Liliana Larossa tidak sengaja menemukan anak laki-laki yang berdiri di bawah hujan di depan restoran ayahnya. Karena kasihan Liliana menjaga anak tersebut dan membawanya pulang.
Namun siapa sangka kalau anak laki-laki bernama Lucas tersebut merupakan anak bos tempatnya bekerja, sang pemilik perusahaan paling terkenal dan termasyur di San Francisco bernama Rion Lorenzo. Dan sayangnya, Lucas begitu menyukai Liliana dan tidak mau dipisahkan dari gadis tersebut. Hingga Rion harus mau tidak mau meminta Liliana tinggal di rumah Rion dan mengasuh Lucas dengan bayaran Liliana dapat tetap bekerja dari rumah sebagai IT perusahaan Lorenzo.
Tapi bagaimana jika Liliana tanpa sengaja menemukan fakta siapa sebenarnya Rion Lorenzo, yang merupakan ketua dari organisasi bawah tanah, Mafia? Dan harus mengalami banyak kejadian dan teror saat ia mulai menginjakan kakinya di rumah Rion?
Ikuti kisah Liliana dalam mengasuh Lucas sekaligus menghadapi sang ketua Mafia dalam teror yang akan mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30. PERLAWANAN
Rion dapat melihat mobil SUV melesat cepat dari arah depan menuju ke mobilnya. Bisa ia dengar suara teriakan dari si kembar yang ketakutan akan momen tidak disangka sekarang. Tidak hanya berondongan peluru dari arah belakang, tapi juga dengan adanya SUV yang melaju menuju ke arah mobil Rion. Sungguh ia menduga kalau semua ini telah direncakan oleh oknum yang masih belum Rion ketahui.
"Tahan sedikit!" seru Dante yang dengan cepat dan sigap, ia banting stir ke kanan untuk menghindari hantaman dari mobil SUV yang melaju dari arah depan.
BRAK!
SUV yang seharusnya menghantam mobil Rion dari arah depan, justru hanya menabrak bagian belakang mobil. Untuk sesaat mobil yang dikendalikan oleh Dante oleng karena efek dari tabrakan SUV barusan. Sebisa dan setangkas mungkin Dante memainkan pedal, rem, dan stir dengan luar biasa tenang, hingga mobil hitam legam itu terhenti dengan aman tanpa menimbulkan kerusakan berarti. Jangan remehkan pria berambut pirang tersebut, tentu orang yang menjadi tangan kanan dan kepercayaan dari penerus Lorenzo bukanlah orang sembarangan.
"Kalian baik-baik saja?" tanya Rion melihat Bianca dan si kembar.
Bianca mengangguk seraya memeluk anak-anaknya di kedua sisi sang wanita. Jelas si kembar tidak baik-baik saja. Mereka ketakutan hingga menangis dan gemetar hebat.
"Tetap di dalam mobil apa pun yang terjadi. Jangan pernah keluar, oke," perintah Rion kepada Bianca.
Setelah mendapatkan anggukan sebagai tanda mengerti dari sang kakak, Rion langsung keluar dari mobil dengan senjata api di tangan. Disusul oleh Dante yang juga mengeluarkan pistol dan siap untuk melakukan serangan.
Seolah terlatih untuk waktu yang lama, tanpa bicara dan melakukan arahan, baik Rion dan Dante mengambil posisi yang saling membelakangi untuk menghalau serangan dari dua sisi secara bersamaan. Seakan gerombolan orang yang mendatangi mereka dengan senjata-senjata api tidak membuat mereka gentar untuk maju dan menyerang balik.
DOR! Satu
DOR! Dua
DOR! Tiga
DOR! Empat
DOR! Lima
Satu demi satu Rion dan Dante menjatuhkan orang-orang yang menyerangnya. Mereka dengan begitu tangkas dapat menghindari setiap berdondongan peluru yang menghujani mereka, bukan karena mereka tak tertembus layaknya hantu, melainkan mereka telah hapal akan setiap senjata dari setiap berondongan peluru itu. Jangkauan, ketepatan, kecepatan, dan sebagainya, Rion dan Dante tahu hanya dengan melihat model senjatanya. Jangan lupakan kalau dua orang itu adalah ketua dan wakil ketua dari kelompok mafia paling berkuasa di San Fransisco hingga ke beberapa penjuru di Amerika. Gelar tersebut bukan sekedar isapan jempol belaka.
