"Apa kau tidak punya malu hingga terus mengejarku?" Seru Rey pada wanita yang terus mengejarnya sejak kecil.
"Tidak, aku tidak pernah malu karena terus mengejarmu. Aku akan terus mengejarmu hingga kau mau menjadi milikku." Ucap Yura dengan tersenyum.
Keyakinan Yura jika suatu saat nanti Rey pasti menjadi miliknya membuatnya menjadi wanita yang pantang menyerah mengejar cinta Rey. Namun akhirnya keyakinan itu hilang begitu saja saat mendengar Rey sudah dijodohkan dengan wanita yang sangat dikenalinya.
Sakitnya patah hati membuat Yura memutuskan untuk tinggal bersama neneknya di desa selama dua tahun lamanya. Hingga suatu ketika ia harus memaksakan diri untuk kembali ke kota dan tinggal kembali bersama orang tuanya. Dan siapa sangka kembalinya Yura ke kota membuat ia harus terikat pernikahan dengan Rey karena suatu insiden yang sudah direncanakan oleh Kembarannya.
"Kita harus menikah! Atau kau akan tahu akibatnya!" Seru Rey seraya menatap tajam pada Yura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membujuknya kembali
"Aku harus bagaimana? Aku tidak ingin membuat Bunda selalu bersedih karena jauh dariku." Ucap Yura dengan kepala tertunduk. Tak berbeda dengan Alula dan Bunda Vara, ia pun turut bersedih karena jauh dari keluarganya. "Apa aku sangat egois karena lebih mementingkan perasaanku sendiri dibandingkan keluargaku?" Yura menghela nafas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan.
Yura pun mengingat alasan terbesarnya memilih untuk menetap di desa dan kini apa yang ia harapkan sudah hampir berhasil karena bayang-bayang pria yang dulu sangat dicintainya itu sudah menghilang dari benaknya. Pun dengan hatinya yang sudah semakin membaik seiring dengan berjalannya waktu. "Sudah saatnya aku untuk kembali" Ucap Yura dengan wajah serius.
***
Di kediaman keluarga Gerry malam itu tengah ramai dengan kedatangan keluarga William, Dika dan Rangga yang diundang datang untuk acara syukuran kembalinya Rachel setelah cukup lama menetap di luar negeri.
"Akhirnya Kak Rachel sudah tak lagi menjadi orang bule." Celetuk Alula pada Rachel yang sedang tersenyum kepadanya.
Rachel tertawa kecil mendengarnya. "Walau pun sudah berada di sini namun dalam tubuh Kakak masih mengalir darah orang bule." Seloroh Rachel.
"Begitu pula dengan Lula." Sahut Alula dengan percaya diri.
Rachel semakin tertawa lalu mengusap gemas rambut Alula yang tergerai.
"Kak Rachel jangan mengacak rambut Lula." Sungut Alula.
"Itu karena kau begitu menggemaskan." Ucap Rachel.
Alula mendengus lalu merapikan rambutnya yang tidak berantakan karena Rachel hanya mengusapnya. "Kak Rachel ayo ikut Lula." Alula menarik tangan Rachel lalu membawanya sedikit menjauh dari keluarga mereka.
"Ada apa Alula?" Tanya Rachel dengan nada serius.
Alula menghela nafasnya lalu memasang wajah sedihnya. "Tidak bisakah Kak Rachel meminta pada Kak Yura agar Kak Yura segera kembali ke kota ini?" Tanya Alula.
"Kakak sudah melakukannya, Lula, tapi Kak Yura memang belum bisa kembali ke sini dan Kakak tidak bisa memaksanya." Jawab Rachel yang turut bersedih.
"Kenapa Kak Yura sangat bersikeras untuk tinggal bersama Nenek di desa tanpa memikirkan Lula yang bersedih karena keputusannya." Ucap Alula mengeluarkan isi hatinya.
Rachel mengusap tangan Alula. "Sebagai sahabatnya Kakak pun tidak mengetahui alasan Yura pergi. Bukan hanya saja kau yang bersedih karena jauh dari Yura, Kakak pun turut bersedih karena jauh darinya."
Alula memandang ke arah lain dimana Aidan kini saling bertatap dengan Rey. "Kak Rachel lihat itu, Kak Rey dan Kak Aidan." Ucap Alula seraya menunjuk dimana Aidan dan Rey berada.
Rachel mengikuti arah pandangan Alula. "Apa yang mereka bicarakan, kenapa wajah mereka serius sekali." Komentar Rachel.
"Mana Lula tahu, memangnya Lula dapat mendengar pembicaraan mereka dari jarak jauh seperti ini." Balas Alula.
Rachel menatap malas wajah Alula yang terlihat begitu menyebalkan di matanya. "Kakak sedang tidak berbicara kepadamu." Cetus Rachel lalu menatap kembali pada Rey dan Aidan.
Alula tak menjawab dan kembali fokus pada Rey dan Aidan dimana kedua pria itu kini saling bertatap dengan wajah yang sangat dingin.
"Selamat atas keberhasilan kerja samamu dengan perusahaan Tuan Herlambang." Ucap Rey pada Aidan tanpa mengulurkan tangannya.
Aidan masih menatap datar wajah Rey lalu mengangguk sebagai jawaban. "Selamat juga atas jabatan barumu saat ini." Balas Aidan.
Rey mengangguk tanpa bersuara.
"Apa kau tahu jika sebentar lagi perusahaan Dharma yang berada di daerah C akan dipimpin oleh Yura?" Tanya Aidan.
Wajah Rey nampak berubah terkejut namun Rey dengan cepat menormalkan ekspresi wajahnya. "Aku tidak mengetahuinya." Jawab Rey apa adanya.
"Aku kira Om Gerry sudah memberitahukannya kepadamu." Ucap Aidan penuh maksud.
Kening Rey sedikit mengkerut. "Apa maksudmu?" Tanya Rey.
"Lebih baik kau menanyakannya langsung pada Om Gerry." Ucap Aidan lalu pergi begitu saja dari hadapan Rey. Entah mengapa sampai saat ini Aidan selalu merasa naik darah jika melihat wajah pria yang membuat adik kembarnya itu berubah dan kini menjauh dari keluarganya. Walau pun keputusan Yura bukanlah kesalahan Rey, namun tetap saja Aidan tak dapat melupakan segala sikap buruk Rey pada Yura yang pernah ia lihat beberapa kali.
"Apa maksud ucapannya?" Gumam Rey seraya menatap punggung Aidan yang semakin menjauh dari pandangannya.
***
Lanjut? Jangan lupa berikan vote, like, gift dan komennya dulu, ya.
Sambil menunggu Yura dan Rey update, silahkan mampir di novel shay yang lagi on going juga berjudul Queenara🖤
Dan jangan lupa follow IG shy @shy1210_ untuk mengetahui informasi update.
Telah menyianyiakan yura