Arumi Larasati 24th, wanita cantik terlahir dari keluar sederhana, terpaksa menikah dengan Dion Erlangga 26th seorang pengusaha muda yang sangat sukses.
Mereka menikah karena perjodohan para kakek mereka, baik Arumi mau pun Dion tidak bisa menolak perjodohan tersebut.
Sikap Dion yang dingin dan acuh, bukan lah masalah untuk Arumi, Arumi tetap melayani suaminya itu dengan sepenuh hati, walau yang diperhatikan acuh tidak acuh kepadanya.
Hingga suatu hari Arumi mengetahui fakta, bahwa sikap dingin Dion itu hanya berlaku untuk dirinya, tidak untuk para sahabatnya.
Kini Arumi sadar, bahwa sang suami belum bisa menerima pernikahan mereka, dari pada menahan sakit lebih banyak lagi, Arumi memilih menyerah dalam pernikahannya.
Dan apakah Dion bisa menerima itu...?
Yukkk... kepoin cerita selanjutnya... ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
"Rum." panggil Dion yang baru bangun dari tidurnya, namun tidak menemukan sang istri di dalam kamarnya.
Jantung Dion berdetak kencang, karena tidak ada sang istri di sampingnya, Dion lansung meloncat dari kasur mencari sang istri.
"Rum, Arumi.... " panggil Dion dengan cemas mencari keberadaan Arumi.
Sementara yang di cari sedang asik memasak di dapur.
"Rum.... Arumii..." panggil Dion dengan suara penuh kecemasan.
Dia berjalan hanya memakai kolor dan bertelanjang dada keluar dari kamarnya, untuk mencari Arumi.
"Bu, itu bapak manggil ibu." ucap bi Atun.
"Biarin aja, masakan saya nanggung bi." jawab Arumi acuh, biasanya Arumi akan datang mendengar suara suaminya, atau bahkan saat suaminya belum bangun Arumi lah yang membangunkan dengan suara lembutnya, tapi tidak lagi mulai saat ini, sudah cukup dia selama ini menjadi orang bodoh.
Bi Atun dan bi Aminah saling pandang, karena baru kali ini mereka melihat nyonya itu acuh kepada tuannya.
Belum selesai kekagetan mereka kini ke dua pelayan itu kembali menjerit, karena melihat tuannya datang hanya memakai celana kolor saja ke dapur.
"Agggkkk...." pekik ke dua bibi itu sambil menutup matanya dengan ke dua telapak tangan mereka, namun jarinya tidak menutup sempurna, masih bisa mengintip tubuh sixpack sang tuan.
"Ada apa sih, bi. Teriak teriak." tanya Arumi membalikan badannya.
Arumi melotot melihat sang suami yang bertelanjang dada dan tanpa alas kaki berada di dapur.
"Mas, kamu apa apaan sih, masuk ke dapur nggak pakai baju." omel Arumi.
Dion tidak perduli dengan ocehan sang istri, Dion terus melangkah dan mendekati sang istri tanpa banyak tanya, dia lansung memeluk sang istri.
"Aku pikir kamu pergi kemana." gumam Dion dengan dada yang memburu.
Arumi hanya terkekeh miris, kenapa baru sekarang suaminya itu perhatian, kemaren kemaren kemana aja.
"Memang aku kemana? " tanya Arumi yang pura pura tidak tau.
Dion tidak menjawab dia hanya semakin mengeratkan pelukannya.
"Pakai baju dulu, mas. Malu di lihat bibi tuh." ucap Arumi berusaha melepaskan pelukannya dari Dion.
"Baiklah, tapi temani mas di kamar." pinta Dion tak mau melepaskan pelukannya dari sang istri.
"Ihh... Masakan aku belum selesai ini." tolak Arumi.
Ada rasa kecewa di hati Dion mendapat penolakan dari sang istri, istrinya yang dulu sangat patuh, dan penurut saat di perintah, namun sekarang lihat lah, istrinya mulai berubah karena ulahnya, lalu dia harus apa mengembalikan istrinya yang dulu.
"Baiklah, mas pakai baju dulu." pasrah Dion melepas pelukannya dari tubuh sang istri, dia berjalan gontai meninggalkan ruang dapur, dia masih berharap sang istri memanggilnya, namun harapannya sia sia.
Dion hanya bisa Mendes*h kasar menaiki tangga.
"Waahhh.... Pagi pagi kita sudah melihat pemandangan yang sangat menyegarkan mata." bisik Atun cengengesan.
"Suuuttt.... Nggak sopan." omel Aminah.
