya yang selama ini ia yakini telah terkubur.
Hari-hari berikutnya diwarnai dengan kehadiran Nathaniel yang semakin sering mampir ke rumahnya, menawarkan bantuan kecil seperti membawakan roti atau sekadar berbincang di beranda. Awalnya, Akselia mengira pria itu hanya berusaha ramah. Namun, lama-kelamaan, ia mulai curiga bahwa Nathaniel tahu lebih banyak tentang masa lalunya daripada yang ia tunjukkan.
“Aku melihat sesuatu di danau,” Akselia akhirnya memutuskan untuk berbicara pada Nathaniel suatu malam.
Nathaniel menatapnya dengan serius, alisnya sedikit terangkat. “Apa yang kamu lihat?”
“Ada seorang anak kecil. Dia meninggalkan ini.” Akselia menunjukkan liontin itu.
Wajah Nathaniel berubah, seperti seseorang yang mendengar sesuatu yang mengejutkan namun sudah lama ia duga. Ia menghela napas panjang, lalu berkata dengan nada rendah, “Kau harus tahu, kota ini tidak sesederhana yang kau pikirkan. Ada alasan kenapa banyak orang pergi dari sini, dan kenapa kau merasa… sesuatu menarikmu ke tempat ini.”
“Jelaskan,” desak Akselia, nada suaranya tegas dan sorot mata yang mengintimidasi.
Nathaniel menggeleng pelan. “Tidak sekarang. Tapi aku janji, aku akan membantumu menemukan jawaban.”