"Rion, arah jam tujuh!" seru Dante ketika ia mendapati satu orang diam-diam mendekati Rion dari balik mobil-mobil mereka.
Belum sempat bungkam mulut Dante ketika mengatakan hal tersebut, Rion telah menumbangkan orang yang dilihat oleh Dante tersebut.
Ada sekitar sepuluh orang lebih telah mereka berdua tumbangkan, tergeletak di tanah dengan luka tembak akibat ulah dua orang tersebut. Satu kesamaan mereka berdua, yaitu keduanya pro dalam hal senjata. Salah satu alasan pekerjaan ilegal yang mereka lakukan sebagai Phantom adalah di binis senjata.
"Turunkan senjata kalian jika masih sayang dengan nyawa," ancam Rion saat ia melihat dua orang yang tersisa terpaku di tempat, ketakutan saat melihat kegilaan Rion dan Dante yang sanggup menumbangkan sepuluh orang lebih tanpa tergores sekali pun.
Tahu akan situasi yang tidak menguntungkan, dua pria yang tersisa mau tak mau menjatuhkan senjata yang dipegang dan mengangkat tangan menyerah. Masih berpikir waras agar bisa tetap hidup.
Tak lama sebuah mobil sedan hitam datang, salah satu mobil yang merupakan anak-anak buah dari Rion. Mereka dengan cepat langsung turun dari mobil dan berlari ke arah Dante serta Rion, beberapa langsung mengamankan dua pria penyerang yang telah menyerah. Jelas kalau anak-anak buah Rion telah terlatih untuk langsung tanggap dalam situasi apa pun. Hingga tanpa perlu diperintah mereka semua tahu apa yang harus dilakukan. Sedisiplin itu para anggota Phantom, jauh lebih disiplin dan tanggap dibandingkan anggota kepolisian negara.
"Bawa mereka, dan pastikan untuk tetap tenang. Kita lanjutkan ke tujuan semula sebelum polisi tahu akan hal ini. Sekarang!" perintah Rion yagn segara berlari ke mobilnya bersama dengan Dante.
Bergegas semua langsung bergerak. Sebisa mungkin tidak menyentuh atau meninggalkan jejak yang bisa membawa mereka ke dalam masalah akan kepolisian di negara ini. Karena bagaimana pun tujuan awal mereka adalah menemukan dan membawa pulang si kembar dengan selamat. Akan terlalu beresiko untuk mereka jika harus mengulik penyerangan yang terjadi ini, Rion dan Dante bisa mencaritahu masalah ini nanti. Terlebih mereka telah mendapatkan tawanan.
"Kalian baik-baik saja?" tanya Rion kembali kepada Bianca dan si kembar ketika mobil telah melesat cepat ke ke jalanan menuju ke Sorriso.
"Mereka hanya ketakutan, selebihnya aman," jawab Bianca. Tentu untuk wanita itu hal seperti ini bukanlah pertama kali untuknya. Mengingat selain ia salah satu Lorenzo yang selalu menjadi target orang-orang tak bertanggung jawab, ia pun merupakan bagian dari dunia bawah tanah Rion.
"Baguslah," ucap Rion yang menyandarkan diri ke punggung tempat duduk. Tak menduga kalau akan terjadi penyerangan seperti ini di negera lain. Jelas kalau orang-orang itu telah mengincar Rion, dan mungkin benar kata Lili kalau ada yang mengarahkan kepolisian Brazil akan penyergapan malam ini di tempat lelang itu. "Lilipad?!" seru Rion yang baru teringat akan kekasihnya itu.
Ia mencari ponselnya, dan mengumpat saat mendapati ponsel tersebut telah remuk di pijakan kakinya. Yang ia duga terjatuh dan terinjak olehnya karena benturan mobil SUV tadi.
"Pakai punyaku." Bianca memberikan smartphone miliknya ketika tahu kalau ponsel sang adik telah hancur.
"Damn, dia menelepon ke ponselmu juga sebanyak ini. Aku bertaruh dia pasti panik sekarang," ucap Rion yang langsung melakukan panggilan ke Lili.
Dan hanya dalam dering pertama, panggilan tersebut dijawab.
"Bianca, apa yang terjadi?! Bagaimana keadaanmu?!" seru Lili di seberang telepon, panik luar biasa.
"Princess, ini aku. Kami baik-baik saja, tenang, ambil napas," kata Rion tenang, tak ingin membuat gadis itu bertambah panik.
