The Identical Girls
Serena Loretta dilahirkan dengan kecantikan di atas rata - rata. Wajahnya mungil dengan dagu belah, mata hazel, hidung mancung, dan bibir merah muda tebal yang menggoda. Kulitnya putih bersih seperti hamparan salju di musim dingin. Seolah belum cukup Tuhan memberinya tubuh tinggi dengan dada dan bokong besar yang didapatnya tanpa operasi. Satu kata untuk mendeskripsikannya adalah sempurna bak seorang seorang dewi. Dia dibesarkan di Milan oleh ibunya yang memiliki usaha butik terkenal. Lena & Sara. Nama butik itu diambil dari nama Lena dan rekan bisnisnya yang bernama Sara.
“Kenapa kita harus pindah ke Roma?” Tanya Serena kepada Lena Loretta orang tua tunggal yang membesarkanya selama ini.
“Mamma dapat pekerjaan disana. Butik ini akan dikelola oleh Tante Sara”
Serena sudah mengenal Sara dari 5 tahun yang lalu, wanita itu baik dan bisa diandalkan. Saat ini Serena sedang berdiri bersandar pada dinding sambil memasukan tangan ke dalam kantong jaketnya dan memandang Lena yang sedang memasukan bajunya ke dalam koper besar.
Di musim gugur. Serena bisa melihat jatuhnya daun - daun kering dan menggunung di tanah disertai angin kencang yang suka berhembus.Serena mencintai Milan dengan segala landmark yang mempesona dan sekarang Lena akan mengajaknya pindah ke Roma. Ibu kota Italia yang terkenal dengan Coloseum.
“Di Roma banyak sekolah bagus untukmu”
Serena mengenal dengan baik karakter Lena yang keras kepala seperti dirinya dan suka memaksa, jadi Serena yakin dia tidak akan bisa menolak ajakan ibunya sekalipun dia enggan pindah dan memulai hidup baru disana.
Serena mendapatkan kecantikan yang menurun dari Lena yang sudah berusia diatas 40 tahun dan masih awet muda.
Setelah membereskan baju - baju Serena. Lena menoleh ke arah putrinya. “Bawa yang kau mau bawa, Mamma baru bereskan bajumu” Kata Lena sambil keluar dari kamar anak perempuannya.
Serena menghela nafas, lalu mengambil arah menuju pintu keluar. “Aku akan bereskan nanti, aku ingin pergi membeli sesuatu” Teriak Serena.
Serena berjalan menyusuri jalanan sambil menarik sleting jaket putih yang dia kenakan menikmati angin yang membelai wajahnya dan daun - daun kering yang terkadang jatuh di kepalanya. Serena menginginkan panacota dan coklat panas yang dijual oleh toko langganannya disudut kota Milan.
“Serena. Apa yang kau inginkan hari ini?” Sapa wanita tua yang berdiri di balik mesin kasir setelah Serena memasuki tokonya.
Serena tersenyum “Ciao, Helena. Aku mau panacota dan chocolate panas”
“Aku dengar kau akan segera pindah ke Roma?” Kata Helena sambil menuangkan coklat bubuk ke dalam cangkir warna merah.
“Ya” Jawab Serena sambil mengambil duduk di dekat jendela yang bisa memandang keluar toko.
Helena membawakan pesanan Serena dan duduk di depan gadis cantik itu
“Aku sedih sekali” Katanya. Serena sudah berlangganan di tokonya sejak dia kecil.
“Aku akan mengunjungimu” Mana mampu dirinya bila tidak memakan panacota yang menurutnya terenak sepanjang hidupnya. Lagi pula Milan dan Roma bisa dijangkau dengan satu penerbangan atau satu tiket kereta. Itu mudah.
“Kau berjanji?”
“Tentu. Aku benar - benar menyukai panacota buatanmu”
Serena menghabiskan 4 panacota dan 2 gelas coklat panas seolah itu adalah makan terakhir untuknya. Dia selalu makan banyak tapi tidak pernah gendut, karena dirinya suka belajar bela diri dan berlari puluhan kilo. Dibalik wajah cantiknya Serena menyimpan kemampuan yang luar biasa.
“Aku tunggu. Kapan kalian akan pergi?” Lanjut Helena
“Dua hari lagi” Kata Serena sambil memandang keluar. Ibunya memberi tahu soal rencana kepindahan mereka minggu lalu. Sangat mendadak.
“Aku berharap kau sukses dimana pun kau berada”
Helena menangkup tangan Helena dan meremasnya. “Terimakasih. Aku akan merindukan panacota dan coklat panasmu”
“Jika kau kemari aku akan membiarkanmu memakan semua panacota yang kubuat” Kata Helena tulus membuat Serena terkekeh. Betapa baik orang yang dia kenal di sekitar apartemenya.
Apakah Roma dan orang - orang disana akan menyambutku dengan baik?
***
Serena memasuki sebuah tempat khusus untuk latihan menembak dalam ruangan. Dia memang menyukai banyak hal yang berbau maskulin. Sejak kejadian beberapa tahun lalu yang membuatnya menolak menjadi lemah.
“Handgun dan rifle… 100 peluru” Kata Serena kepada orang yang menjaga tempat itu dan membayar.
Serena membidik target dan mengincar angka 10. Satu tembakan dilepaskan dan sedikit meleset mengenai 9. Serena membidik lagi sebanyak - banyanya dengan senjata sewaannya dan membidik seakurat mungkin. Ini adalah permainan tembak dengan bukan peluru asli yang akan membantu untuk menguasai senjata sungguhan. Cara membidik itu yang tersulit sebelum menarik pelatuk, karena harus mengenai target.
Semua peluru Serena habiskan dalam waktu singkat, setelahnya dia melihat hasil tembakannya. Semakin membaik. Dia lebih banyak mengenai angka 10 dari pada yang lainnya. Angka 10 adalah yang tersulit karena merupakan titik inti dengan area terkecil.
“Kau semakin hebat” Puji penjaga tempat itu yang sudah tau kalau Serena sering kesana untuk latihan menembak.
“Beberapa peluru masih meleset dari angka 10” Komentar Serena sambil menunjuk kertas targetnya.
“Intinya kau hebat”
Serena tersenyum menimpali pujian yang diberikan. Dia memang mampu melakukan banyak aktivitas. Serena hanya ingin mampu membela dirinya sendiri dalam keadaan apapun.
Roma, aku datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Sunny Eclaire
negara orang tuh menghipnotis banget ya. gak kayak wakanda /Chuckle//Sneer/
2025-01-11
0
MatchaLatte
Wkwkwk betul setidaknya ngga korupsi 271 t tp dhukum sbntr wk
2025-01-11
0
yanah~
Mampir kak 🤗
2025-01-10
0