NovelToon NovelToon
Desa Penjahit Kain Kafan

Desa Penjahit Kain Kafan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:228
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Di pinggiran hutan Jawa yang pekat, terdapat sebuah desa yang tidak pernah muncul dalam peta digital mana pun. Desa Sukomati adalah tempat di mana kematian menjadi industri, tempat di mana setiap helai kain putih dijahit dengan rambut manusia dan tetesan darah sebagai pengikat sukma.
​Aris, seorang pemuda kota yang skeptis, pulang hanya untuk mengubur ibunya dengan layak. Namun, ia justru menemukan kenyataan bahwa sang ibu meninggal dalam keadaan bibir terjahit rapat oleh benang hitam yang masih berdenyut.
​Kini, Aris terjebak dalam sebuah kompetisi berdarah untuk menjadi Penjahit Agung berikutnya atau kulitnya sendiri akan dijadikan bahan kain kafan. Setiap tusukan jarum di desa ini adalah nyawa, dan setiap motif yang terbentuk adalah kutukan yang tidak bisa dibatalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Sumpah di Atas Darah Ibu

Pria itu menatap mereka dengan pandangan yang penuh dengan amarah yang meluap-luap seolah-olah ingin mencacah nyawa mereka menjadi potongan kain kafan. Ia melangkah maju dengan gunting berkarat yang diseret di atas ubin, menciptakan suara srek yang sangat menyayat telinga. Aris Mardian merasakan pergelangan tangannya yang ditanam jarum emas berdenyut panas, seakan memanggil sosok raksasa itu untuk mendekat.

"Siapa kamu? Mengapa kamu menghalangi jalan kami di rumah ini?" teriak Aris sambil memegangi tangannya yang bercahaya keunguan.

"Aku adalah saksi dari sumpah yang dikhianati oleh darahmu sendiri, wahai anak haram dari rahim yang terjahit!" balas pria itu dengan suara berat yang menggetarkan kaca jendela.

Aris terperanjat saat pria itu mengangkat gunting besarnya, menyingkap jubah hitamnya yang ternyata terbuat dari jalinan tali pusar bayi yang sudah mengering. Di balik jubah itu, kulit pria tersebut penuh dengan tato berbentuk pola jahitan rumit yang bergerak-gerak seperti cacing di bawah permukaan daging. Sekar Wangi segera menarik Aris ke belakang sebuah pilar kayu jati yang sudah lapuk, mencoba mencari waktu untuk bernapas.

"Aris, dia adalah penjaga sumpah, dia tidak akan berhenti sebelum melihat darah ibu yang mengalir di nadimu tumpah!" bisik Sekar dengan keringat dingin yang membasahi dahi.

"Apa maksudnya darah ibu? Ibu masih hidup dan dia ada di dalam sana!" sanggah Aris dengan nada yang penuh dengan keputusasaan.

Pria raksasa itu mengayunkan guntingnya, membelah pilar kayu jati itu menjadi dua bagian seolah-olah kayu itu hanyalah selembar kain sutra tipis. Aris berguling ke samping, merasakan tajamnya angin dari ayunan logam berkarat itu yang nyaris saja memenggal kepalanya. Ia melihat ke arah pintu utama rumah, di mana bayangan ibunya kini muncul kembali dengan membawa sebuah mangkuk tanah liat yang berisi cairan merah kental.

"Mendekatlah, Aris, penuhi janji yang telah ibu buat dengan nyawa ini," panggil ibunya dengan tatapan yang sangat menyedihkan.

"Ibu, jangan lakukan ini! Kita bisa pergi dari sini dan meninggalkan semua kutukan ini!" jerit Aris sambil berusaha menggapai tangan ibunya.

Ibunya hanya menggeleng pelan, lalu tiba-tiba ia mengiris telapak tangannya sendiri menggunakan ujung gunting milik pria raksasa tersebut. Darah segar menyembur keluar, membasahi mangkuk tanah liat dan lantai teras rumah yang langsung berubah menjadi hamparan benang merah yang berdenyut. Aris dipaksa berlutut oleh kekuatan gaib yang tak terlihat, sementara pria penjaga itu meletakkan bilah gunting dingin di atas pundaknya.

"Letakkan tanganmu yang memegang jarum emas itu ke dalam mangkuk darah ibumu!" perintah pria penjaga dengan nada yang tidak terbantahkan.

"Jangan, Aris! Jika kamu melakukan itu, kamu akan menjadi tumbal agung bagi seluruh desa ini!" teriak Sekar yang mencoba melemparkan pisau bedahnya ke arah pria itu.

Pisau Sekar terhenti di udara, ditangkap dengan mudah oleh jalinan tali pusar yang menjulur dari jubah sang penjaga sumpah. Aris menatap mata ibunya, mencari setitik harapan, namun yang ia temukan hanyalah kehampaan yang sangat dalam dan gelap. Dengan tangan yang gemetar hebat, Aris mencelupkan pergelangan tangannya yang bersinar ke dalam mangkuk darah hangat tersebut, memicu reaksi ledakan cahaya yang membutakan.

Aris merasakan ribuan jarum tak kasat mata mulai menusuk jantungnya, menjahit jiwanya secara paksa dengan ingatan-ingatan kelam masa lalu desa Sukomati. Ia melihat gambaran kakek buyutnya yang sedang tertawa sambil memotong lidah orang-orang yang mencoba melawan kekuasaannya sebagai penjahit gaib. Rasa sakit itu begitu nyata hingga Aris merasa seolah-olah kulitnya sedang dikuliti dan ditenun kembali menjadi sesuatu yang bukan manusia.

"Sekarang, ucapkan sumpahnya! Katakan bahwa kamu adalah budak dari benang hitam selamanya!" raung pria penjaga itu sambil menekan gunting ke leher Aris.

"Aku... aku tidak akan pernah menjadi bagian dari kegilaan kalian!" teriak Aris dengan sisa keberanian yang meledak dari dalam batinnya.

Aris memutar jarum emas di dalam dagingnya sendiri, menggunakan rasa sakit itu sebagai bahan bakar untuk membalikkan aliran energi darah di dalam mangkuk. Mangkuk tanah liat itu pecah berkeping-keping, melepaskan gelombang kejut yang mementalkan pria penjaga dan sosok ibunya ke arah kegelapan dalam rumah. Namun, perbuatan Aris tersebut menyebabkan jarum emas di tangannya patah, meninggalkan ujung tajam yang kini merambat naik menuju pembuluh darah di lehernya.

"Kamu telah merusak sumpah, maka sekarang alat penjaga jiwa akan datang untuk menjemput setiap jengkal kulitmu!" suara gaib itu kembali bergema.

Sekar berlari meraih Aris yang sedang merintih kesakitan, melihat garis hitam di bawah kulit temannya itu bergerak sangat cepat menuju otak. Dari dalam kegelapan rumah yang sudah hancur, terdengar suara mesin yang berputar dengan sangat cepat, diiringi suara denting logam yang sangat berat. Sesosok makhluk yang terbuat dari gunting-gunting berkarat mulai merayap keluar dari atas plafon, menatap mereka dengan mata yang berbentuk lubang jarum.

Sesosok makhluk yang terbuat dari gunting-gunting berkarat mulai merayap keluar dari atas plafon, menatap mereka dengan mata yang berbentuk lubang jarum.

1
Siti Arbainah
baru baca lngsung tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!