"Ihhh... Kita kan nggak ngintip, bapak sendiri yang datang kaya gitu, kan sia sia klau di lewatkan, kami mah munafik, padahal kamu juga sampai ngiler melihat tubuh pak bos." kekeh Atun.
Aminah tersipu malu mendengar ucapan Atun itu, memang tidak di pungkiri, dia juga sampai tidak bisa mengedipkan mata, melihat ciptaan Tuhan paling sempurna itu.
"Ahhh... Sudah lah, ayo lanjut kerja, nanti ibu marah loh." omel Aminah.
Dion mengacak acak rambutnya di dalam kamar, setelah selesai mandi dia berharap sudah ada sang istri di dalam kamar, dan menyediakan pakaian yang dia pakai, namun saat dia keluar dari kamar mandi, tetap tidak ada sang istri, jangankan pakaian, bahkan kasur masih berantakan, seperti tadi dia bangun tidur.
"Ya Tuhan, harus seperti apa aku mengembalikan istriku yang dulu." keluh Dion.
Selesai memakai pakaiannya, Dion lansung keluar dari dalam kamar, dan sudah rapi dengan baju kerja, di tangannya pun telah ada tas kerjanya.
Saat sampai di meja makan, Dion hanya bisa menghela nafas berat, karena sang istri sudah lebih dahulu memulai sarapan, tanpa menunggu dirinya.
"Rum." panggil Dion.
"Hmm..." Acuh Arum tetap melanjutkan makannya.
"Kok nggak nungguin mas dulu? " tanya Dion.
"Oh.... Mas mau makan, kirain mau lansung berangkat." acuh Arum.
Dion hanya bisa menahan rasa kesalnya, ingin mendebat sang istri, namun dia takut sang istri kembali mengungkit perceraian dan berujung pertengkaran.
Akhirnya Dion mengambil sarapan dengan berat hati, ingin meminta sang istri melayaninya, tapi takut istrinya tidak mau, mau tidak mau terpaksa dia sendiri yang mengambil sarapan.
Bahkan saat dia kesusahan pun, sang istri acuh saja.
"Begini ya rasanya di acuhkan." gumam Dion dalam hati.
"Rum, nanti ke kantor ya, temanin mas makan siang." ajak Dion.
"Nggak bisa mas, mas ajak teman mas aja." tolak Arumi dengan tegas.
"Kamu masih marah? " tanya Dion dengan wajah yang kecewa.
"Nggak." sahut Arumi santai.
"Klau nggak marah, trus kenapa menolak ajakan mas, biasanya kamu mau aja." sahut Dion.
"Nanti aku ada keperluan sama temanku." sahut Arumi.
Dion hanya bisa mengangguk lemah, istrinya kini benar benar berubah, dia akan mencari cara untuk membuat istrinya kembali seperti dulu.
Tidak rela dia harus berpisah dengan wanita cantik itu, mereka memang di jodohkan, tinggal di rumah dan sudah berbagi tempat tidur, bahkan sudah berbagi peluh bersama, masa iya dia tidak mencintai sang istri, tentu saja dia sangat mencintai sang istri, hanya saja dia tidak mengerti memperlihatkan rasa cintanya.
Dia berlaku lembut memang hanya bersama Diana yang sudah di anggap saudaranya sendiri, karena sudah tumbuh bersama dari kecil, namun perlakuannya yang di lihat sang istri, malah menjadi bumerang untuk rumah tangganya.
"Ya sudah, mas berangkat dulu." ucap Dion pada akhirnya.
Arumi menganggukan kepalanya.
Dion mendekat dan mencium dahi sang istri, perlakuan Dion itu membuat Arumi terlonjak kaget, karena ini kali pertama sang suami mencium dahinya sejak ijab kabul tiga tahun lalu.
"Mas akan membiasakan melakukan ini setiap hari." ucap Dion tersenyum lembut dan menatap sang istri penuh cinta.
Tapi sayang, perlakuan Dion itu tidak lagi berpengaruh dengan hati Arumi yang telah membeku itu.
"Kamu tidak ingin salaman sama mas? " tanya Dion mengulurkan tanganya kearah Arumi.
"Mau tidak mau Arumi mengalami tangan Dion dengan takzim.
Dion mengusap sayang puncak kepala sang istri.
" Mas berangkat ya." ucap Dion dengan lembut, sekali lagi dia mendaratkan kecupan di pipi sang istri.
Bersambung...
Haii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
jd pgn k psar mlam jg,kgn bgt pgn borong jjanan ky arumi.....😁😁😁....
seru ini Thor jarang jarang ada
boleh dong di munculin karakter baru yg suka ma Arumi biar Dion merasakan rasanya ada ganguan kecil