Bagaimana perasaanmu jika istri yang sangat kamu cintai malah menjodohkan mu dengan seorang wanita dengan alasan menginginkan seorang anak.
Ya inilah yang dirasakan Bima. Dena, sang istri telah menyiapkan sebuah pernikahan untuknya dengan seorang gadis yang bernama Lily, tanpa sepengetahuan dirinya.
Bima sakit hati, bagaimanapun juga dia sangat mencintai istrinya, meskipun ia tahu sang istri tidak bisa memberikannya keturunan.
Bisakah Lily berharap Bima akan mencintainya? Meskipun Bima sangat dingin padanya, tapi Lily telah berjanji satu hal pada Dena. Sanggupkah Lily menepati janjinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon trias wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18
Kami mulai dengan acara makan kami, Lily begitu menikmati hidangan di piringnya. Satu. Dua. Tiga. Empat piring sudah kosong kami makan. Hebat. Tidak ku sangka gadis sekurus ini punya selera makan yang sangat bagus, bahkan dia masih tidak berhenti mengunyah. Sepertinya aku akan kalah kalau lomba makan dengan Lily.
"Bapak kenapa?" tanya nya. Aku hanya menggeleng. Tangannya berhenti menyuapkan makanan. "Maaf ya pak, aku malu-maluin, tapi aku lapar." ucapnya, mataku terfokus pada saus dari lobster yang ada di sudut bibirnya. Sangat mengganggu! Dia menegang, matanya membulat lucu saat aku mengusap sudut bibirnya dengan tisu. Bersih.
"Lanjutkan makan. Aku ke toilet dulu." Aku meninggalkan Lily yang masih mematung.
"Kenapa Ly? Jangan sampai kamu jatuh cinta sama aku. Karena kamu akan terluka kalau sampai itu terjadi!"
Aku kembali dari toilet. Lily sudah selesai makan, dan piring di meja sudah raib, hanya ada dua gelas berisi teh punyaku dan es jeruk milik Lily.
"Mau pulang sekarang?"
"Iya, Pak." ucapnya terbata.
Kami kembali ke hotel. Aku tercengang melihat selimut yang tak beraturan. Lily segera menghampiri ke arah pandanganku dan mulai membereskannya dengan cepat.
Dia tersenyum kikuk.
"Saya gak sempet beresin pak."
Kasur sudah rapi, aku melemparkan diriku di atas kasur hingga bantal guling melonjak ke atas. Perut sudah kenyang dan rasanya mataku berat. Semalam aku tidur hampir tengah malam. Mungkin karena sangat lelah aku yang biasanya menghindar dari Lily semalam berusaha tidak menghiraukan gadis ini. Ah aku hampir lupa Lily sudah menjadi istriku.
Sial! Karena kemarin saat chek in kamar hotel hanya tinggal satu padahal ini bukan akhir pekan dan hari sudah semakin malam. Jadi terpaksa aku harus satu kamar dengan Lily. Ya memang tidak salah sih satu kamar dengan istri sendiri. Tapi rasanya sangat tidak nyaman apalagi ini pernikahan yang tidak aku inginkan.
Sore menjelang, aku terbangun dari tidurku. Masih lengkap dengan jas dan sepatu yang menempel di tubuhku. Ah tidak! sepatu sudah terlepas. Dan aku tidak ingat kalau tadi aku melepas sepatu ku. Tubuhku juga terbalut dengan selimut. Apa mungkin Lily yang melepasnya?
Ku lihat Lily duduk bersandar di sofa, matanya terpejam, tv menyala dengan suara pelan, bahkan ku rasa hampir tidak terdengar. Kelihatan sekali Lily sangat lelah.
Apa dia nyaman tidur dengan posisi seperti itu? Kenapa dia tidak tidur di kasur? Toh dalam perjanjian juga tidak di tuliskan dia tidak boleh satu kasur denganku kan?
Aku berjalan dengan bantal di tanganku, membenarkan posisinya hingga terbaring dengan benar di atas sofa dengan bantal yang menjadi tumpuan kepalanya. Lily menggeliat pelan tapi tidak sampai terbangun. Dia meneruskan tidurnya dengan nyaman. Bibirnya melengkung ke atas dalam tidurnya. Sedang mimpi apa dia sekarang?
Aku melangkahkan kakiku ke dalam kamar mandi. Satu jam aku membersihkan diriku, lalu keluar dan memilah pakaian dari dalam koper. Lily masih tertidur dengan nyenyak. Ku semprotkan minyak wangi ke tubuhku. Mengoleskan krim ke wajahku hingga rata. Aku mematung melihat tubuhku di cermin. Perutku memang sudah seperti roti sobek, tapi aku berencana akan menambahnya lagi hingga sempurna. Sudah hampir dua minggu aku tidak mengunjungi gym. Setelah kembalikan Jakarta aku akan kembali aktif nge-gym bersama. ke tiga sahabatku.
Semangat thor 💪💪