"Rion? Apa yang terjadi? Aku mendengar dentuman keras dan ponselmu tidak bisa kuakses lagi," tanya Lili menghela napas tenang saat tahu kalau yang bicara dengannya saat ini adalah Rion.
"Kami diserang, tapi belum tahu siapa yang melakukan. Tapi kami baik-baik saja dan sekarang sedang menuju ke Sorriso. Jangan khawatir," Rion berkata dengan nada selembut dan setenang mungkin, tahu kalau gadis itu saat in penuh akan kekhawatiran.
"Kukira sesuatu yang buruk terjadi padamu dan yang lain. Aku benar-benar takut tadi," Lili mengaku yang bahkan tanpa Rion ketahui, kedua tangan gadis itu hingga saat ini masih gemetar.
"Maaf menakutimu, Love. Sebentar lagi kami akan sampai di hotel yang kau beritahukan. Dan mungkin, perkiraan kami akan pulang besok. Sepertinya terlalu berbahaya berada di sini untuk waktu yang lama, karena aku tidak tahu siapa yang melakukan penyerangan malam ini dan juga penyergapan di lelang itu. Sudah pasti ada tikus di antara orang-orangku," kata Rion dengan tangan menggepal erat karena menahan amarah akibat tahu kalau di antara orang-orang Rion, ada mata-mata dari pihak luar.
"Aku juga menduga hal itu. Karena tidak ada yang tahu tentang perjalananmu ke Brazil dan lelang itu kecuali orang-orang yang sedang kau bawa. Anggap kau tidak tahu untuk saat ini, aku yang akan membantumu menemukan orangnya. Saat ini kau bantu Bianca untuk mengurusi si kembar," kata Lili yang sudah jauh lebih tenang dibandingkan sebelumnya.
"Jangan paksakan diri. Malam ini kau harus istirahat, kau sudah bekerja cukup banyak untukku. Aku yang akan mengurus sisanya. Istirahatlah, aku akan segera pulang. Aku mencintaimu, Lilipad," ucap Rion selembut satin. Seolah rasa amarah dan juga kekhawatirannya menguap pergi begitu saja setelah ia mendengar suara Lili.
"Aku juga mencintaimu. Hati-hati," sahut Lili yang kemudian mengakhiri panggilan.
Rion tidak tahu kalau sejak tadi ada dua orang yang mendengarkan percakapan keduanya. Dante dan Bianca benar-benar terkejut dengan perubahan signifikan dari seorang Rion Lorenzo. Mereka memang sudah melihat interaksi Rion dan Lili, serta bagaimana sikap Rion kepada sang gadis. Namun tetap saja ini pertama kalinya mereka melihat ada begitu banyak emosi dari Rion. Tidak pernah mereka mendengar Rion bicara dengan nada yang begitu lembut dan menenangkan. Atau ungkapan sayang yang begitu tulus dari Rion.
"Rion?" panggil Bianca santai.
"Hm?" respon Rion.
"Sepertinya kau sudah menemukan yang kau cari selama ini, ya," ucap Bianca.
Rion tahu maksud dari ucapan sang kakak dan menjawab, "Ya, aku menemukannya, Sis. Bahkan jauh di atas ekspetasiku. Dia sudah menjadi bagian diriku dan Lucas. Dia hidupku. Dia napasku."
"Senang mendengarnya. Kali ini berbahagialah," kata Bianca tulus.
Bianca selalu takut kalau-kalau adik laki-lakinya ini akan selamanya berjalan sendiri dalam lorong kegelapan yang dingin. Terutama setelah pengkhianatan mantan istrinya dulu yang melarikan diri bersama pria lain. Bianca tahu kalau hubungan Rion dengan mantan istrinya itu hanyalah bentuk komitmen dan respek terhadap pasangan, bukannya rasa cinta. Namun sekarang Bianca bisa bernapas lega, karena adiknya itu kini telah menemukan cintanya. Sesuatu yang selalu Rion pertanyakan keberadaannya.
Tapi siapa sangka, kalau kebahagiaan yang Bianca pikirkan itu sepertinya tidak akan terlihat dalam waktu dekat. Bahkan untuk Rion dan Lili pun, tidak akan pernah menyangka bahwa jalan mereka akan penuh duri.
yang banyak
bunga mawar merah untuk mu😅🥰